R

484 49 8
                                    

"Abang, papah minta tolong boleh?"

Theo menyembulkan kepalanya di sela pintu kamar yang dibuka tidak terlalu lebar

"Boleh pah, ada apa?"

Seperti biasa, Taiga lebih mendahulukan persetujuan dibanding menanyakan keperluan siapapun yang membutuhkan pertolongannya. Iya tampak sedang menyiapkan seragam untuk Raia, sedangkan adiknya itu masih asyik di kamar mandi sambil bersenandung fals.

"Papah harus berangkat sekarang, kayanya nggak bisa antar jemput Jenta deh nanti... Mang Supri juga masih naganter-nganter mamah kayanya"

Taiga mengangguk faham "Iya pah, biar aku aja... Aku hari ini free"

Theo tersenyum lebar lalu melangkah mendekati Taiga, Theo yang memiliki postur  lebih tinggi dibanding Taiga itu membawa sang putra kedalam pelukannya, Taiga menurut sembari menggenggam erat baju seragam Raia yang ia pegang. Tanpa bertanya sepatah katapun, Taiga membiarkan Theo mendekapnya erat, lagipula Taiga juga sedang merindukan sosok papahnya itu, sejak seminggu terakhir mereka jarang bertemu karna Theo sedang sibuk mengawasi pembangunan gedung apartemen barunya.

"Terimakasih ya bang, papah selalu berdoa semoga Tuhan selalu jaga kamu dan papah juga selalu bersyukur karna tuhan udah ngasih kamu sebagai putra pertamanya papah sama mamah"

Theo melepas pelukannya, ia lalu bergegas pergi karena katanya ada klien yang sedang menunggu. Theo tidak lupa berpesan agar Taiga segera menghubunginya jika ada kendala sekecil apapun.

Untuk menunjukan rasa terimakasih dan permintaan maaf karna sudah merepotkan Taiga ia tidak lupa mengirimkan beberapa digit nominal ke rekening Taiga, meski sempat diprotes oleh Taiga karna jumlah yang terbilang besar Theo tampaknya  tidak peduli

Ia kemudian melipir tergesa-gesa, tepat setelah kepergian Theo, Raia muncul dari balik pintu kamar mandi. Ia tidak langsung menghampiri Taiga, melainkan berhenti sebentar untuk memperhatikan abangnya yang sedang melamun itu sebelum akhirnya memanggil nama Taiga

"Abang"

Taiga sontak terkejut, namun berhasil ia sembunyikan dengan sempurna

"Hm? Lama banget dek mandinya kaya luluran 7 lapis aja"

Raia hanya nyengir, ia memang sempat beberapa kali reaply sabun mandi karna merasa ada beberapa spot yang masih belum cukup bersih

"Tadi kaya ada suara papah? Cempreng-cempreng gitu"

Raia sambil sibuk mengenakan setelan seragamnya

"Papah bilang nggak bisa anter jemput Jenta"

"Terus minta tolong Abang yang gantiin?"

"Ho'oh"

Raia manggut-manggut, kurang dari 5 menit ia sudah siap berangkat, Taiga membantu dengan membawakan ranselnya sedangkan Raia harus membawa O2 concentrator portabelnya.

"Yuk bang, Kasian Jenta nunggu kelamaan"



🍉🍉🍉




"Selesai ini ada kegiatan lagi nggak Jen?"

Taiga bertanya tanpa memalingkan wajahnya, ia sedang memutar arah menuju arah gerbang sekolah

"Udah selesai bang"

"Yeay!"

"Idih kakak kenapa sih! Ngagetin"

Raia memamerkan cengiran khasnya, pasalnya  sejak tadi wajahnya di tekuk. Ia harap-harap cemas menunggu Jenta pulang, tujuan Raia tidak lain. Ia ingin ke taman tempat biasa Raia dan taiga nongki sore, sudah cukup lama bereka tidak ke sana lantaran kondisi  kesehatan Raia yang terus menurun

TERRARIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang