Bab 14

3.1K 180 0
                                    

Sayup-sayup Alana merasa tanganya digenggam erat. Hingga terasa dingin dengan sesuatu yang lembut menyentuh punggung tangannya. Terasa kenyal, tapi sebentar-sebentar hilang dan terasa lagi.

Begitu berulang-ulang hingga Alana dibuat penasaran apa yang menyentuh punggung tanganya.

Berusaha membuka kedua matanya, Alana merasa sulit menggerakkan matanya saat rasa lengket pada kedua matanya begitu terasa. Kedua matanya seperti diberi lem, hingga sangat sulit untuk di buka.

Apa lagi, tiba-tiba Alana merasa begitu ngantuk dan tubuhnya merasa lelah luar biasa.

Mengikuti kata hati, Alana akhirnya memilih tidur, mengabaikan rasa penasarannya dan sesuatu yang menyentuh punggung tangannya lagi-lagi dan lagi.

***

Sinar mentari pagi yang mulai nampak bersinar terang. Menambah paket lengkap suasana pantai itu.

Terpaan angin sepoi-sepoi yang terasa segar bercampur dingin menerpa wajah Alana, membuat tidurnya terasa terusik dan terganggu.

Membuka kedua matanya, Alana mengerjab berulang-ulang ketika dinginnya angin menerpa wajahnya. Terasa lebih sejuk dari pagi biasanya.

Apa Ema membuka seluruh jendela? Pikirnya dalam hati.

Menatap sekeliling bingung, Alana berusaha bangun. Duduk dengan wajah bingung yang begitu ketara. Apalagi ketika melihat suasana sekeliling yang nampak begitu berbeda. Hingga ia semakin kebingungan.

"Aku... Di mana?" Gumam Alana menatap sekeliling yang berbeda jauh dengan kamar biasa ia tiduri.

Saat ini Alana berada disebuah kamar dengan cat dinding berwarna putih, hampir seluruh ruangan dan barang di ruangan itu berwarna putih.

Mulai dari ranjang king size, dengan seprai dan kelambu berwarna putih. Tirai jendela yang menjulang tinggi di dinding berwarna putih, juga dua sofa panjang berwarna senada.

Bukan hanya itu, bahkan beberapa rak lemari super besar yang berada disudut ruangan pun berwarna senada. Membuat Alana bertanya-tanya dimana kah dirinya saat ini.

Menurunkan kedua kakinya dari atas ranjang ke lantai, Alana berjalan pelan menuju pintu bercat putih, membukanya.

Keningnya makin berkerut begitu tak menemukan apa pun selain ruangan kosong.

Alana hanya disuguhkan dengan lorong panjang yang nampak sunyi. Sama sekali tidak ada tanda-tanda orang, nampak berbeda jauh dengan rumah Axel yang dipenuhi oleh pelayan.

Hingga dia melangkah keluar kamar pun, Alana masih dihadapkan dengan kesunyian.

Alana terus melangkah, menelusuri ruangan yang nampak lebih mirip seperti lorong panjang. Terus melangkah, hingga sampai di ujung lorong dengan pintu dan dinding kaca yang menyuguhkan pemandangan pantai.

Pemandangan pantai dengan laut lepas berwarna biru.

Kedua matanya sempat terpana, sebelum rasa penasarannya mendominasi dan memaksa Alana untuk memeriksa sekitar.

Tapi ketika Alana ingin membuka pintu kaca itu, seseorang dari sisi luar sebelah kanan pintu tiba-tiba menerobos masuk. Hingga mereka sama-sama terkejut.

Srek Brak.

Axel menggeser pintu kaca di depannya, sedikit terkejut menemukan Alana berdiri di depan pintu, melangkah mendekat ke arah Alana yang kini hanya diam mematung. Axel berdiri tepat di depan tubuh Alana.

"Kamu sudah bangun?" Tanyanya. Tanganya terulur untuk menyingkirkan beberapa helai rambut di wajah Alana.

Alana hanya mengangguk, masih dengan kedua mata yang menatap Axel. Memperhatikan penampilan Axel yang nampak lebih berantakan dari beberapa terakhir ia temui.

Alana; Wanted; Be Mine! Where stories live. Discover now