[ BAB - 23 ]

24K 2.4K 1.1K
                                    

Some typos will be revisi soon!

BAB 23 - SOMETHING ABOUT HIM



Sepertinya jalan hidup Shasa memang tidak jauh dari para manusia GGS; ganteng-ganteng sinting. Bukti sudah terpampang nyata. Lihat, ia baru saja memasuki living room, menemukan Nesa dan Jo yang tengah bermain UNO di sofa.

“Mi!” geram Shasa.

“Oy, baru pulang?” sapa Jo, “Sini duduk,” ajaknya menepuk paha.

Seakan mempersilakan kepada Shasa duduk mesra di pangkuan.

Hell, crazy! Jo bahkan terang-terangan di depan Nesa bersikap kurang ajar. Pemuda itu nyalinya yang tinggi atau memang tidak punya rasa takut sama sekali?

“Tuh, Sha, duduk di pangkuan ayang-mu, empuk, kok,” kata Nesa, menunjuk pangkuan Jo dengan dagu.

Shasa membelalak. “Mi, sadar! Lagian, Mami segala kasih riview, kayak pernah duduk di pangkuan Jo, aja.”

“Ya, enggak— Mami duduk di pangkuan papi, lah. Yakan, semua cowok taste badannya sama aja. Bedanya di ukuran sela—”

“Mi, stop!” panik Shasa.

Asli, Shasa ketar-ketir, ia refleks menghampiri Nesa untuk duduk di samping mamanya, kemudian terulur membekap bibir Nesa yang berbicara begitu frontal.

Tolong— Shasa berharap Nesa setidaknya jaga image.

“Sha, kita di sini sama-sama orang dewasa, enggak usah terlalu tegang.”

“Bukan tegang, Mi, masalahnya, Mami ngasal nyerocos! Kalau papi denger gimana?”

Jo yang menyaksikan interaksi keduanya tergelitik geli. Ia tertawa kecil, sungguh hubungan anak dan orangtua yang enak dipandang. Jo jadi ingin terus menerus hadir di sisi mereka berdua.

“Lo, Jo, ngapain dateng mulu?”

Jo menaikan satu alis. “Gue dateng karena tante Nesa ngundang, Shasa.”

Shasa mengalihkan tatapan. “Mi? Mami ngundang Jo buat main judi?”

“Enggak judi, kami sekedar main, doang. Soalnya, Jo lebih jago dibanding Hangga. Papi aja, kalah jauh. Mami bosen main sama mereka. Mami emang cocoknya main bareng Jo.”

“Jo, lo mahasiswa hukum, bisa-bisanya pro maen judi!” bentak Shasa.

Jo mengendikkan bahu. “Mau gue ajarin? Gue pro soal permainan.”

“Iya, lantaran pro-nya mainin hati cewek pun gampang.”

“Sarkasnya mantap, Sha, makin seneng jadi anjing peliharaan lo, deh.”

“Anjing peliharaan?” potong Nesa. “Sha, maksud Jo gimana?”

Mampus, Shasa mati kutu. Ia menyorot tajam ke arah Jo yang menyeringai tipis seraya melempar bidikan meledek. As always— Jo spesialis pembawa petaka.

“Dia seneng dikatain anjing, Mi, sekalian aja, Shasa pelihara.”

Nesa menggeleng, lalu tergelak. “Sha, kamu cocok banget sama Jo. Damai dan tentram.”

Rahang Shasa terjatuh akibat kalimat ceplas-ceplos Nesa. Bukannya mau durhaka, tetapi apakah Nesa tidak buta? Damai dan tentram dari mananya? Bahkan dilihat dari lubang sedotan pun, mereka berdua jelas musuh bebuyutan!

“Yaudah, Mami enggak pengen ganggu sesi pdkt kalian. Mami pamit dulu, Jeng Shasa.”

Shasa mengukir senyum kaku nan terpaksa. Nesa menaruh kartu UNO yang ia genggam ke meja, setelahnya beranjak pergi. Shasa memastikan Nesa benar-benar menghilang dahulu baru ia berbicara kembali ke Jo yang sibuk menelisik dirinya.

REDFLAGWo Geschichten leben. Entdecke jetzt