Keyakinan Dan Kepercayaan

14 3 0
                                    

Masih di hari dan pagi yg sama,nampak Jan Dwi yg memegang erat lagi hangat tangan adiknya.

"Hwayeon..lihat mata kakak.."Jan Dwi menatap hangat wajah adiknya Hwayeon.

Hwayeon mengangkat pandangannya dan menatap kakaknya itu.

"Dengarkan...kamu sudah berjuang dengan maksimal hingga mempertaruhkan nyawamu sendiri,jadi hal-hal yg terjadi setelah perjuangan itu bukanlah salahmu,itu semua di sebut takdir...tau takdir...mau bagaimana pun proses dan perjuangan..kita semua akan menemukan ujung yg sudah ditakdirkan.. jadi jangan salah kan dirimu..kamu sudah berjuang dengan keras...ingat itu..faham" Jan Dwi menepuk ringan pipi Hwayeon untuk membuat Hwayeon faham.

"Umm.."Hwayeon mengangguk pelan,mata nya tampak berlinang air mata.

"Kenapa nangis?jangan nangis..kamu gak mau kena hukum lagi kan?..jangan nangis" Jan Dwi langsung memeluk erat adik nya.

Hwayeon tersenyum walau air mata berjatuhan ke pipi nya,bagi hwayeon memang Jan Dwi sangat kejam padanya waktu kecil dan membuat ia trauma, namun baginya juga Jan Dwi lah anggota keluarga yg paling dekat,apalagi setelah kematian ibunya,Jan Dwi selalu berada di sisi Hwayeon baik sedih ataupun senang, jadi bagi nya kata-kata yg baru saja diucapkan Jan Dwi kepadanya sangat berarti dan mengena di hati nya dan membuatnya tanpa sadar menjatuhkan air mata.

"Ehemm..ehem.."Haenil melihat dua kakak nya yg lagi berpelukan hangat.

"Apakah aku dilupakan?"lanjutnya tersenyum manis.

Senyuman Haenil seketika membuat Garyeok sedikit terkejut,namun karna ia terbiasa menyembunyikan perasaanya,ia tak memperlihatkan ekspresi itu di wajahnya.

"Sini.."Jan Dwi mengajak Haenil untuk berpelukan.

Dan tiga saudara itu pun berpelukan walau hanya sebentar.

Sedangkan Ae Gil hanya diam melihat tiga saudara itu,atensi nya malah terfokus ke Garyeok yg melihat Haenil dengan datar.

"???"Ae Gil dan tanda tanya difikirannya, itu karna ia jarang melihat Garyeok yg tertarik dengan orang lain,biasanya Garyeok akan mengalihkan pandangannya atau keluar dari ruangan apabila tidak ada lagi hal penting yg harus di bahas,namun kali ini serasa berbeda dari kacamata Ae Gil,apalagi Garyeok hanya melihat Haenil seorang,tidak dengan Jan Dwi dan Hwayeon.

Mereka selesai berpelukan,dan masing- masing dari tiga saudara itu masih tersenyum.

"Ehm..jika tidak ada lagi,kami permisi" Ae Gil berbicara dengan sopan.

Tiga saudara serentak menoleh ke Ae Gil.

"Kalian akan kembali ke kamar?"Jan Dwi bertanya langsung,ia lumayan santai kepada Garyeok dan Ae Gil karna usia nya yg lebih tua dari dua orang sekte Woo itu.

"Iya..tapi setelah berkemas kami akan pergi meninggalkan sekte Jang ini,tidak ada lagi informasi dan petunjuk di sini, dan sekte Jang pun sudah musnah,tak ada yg bisa mewarisinya,jadi berlama-lama disini juga tidak ada gunanya..kami ingin berpamitan sekarang.."Ae Gil menjelaskan dengan sopan.

"Hmm..kamu benar...sekte ini sudah musnah..mmm..setelah ini kalian mau kemana?"Jan Dwi mengangguk,ia sesekali melihat ke luar,ke sekte yg sebentar lagi akan menjadi bangunan tak berpenghuni jika kelompok Sekte Woo dan sekte park pergi dari sana.

"Kami akan ke sekte Kim..walaupun keadaannya juga sama seperti sekte Jang saat ini,kami akan kesana untuk melihat petunjuk apa yg tersisa.."Ae Gil dengan raut wajah yg tidak terlalu berharap.

Namun perkataan Ae Gil tentang keadaan sekte Kim membuat tiga saudara sekte Park kaget.

"Apa maksudmu?keadaannya sama dengan sekte Jang?bukankah sekte Kim sudah pulih kembali dan dilanjutkan oleh anak dari ketua sebelumnya?"Hwayeon berbicara duluan,ia yg paling kaget karna ia beberapa minggu yg lalu baru dari wilayah sekte Kim.

Night Flute Legend/Legenda Seruling Malam [Sookai]Where stories live. Discover now