"I-izi" gumam Ska lemah lalu tatapannya terarah pada mobil hitam yang baru saja menabrak mereka tampak melaju pergi tanpa menolong mereka.

Perlahan kesadaran Ska mulai menipis, samar ia mendengar teriakan orang-orang mendekat pada mereka dan semuanya seketika gelap.

"IZIIII"

Hosh hosh hosh hosh...

Skala terbangun dari mimpi buruknya, mimpi yang selama ini tak pernah hadir kini kembali lagi menghantui tidurnya. Kejadian kelam dua tahun yang lalu dimana Izi, seseorang yang sangat berharga bagi Skala menghembuskan nafas tetakhirnya.

Ceklek

Pintu kamar terbuka menampakkan Sania yang tampak khawatir. Wanita paruh baya itu lantas duduk disisi kasur putranya lalu mengelus kelapa Skala dengan lembut.

"Mimpi Izi lagi?" tanya Sania lembut, sudah terbiasa dengan situasi seperti ini dimana Skala akan meneriakkan nama Izi jika mimpi buruk itu datang.

"Aku kangen Izi bund" lirih Skala mengusap kasar wajahnya yang berlumuran keringat.

"Nak, kamu harus ikhlas. Izi sudah bahagia disisi tuhan" ucap Sania menenangkan Skala yang tampak kalut.

"Tapi aku nggak bisa tenang bund sebelum menemukan siapa pelaku penambrakan kami dua tahun yang lalu" terlihat tatapan benci dimata Skala saat membicarakan pelaku penabrakan mereka dua tahun yang lalu.

Sania menghembuskan nafas, dia tau jika putranya ini masih belum ikhlas dengan kepergian Izi.

"Bunda tidak melarang kamu untuk mencari tau siapa pelaku penabrakan kalian. Tapi ingat, jangan gegabah dalam berbuat sesuatu nak. Cari tahu kebenarannya, jangan sampai karna rasa dendam membuat kamu keliru dengan kebenaran" nasihat Sania menatap putranya dengan lekat.

Skala mengangguk, mengambil tangan Sania yang menelus kepalanya untuk ia cium.

"Iyya bunda"

🌻🌻🌻🌻

Malam ini didalam kamarnya Aletta tak henti mengumpati nama Dirga dalam hati. Semenjak kedatangan si Dokter muda itu, hidup Aletta benar-benar menyebalkan. Seperti saat ini, dia harus mendengar ceramah online di laptopnya dari sang Opa. Dan itu semua karna Dirga yang melaporkannya jika tadi ia telat meminum obat.

"Sayang kamu dengar Opa?"

Suara tegas itu menyadarkan Aletta dari keterdiamannya. Bisa-bisanya ia lupa jika sedang melakukan vidio call bersama Bima.

"Iya Opa" sahut Aletta menatap wajah keriput Bima di layar laptop.

"Kata Dirga tadi kamu telat meminum obat lagi. Kenapa bisa telat hmm?" tanya Bima dengan nada tegasnya.

Aletta terdiam sesaat mencari sebuah alasan yang tepat. Dia menyengir pada Bima yang tampak memicingkan matanya seolah tau jika sang cucu sedang mencari Alasan.

"Hahahaha kak Dirga ternyata nakal juga yah Opa, main ngadu-ngadu aja padahal tadi aku udah minum obat, tapi aku bercandai  dia dan bilang kalau belum minum obat" alibi Aletta tertawa kecil.

Bima semakin memicingkan matanya "Kamu nggak bohong kan?" tanya Bima merasa tak percaya. Dia hapal bagai mana sifat cucu perempuannya itu.

SKALETTA [END]Where stories live. Discover now