Bab 20

3.6K 168 7
                                    

"Kamu---- kamu gak berniat pakai pengaman?"

"Pengaman?" Ulang Axel.

Kenapa dia harus pakai pengaman? Bukankah mereka sudah menikah? Lalu apa masalah nya jika dia tidak pakai pengaman?

Sederet pertanyaan itu kini bersarang di kepala Axel.

Mengangguk ragu. "Ok, Sepertinya kita butuh bicara." Putus Alana mengundang tatapan datar Axel. 

"Kamu kira, disaat seperti ini aku masih mau bicara?" Dengus Axel tajam.

"Tapi-- Axel--" Alana menjerit begitu Axel tanpa aba-aba menunduk, mulai meneruskan aksinya yang sempat tertunda, tanpa mendengarkan protessan Alana yang menyuruhnya untuk berhenti juga menjauh.

Axel tetap melakukan apa pun yang ingin dia lakukan. Tidak perduli Alana menolaknya atau bahkan menyuruhnya berhenti.

Lagi pula, di saat ia sudah siap bertempur mana mungkin dia mau berbaik hati untuk membatalkan keinginannya.

*****

Axel menggulingkan tubuhnya ke samping. Dengan keringat membanjiri pelipisnya, dada  bidangnya pun naik-turun karna nafasnya yang ngos-ngosan. Efek dari kegiatannya dan juga Alana.

Axel memutar kepala, menatap ke arah Alana yang saat ini hanya diam membisu, setelah olahraga pagi mereka yang masih begitu terasa membekas di dalam diri Axel.

Alana tak kalah kacau darinya, tapi yang aneh. Alana hanya diam dan pasrah dengan apa yang Axel lakukan tadi.

Bahkan wanita itu tidak protes ketika Axel terus menusuknya. Ia hanya pasrah dan menurut. Tapi Axel bisa melihat cahaya mata Alana meredup seiring kegiatan panas mereka.

Mengabaikan semua itu, Axel tetap bersemangat melakukannya. Tidak peduli Alana menginginkannya atau tidak. Karna Axel yakin, suatu saat nanti istri cantiknya itu pasti akan ketagihan dan menginginkan lagi dan lagi.

Axel hanya perlu terus berusaha, dan melakukan apa yang dia inginkan. 
Bukankah semua wanita selalu seperti itu, awalnya saja bersikap jual mahal. Tapi ujungnya nanti akan terbuai.

Alana hanya diam, membisu dengan rasa hati gamang. Lagi-lagi Axel berbuat sesukanya, dokter Rena salah jika Axel mencintainya dan ia akan mendengar kan kata-katanya.

Karna nyatanya, meski Alana berbaik hati padanya. Axel sama sekali tidak mendengar kan ucapannya. Dia hanya terus mengikuti hasrat dan egonya. Tanpa memperdulikan perasaan Alana yang hancur lebur di buatnya.

Dengan tangan bergetar hebat, Alana meraih selimut di belakang tubuhnya.
Menarik, melilit  tubuh setengah polos Alana dengan selimut tebal. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya.

Hanya rasa sesak yang kian menggunung yang Alana rasakan saat ini. Tapi tidak mampu Alana ungkapkan seperti apa. Dan bagaimana rasanya.

"Alana?" Panggil Axel beringsut maju. Berniat menarik tubuh Alana untuk mendekat ke arahnya.

Mendengar Axel memanggilnya, Alana semakin beringsut mundur. Semakin marah pada dirinya sendiri. Karna lagi-lagi terlalu lemah ke pada Axel.

Menarik nafas panjang, lalu menghembuskan lewat hidung Axel bangun dari tidurnya.

"Aku akan membersihkan diri lebih dulu. Setelah itu, kita bicara." Putus Axel melangkah ke arah kamar mandi, mengabaikan sebagai tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun.

Meninggalkan Alana yang kini semakin membenamkan tubuhnya ke dalam selimut. Menutup wajahnya lebih dalam.

Alana masih betah bungkam.
Membiarkan Axel melangkah menjauh darinya. Dalam hati berjanji tidak akan memaafkan Axel lagi. Dia tidak akan berbaik hati pada pria itu setelah ini. Biar saja dia diperlakukan semena-mena oleh Axel.

Alana; Wanted; Be Mine! Donde viven las historias. Descúbrelo ahora