Bukan Jatuh Kepayang

210 55 2
                                    

Yuk ramaikan kolom komentar :)

***

Lemas sekali ya Allah...

Sudah 3 hari ini aku merasa lemas, lunglai, lesu. Pokoknya nggak semangat dan badan rasanya nggak enak. Apa mungkin karena habis haid, ya? Jadi anemia gitu? Padahal sebelumnya nggak pernah kaya gini. Setiap haid pun aku selalu konsumsi tablet tambah darah, biar nggak lemes. Tapi kenapa kali ini badan rasanya nggak enak semua.

Aku berjalan gontai menuju perpustakaan, berniat mengembalikan buku yang aku pinjam beberapa hari yang lalu. Anak-anak di lorong menyapaku dengan ceria kemudian berlarian masuk ke kelasnya. Aku sempat menengok ruang kelas 5, tempat anak-anak di lorong itu berhambur masuk ketika melihatku. Rupanya guru mata pelajaran kelas mereka sedang memberi tugas mandiri, ya... tentu saja malah dimanfaatkan main di luar kelas. Dasar anak-anak.

Setelah mengimbau mereka untuk tetap di dalam kelas meski tidak ada guru, aku kembali ke tujuanku semula. Ruang perpustakaan hanya berjarak 3 ruangan lagi dari tempatku sekarang. Tapi kenapa berasa jauh sekali ya Allah...

Aku menoleh ke arah lapangan. Ada anak-anak kelas 2 yang sedang pelajaran olahraga dengan Pak Roni. Sambil berjalan, aku memerhatikan anak-anak lucu itu sedang melakukan pemanasan. Hingga tanpa sadar aku menyandung sesuatu dan membuatku oleng. Aku berusaha meraih apapun untuk kujadikan pegangan sebelum terjatuh. Begitupun ketika beberapa orang keluar dari ruang UKS sambil berbicara satu sama lain.

Sayangnya... ketika aku berhasil meraih lengan itu, si pemilik justru reflek menghindar. Gerakan super cepat itu otomatis membuatku meluncur dengan cepat ke lantai. Dahi, hidung, dada, paha, kaki, semuanya, membentur lantai yang keras dan kotor. Dan insiden paling memalukan dalam 29 tahun sejak kelahiranku itu terjadi...

Aku. Jatuh. Telungkup. Di depan beberapa orang yang tidak kutahu siapa saja ini, sebab kejadiannya terlalu cepat, hingga mataku tak sempat menangkap sosok-sosok yang akhirnya menjadi saksi kejadian memalukan ini.

Sakit dan berdebu. Tapi tentu saja itu tak sebanding dengan rasa malu yang kualami saat ini. Maka setelah mendengar teriakan panik dari orang-orang yang baru keluar dari ruang UKS itu. Aku memilih pura-pura pingsan.

***

Aku tahu setelah kejadian super memalukan seumur hidupku itu, dua orang memanggil namaku dengan panik, aku yakin itu suara Pak Eddy dan Bu Agustin. Ada lagi dua suara asing, suara laki-laki dan perempuan yang tak kukenali. Setelah seseorang berhasil membalik tubuhku, aku berusaha terpejam senatural mungkin. Aku tidak mungkin membuka mata sekarang. Rasa malu lebih mendominasi.

Bu Agustin masih berisik, membuatku sulit konsentrasi pura-pura pingsan. Lalu entah bagaimana ada dua orang yang berusaha menggotongku. Setelah Bu Agustin meminta membawaku ke dalam UKS.

Ampun Kay, emangnya kamu ngarep apa dengan pura-pura pingsan, ha? Ditinggal gitu aja?

Aku baru sadar kalau keputusanku untuk pura-pura pingsan adalah keputusan yang salah, ketika orang-orang itu malah kewalahan menggotongku.

Aku nggak berharap tubuhku seringan kapas sih, tapi kayanya juga nggak berat-berat amat. Cuma 53 kilo lho. Tapi dua orang yang berusaha mengangkatku itu kayanya kewalahan. Jadi tubuhku malah terpontang-panting kesana kemari. Toloong ya... aku cuma pura-pura pingsan, bukan kesurupan. Konon katanya kalau kesurupan kan lebih berat kalau digendong.

Akhirnya setelah beberapa drama pergendongan yang nggak kaya di film-film itu, tubuhku mendarat cantik di kasur keras UKS. Duh, Ya Allah... Maaf ya... Udah pura-pura pingsan, sekarang tubuh suciku ini jadi terjamah laki-laki bukan mahram.

Aku perlu sholat taubat nggak, ya?

Mereka masih berkasak-kusuk dengan berisik. Dalam percakapan mereka aku mendengar Pak Eddy menyebutkan panggilan Dokter dan Suster. Apa mungkin orang yang bersama mereka itu berprofesi Dokter dan Suster?

Jodoh Juseyo {TAMAT}Where stories live. Discover now