Bab 17

2.9K 168 1
                                    

Alana tiba di samping Axel dengan di didampingi oleh seorang wanita asing. Yang sama sekali tidak di kenal Alana.

Alana sampai tepat di samping Axel yang sedari tadi menatap ke arahnya.
Jantungnya berdetak kencang, seiring tatapan mata mereka bertemu. Tanpa diduga, Alana mengukir senyum tipis. Senyum yang entah mengapa terukir begitu kedua matanya bertemu dengan Axel.

Ya. Alana sudah memutuskan untuk berubah mulai detik ini. Jika dia tidak bisa lepas dari Axel saat ini. Dia ingin suatu saat nanti bisa pergi menjauh dari Axel. Setidaknya dia tidak akan selamanya hidup dengan monster, hidup bersama dengan Axel.

Karna jika Axel sembuh ada kemungkinan dia akan membiarkan Alana pergi. Karna itu mulai detik ini Alana akan berubah baik, mengikuti bagaimana pun keinginan Axel. Dan inilah yang dia lakukan saat ini, tersenyum tipis dengan wajah ramah.

Tapi, semua tidak berjalan sesuai rencananya jantungnya mendadak ingin salto saat ditatap begitu intens oleh Axel. Dan yang semakin membuat Alana hampir terkena serangan jantung adalah, Axel dengan santainya berdiri dari duduknya. Menarik kursi di sampingnya. Mempersilahkan Alana untuk duduk dengan wajah ramah.

Alana menurut, duduk di samping Axel dengan kepala mendongak ke atas. Menatap Axel yang juga menatapnya.

Alana melihat dengan jelas bagaimana Axel memperlakukannya. Bahkan sebelum duduk, Axel menyempatkan diri tersenyum ke arahnya. Seolah-olah melupakan semua hal yang terjadi pada mereka sebelumnya. Dan itu semua semakin membuat Alana sadar, jika Axel benar-bener bukan orang waras. Alias sakit mental.

Acara pernikahan Alana dan Axel terjadi begitu khusuk dan khidmat. Hanya beberapa orang yang hadir di acara itu. Termaksud kedua orang tua Alana, dan juga adik tirinya yang diundang Axel secara khusus.

Sedang dari kerabat Axel, hanya dihadiri oleh kakek Harison dan beberapa keluarga. Dan juga beberapa pengawal. Tidak ada hal yang spesial selain itu. Karna mereka melakukan pernikahan ini secara tertutup dan juga private. Tidak mengundang orang terlalu banyak.

"Baiklah, mempelai wanita boleh mencium tangan suami." Seru pak penghulu tiba-tiba.

Melirik ke arah samping di mana ada ayahnya, yang sedari tadi hanya diam tanpa membuka suara.

Alana memutar tubuhnya ke arah Axel. Menatap ke arah Axel sebelum tanganya terulur, meraih tangan Axel yang juga terulur ke arahnya.

Menciumnya. Mendadak ada sebuah perasaan haru ketika bibirnya mencium punggung tangan Axel. Alana merasa perasaannya terasa membuncah tanpa Alana tau sebabnya.

Ketika ingin mengangkat kepala, Alana merasa tangan Axel menahan kepalanya.

Tangan Axel berada di kedua sisi kepalanya. Menyentuhnya, menariknya mendekat hingga begitu dekat dengan wajah Axel.

Axel mencium kening Alana lembut, hingga menimbulkan gelenjar aneh yang merambat dari perut ke dalam hati Alana. Sebuah gelenjar aneh yang terasa menggelitik. 

Begitu menjauh, Alana dikejutkan dengan suara tepuk tangan, semua orang bertepuk tangan dengan meriah.

Entah Alana harus menyesal atau tidak, tapi Alana merasa ada sebuah binar dari kedua mata Axel lengkap dengan senyuman tipis. Binar yang sama yang pernah Alana lihat saat makan malam waktu itu.

Alana meluruskan kakinya, setelah akad nikah selesai. Tidak ada acara apa pun. Semua orang berlalu pergi setelah memberinya ucapan selamat. Khas basa-basi di acara pernikahan pada umumnya. Hanya saja, di sini tidak ada acara keluarga seperti yang sering Alana lihat. Semua berjalan seakan-akan begitu cepat dan singkat.
Tidak seperti acara akad nikah di kampungnya. Yang selesai akad akan diakhiri dengan doa dan makan bersama. Di sini jauh berbeda.
Bahkan setelah akad, seluruh keluarga Axel menghampirinya.

Alana; Wanted; Be Mine! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang