Bab 3

5.5K 309 3
                                    

Seluruh pasang mata kini menatap ke arah Axel. Pria yang sedari tadi hanya diam dengan wajah datar.

Alana bahkan bergerak gelisah, tak nyaman ketika duduk di samping Axel. Kedua matanya menatap ke sembarang arah guna melampiaskan rasa gelisahnya.

"Punya apa kamu berani melamar Alana?" Suara pak Joko pertama kali terdengar setelah keheningan memenuhi ruangan.

Saat ini, Alana dan Axel duduk di kursi panjang. Sedang Tika berada di kursi single di ujung Axel dan pak Joko di sisi Alana. Duduk dengan tatapan mata mengarah ke arah Alana juga Axel secara bergantian.

"Saya tidak memiliki apa pun, tapi saya berjanji akan membahagiakan putri bapak." Jawaban lugas Axel menarik perhatian Alana.

Dia langsung menoleh cepat ke samping, memperhatikan Axel yang kini terlihat begitu serius dengan ucapannya. Tak ada keraguan di sana.

Pak Joko terbahak mendengar ucapan Axel. Sedang Tika menatap sinis.
Jawabannya sama sekali tidak membuat mereka puas. Mereka kira, selama bertahun-tahun memberi makan Alana. Mereka akan dengan mudah melepaskannya begitu saja. Apalagi pada gembel yang tidak memberikan apapun pada mereka.

"Kamu gak punya apa-apa berani melamar Alana? Punya nyali besar juga kamu, ya?" Ejek pak Joko dengan wajah marah.

Axel yang mendapat tatapan mencemooh hanya diam. Wajahnya tak gentar sedikit pun.

"Saya tidak akan membiarkan Alana menikah dengan kamu, walau pun Alana mengemis sekali pun kepada kami. Kami tidak akan membiarkan dia menikah dengan mu. Dasar gembel."

Alana menatap pak Joko tak percaya, tidak menyangka jika ayahnya selama ini ternyata menyayanginya.

Tapi-- semua itu tak bertahan lama, apa lagi setelah jawaban pak Joko. Membuat Alana kembali hancur. Bahkan lebih hancur berkeping-keping dari sebelumnya.

Sorot mata yang sedari tadi masih bersinar, kini berubah redup. Seiring kedua mata Risa yang mulai berkaca-kaca. Nafasnya tak seteratur tadi, ada batu besar yang terasa mengganjal di relung hatinya.

"Kamu tau kenapa? Karna Alana sudah saya jodohkan dengan mandor Bejo, hahaha." Seru pak Joko tertawa renyah.

Mandor Bejo adalah pria hidung belang yang sering menggonta-ganti istri. Bukan hanya itu, dia bahkan juga pria mata keranjang dengan tompel di mana-mana. Pria yang tak kenal umur yang selalu berlagak seperti orang terkaya di kampung Alana.

"Tapi Alana sudah tidak suci lagi. Kami sudah melakukannya semalam." Ucap Axel dengan suara tenang.

Alana menoleh cepat ke arah Axel. Tidak menyangka jika dia akan mengatakannya di sini. Di depan keluarganya pula.

"Apa?" Tika yang pertama kali menjerit. Menatap tak percaya pada Alana dan Axel. Begitu pun pak Joko yang sedikit kaget.

"Ya, kami sudah melakukannya semalam." Ulang Axel berbicara tegas. Tidak ada penyesalan di ucapanya.

"Benar itu, Alana?" Suara pak Joko terdengar berbahaya. Menatap Alana dengan wajah memerah.

Alana hanya diam dengan tatapan mata kosong. Dia sudah tidak memiliki apa pun kini. Dia pikir bekerja, dan kuliah selama ini. Mampu membuat ayahnya bersimpati padanya. Menimbulkan sedikit saja rasa kasih sayang di hatinya.

Tapi nyatanya Alana salah.
Bahkan seluruh gajinya sering di berikan kepada ayahnya. Berharap ayahnya setidaknya menganggapnya manusia bukan hanya mesin pencetak uang.

"Alana!" Pak Joko berteriak murka menggebrak meja hingga membuat Alana dan Tika tersentak kaget.

"Jawab!!"

Alana; Wanted; Be Mine! Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ