Bab 13

3.3K 176 1
                                    

"Aku. Bilang. Keluar!" Sambung Axel berbahaya.

Mundur dengan tatapan tak percaya, Helena menatap Axel dan Alana bergantian sebelum berbalik dan melangkah pergi. Membawa kepalan tangan yang semakin terkepal erat seiring langkah kaki menjauh dari kamar Alana.
   
Sepeninggalan Helena keadaan kamar Alana berubah hening, tidak ada satu pun yang membuka suara. Sampai Axel melangkah keluar kamar Alana pun, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir Axel. Dia hanya terus bungkam dengan kaki melangkah lebar keluar kamar.

Tanpa menolah, atau pun berbicara kepada Alana.

Alana menarik nafas pendek, baru kemudian menghembuskannya perlahan. Kedua matanya menatap punggung Axel yang hilang di balik pintu. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari bibirnya. Bahkan Axel sama sekali tidak meminta maaf atas kesalahannya, atau bahkan menatap ke arahnya membuat Alana merasa kesal di tempatnya.

"Apa dia marah pada ku?" Gumam Alana pada dirinya sendiri.

"Ck. Bukankah seharusnya aku yang marah padanya? Dasar pria kejam." Decak Alana. Wajahnya semakin ditekuk seiring dengan bibirnya mencebik kesal.

"Nona, anda baik-baik saja?" Ema masuk tergesa-gesa ke dalam kamar, di ikuti oleh Yulia di belakangnya. Kedua pelayan itu menatap Alana cemas.

"Ya. Seperti yang kalian lihat, aku baik-baik saja."

"Oh, syukurlah." Balas Ema menghembuskan nafas lega. Wajah paniknya luntur digantikan wajah lega.

"Saya sudah khawatir tadi, saya kira nyonya Helena akan membuat masalah dengan anda."

"Tidak akan ada yang berani membuat masalah, selama tuan muda Axel ada di sini, tidak akan ada yang bisa mengganggu nona Alana. Termasuk nyonya Helena sekali pun. Karna tuan Axel tidak akan membiarkan siapa pun menindas nona Alana." Seru Yulia membuat Ema mengangguk setuju.

Kedua pelayan itu membicarakan Alana dan Axel seolah-olah Alana tidak ada di sana.

"Ya kamu benar. Tidak ada yang akan berani melawan tuan muda Axel." Ucap Ema menyetujui ucapan Yulia.
 
"Kenapa kalian begitu yakin jika tidak ada yang berani melawan Axel, di sini?" Tanya Alana tiba-tiba, menghentikan obrolan Ema dan Yulia.

Saling pandang dengan mata kaget. Ema dan Yulia saling lirik sebelum bergerak salah tingkah di tempatnya. Hampir mereka kehilangan kontrol.
Membicarakan majikannya di depan calon istri tuannya.

"Tidak apa-apa, jawab saja. Tidak akan ada yang marah jika kalian berkata jujur kali ini." Ucap Alana membujuk. Wajahnya tidak bisa ditutupi jika ia tengah panasaran saat ini.

"Karna tuan muda Axel adalah satu-satunya pewaris keluarga Harison." Reflek Ema langsung membekap mulutnya begitu sadar jika dia kehilangan kontrol, membuat Yulia menegurnya penuh peringatan.

"Ema!" Tegur Yulia yang langsung membuat Ema nyengir tak berdosa.

"Keluarga Harison?" Ulang Alana. "Lalu di mana kedua orang tuanya? Kenapa Axel sudah menjadi pewaris?" Lanjut Alana bingung.

"Maaf nona kami tidak bisa menjawabnya, semua itu hanya tuan muda Axel yang berhak menjawab. Karna jika sampai tuan Axel tau ada yang membicarakan tentangnya di belakangnya, tuan muda bisa marah." Cicit Yulia yang diangguki setuju oleh Ema.

Meski tidak puas dengan jawaban dua pelayan di depannya Alana tetap mengangguk mengerti. "Baiklah." Serunya mengalah.

Dia juga tidak tega jika harus menyeret pelayannya untuk ikut dalam masalahnya lebih jauh.

***

"Nona, tuan muda ingin anda bersiap. Beliau akan mengajak anda makan malam." Ema masuk dari arah pintu dengan wajah sumringah. Langkahnya pun terlihat begitu semangat.

Alana; Wanted; Be Mine! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang