B

1.4K 140 19
                                    

"Kak, Abang hawatir banget. Tadi sampe mau ikut" Theo duduk disamping brangkar tempat Raia berbaring, seorang suster laki-laki sedang memasang beberapa elektroda di dadanya setelah sebelumnya ia kembali dari ruang X ray. Beberapa hari sebelumnya Raia mengeluh sering berdebar tanpa alasan, Raia juga mengeluh dadanya terasa berat saat bernapas lebih dari biasanya padahal dia tidak sedang kambuh.

"Udah selesai dipasang, sekarang saya mau periksa masnya jangan gerak, jangan bicara sama kalo mau batuk ditahan dulu ya mas" suster ber name tag Dian itu tersenyum sambil memaparkan tujuan kegiatannya. Raia menurut, ia diam tanpa bergerak dan bernapas dengan hati-hati. Takut jika pergerakan kecilnya dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

kendati demikian, sebelumnya ia sudah meminta sang papah untuk mengambil foto dirinya yang sedang diperiksa. Raia ingin mengirimkan foto itu pada Taiga.
"Pah tolong fotoin yang ganteng ya" pesannya pada Theo sambil mengacungkan jempol ke udara. Theo  tersenyum sambil menyiapkan kamera hpnya. Sayangnya kemampuan fotograpi Theo tidak sebagus yang Raia harapkan.


Lalu setelah mendapatkan foto Raia yang sudah diusahakan se ganteng dan se oke mungkin sesuai permintaan, Theo mengirim foto tersebut ke grup chat keluarga Buamana. Hanya Taiga yang merespon dengan cepat dan cerewet menanyakan keadaan Raia secara detail, yang lain hanya membalas dengan stiker Jempol dengan berbagai tulisan konyol. Theo tau mereka hanya ingin menggoda Raia saja.

🍉🍉🍉

Raia duduk  sendirian di kursi taman, Theo sedang membelikannya minum karena tadi Raia merengek kehausan. Sejujurnya Raia tidak sehaus itu, ia hanya ingin sendirian sebentar saja. Sambil menikmati sejuknya angin kecil di taman rumah sakit itu, Raia kembali mengingat penyataan dokternya barusan dan berakhir pada satu kesimpulan.

"Jantungnya bengkak ya, hehe" Raia terkekeh miring sambil sesekali mengusap dada kirinya, ia tidak tahu harus berekspresi seperti apa dan bagaimana caranya menyampaikan berita payah itu pada Jenta, pada mamah, pada bunda, pada... Taiga?  Meski dokter tadi juga menjelaskan kalau kondisi Raia sekarang tidak menghawatirkan selama ia minum obatnya teratur dan sesuai resep, dokter Kardi juga mengatakan jika Raia tidak bisa disembuhkan. Obat-obatan hanya dapat membantu memperlambat perburukan kondisinya.

Raia tidak ingin memikirkan kemungkinan buruk apapun, lagi pula  Raia sudah dibayangi kematian sepanjang hidupnya. Diagnosa kali inipun tidak akan bisa memperburuk atau bahkan memperbaiki mentalnya. Raia ibarat ikan mati yang hanya mampu mengikuti arus air. Raia merasa tidak perlu mengkhawatirkan apapun, ia hanya perlu tetap bahagia agar orang tua dan saudaranya juga bahagia hingga nanti episode kematian tiba. Dengan cara ini, Raia berharap dapat menyampaikan terimakasih pada orang-orang hebat itu.

"Minum dulu kak" Theo menyodorkan sebotol air mineral pada Raia, gerakan kecil itu sukses membuat remaja yang sedang galau itu terkejut lalu buru-buru menyambar botol dan menegak isinya. Sebenarnya dari kejauhan ia melihat putra sulungnya itu sedang mengusap matanya. Theo tau apa yang dipikirkan Raia, karenanya ia tidak perlu mengkonfirmasi. Theo hanya perlu ada di sana, mendekap Raia seperti biasanya. Theo menepuk pundak Raia, remaja itu sedang sibuk meremas lututnya sendiri, seperti dugaannya. Anak itu tidak minum banyak, kini mineralnya hanya digeletakkan begitu saja.

"Pah, gimana cara ngomongnya ke Abang?" Theo menangkap raut bingung yang di sembunyikan dengan cengiran canggung khas Raia. Theo melepaskan senyum menenangkan setulus mungkin, ia ingin Raia merasakan kekuatan yang mengalir dari sana. "Ngomong aja kak, kaya biasanya. Kamu kenal Abang kan? Dia pasti bisa terima dengan baik" diakhir kalimatnya, Theo mendengar Raia menghembuskan napas panjang. "Udah yuk, pulang aja. Kamu habis sakit masih harus banyak istirahat" Raia mengangguk dan mengekori Theo berjalan ke arah parkiran sambil diam-diam melatih senyum paling tulus untuk membuka bicara pada Jenta, mamah, bunda dan Taiga nantinya.













Nanti lagi yaa...
Tapi curhat dulu boleh nggak?😬

Selama revisi bab ini tuh aku udah nggak sengaja ngehapus fotonya Raia yang lagi di periksa sama perawat Dian😭
Nyesek banget tau😭😭 udah itu foto dia satu2nya lagi😭
Aku udah cari2 di tong sampah juga nggak ada😭
Huuu aku galau🌪️

TERRARIUMWhere stories live. Discover now