O

509 54 15
                                    

"Apa sih dek, senyum2 Mulu... Kamu kalo kesambet bilang dulu, biar Abang siap2 lari ini"

Yang di ajak bicara tidak menjawab, cowok itu sibuk menggeser-geser layar hp ke kiri ke kanan, sesekali ia memperbesar foto yang menunjukan beberapa ruang dan bangunan sekolah yang sedang dipandanginya sejak satu setengah jam yang lalu. Raia hanya membolak balik gambar yang sama berulang kali

"Tau ih Kaka, Jen tau kalo kak Rai lagi seneng tapi Jen mau main game ini... Hpnya balikin sini!"

Rengekan yang sama sejak sejam yang lalu, awalnya Taiga tersenyum geli melihat interaksi itu, tapi setelah mendengarnya beberapa kali ia mulai jengkel.

"Dek udahan napa, balikin aja... Lagian besok senin juga kamu udah mulai masuk"

Taiga hanya mencoba membujuk dengan bicara

"Iya iya... Nih, makasih!" Syukurnya sewot

Raia menyerahkan hp milik Jenta dengan enggan, sang empu menerima dengan semangat lalu melesat entah kemana

"Hehe... Aku akhirnya sekolah umum bang, aku seneng hehe"

Raia pamer jika ia sedang bahagia. Tadi pagi di meja makan, sesuai dengan rencana yang tertunda, Theo mengumumkan kalau Raia akan mulai belajar di sekolah yang sama dengan Jenta. Tidak lupa Theo juga membeberkan beberapa syarat dan kondisi yang wajib Raia patuhi selama bersekolah nanti.

Taiga juga banyak menceramahinya soal kegiatan Raia di sekolah nanti, dalam pidato panjangnya, Taiga berpesan ia akan menyeret paksa Raia pulang jika ia sampai sakit karena aktivitas berlebihan di sekolah

"Abang!"

"Hmm?"

"Makasih ya"

Raia memeluknya dari arah samping, Taiga terdiam. Ia terenyuh, hangat sekali peluk Raia.

"Rai"

"Hmm?"

"Nggak usah makasih ke gue, gue cuma pengen ngasih lu segalanya yang gue punya, tapi diri gue juga yang pengen ngancurin kehidupan kecil lu yang nggak seberapa"

"Abang?"

"Gue sakit Rai begini terus, gue capek... Gue itu sayang banget ama lu, Jenta, mamah sama papah. Terlebih bunda, tap-"

Taiga seketika berhenti, ia sadar jika sedang salah mengambil jalur namun tidak mampu memaksa dirinya untuk kembali. Taiga harus mencari akal.

"Eh! Maaf Rai, Abang mau pergi dulu... Lupa ada kuliah reschedule...Bye"

Buru-buru ia melerai pelukan Raia. Taiga mengecup pucuk kepala raia lalu bergegas pergi, ia hanya ingat untuk menyambar kunci motor yang ada di atas nakas tapi melupakan barang-barang lainnya bahkan handphone nya masih tergeletak di sana.

"Ini hari Minggu bang"

Raia bergumam pelan, matanya tertuju pada arah Taiga menghilang.
















Nggak bisa banyak-banyak😭 aku sibuknya ke sok-sokan🙌 nanti lagi aja yaaa.... Babay

TERRARIUMOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz