Pria Pencinta Roti

50 4 0
                                    

"Yuuji... Kurasa kita harus segera kembali..."

"Sebentar lagi Kaachan... Dari sini nggak kelihatan nih..."

"Orang-orang mulai memperhatikan kita... Kalau nanti aku dilaporkan bagaimana?"

"Sebentar lagi... Pasti muncul deh. Ah! Ada!" seru Yuuji sambil melongokkan kepalanya dari balik pintu ruang Akunting tempat kami mengintip semenjak tadi. Seruannya yang bernada cukup tinggi membuatku spontan menarik tubuhnya ke belakang.

"Yuuji! Jangan teriak! Nanti ketahuan orang-orang di dalam!" seruku dengan suara setengah berbisik.

"Kaachan juga teriak lho barusan."

"Jangan membantah! Ayo kita kembali saja. Akan kutraktir makan siang dua porsi di kantin nanti," ucapku sambil menarik tangan kanan Yuuji dengan sekuat tenaga sementara tangan kirinya tetap berpegangan pada pintu ruang Akunting. Walau begitu Yuuji tetap bergeming dan justru aku yang terjungkal ke belakang.

"Sakit..." keluhku sambil mengusap-usap bagian bokongku. Sepertinya Yuuji tidak menyadariku yang terjatuh dan tetap mengintip ke dalam ruang Akunting dengan matanya yang berbinar-binar.

"Keren... Touchan keren banget... Masih lebih tinggi Gojou-sensei sih kayaknya tapi tetap keren!"

Tentu saja keren, kalau hal itu aku juga tahu.

Oleh karena itu, tidak mungkin kan orang yang keren seperti itu akan menjadi suamiku.

Kuhela napas sangat panjang sambil berusaha berdiri dengan pinggulku yang masih agak kesakitan, "Sudah puas kan? Ayo kita kembali."

"Eh~? Kaachan tidak mau lihat? Touchan keren banget lho, dia lagi memegang cangkir!" tanyanya sambil menoleh padaku dengan wajah polosnya.

"Kalau kita lebih lama disini, orang-orang Akunting pasti akan sadar dan itu hanya akan mengganggu pekerjaan Nanami-kachou kan?"

Yuuji menundukkan kepalanya dengan ekspresi wajah yang sedih, "Iya sih..."

"Nah... Ayo pergi. Akan kubelikan tambahan es krim."

Mendengar kata es krim wajah sedih Yuuji kembali menjadi ceria. Sepertinya di masa depan pun es krim tetap menjadi makanan terampuh untuk merubah hati seseorang.

Untung saja hari ini aku tidak ada pekerjaan yang begitu penting sehingga aku bisa menemani Yuuji. Saat jam makan siang tiba, sesuai janjiku aku mengajak Yuuji ke kantin perusahaan dan memesankan ramen serta yakimeshi ukuran besar untuknya, sedangkan untukku sendiri aku memesan spaghetti dengan ukuran kecil.

Hanya dalam waktu singkat dua porsi makanan berukuran besar itu sudah berpindah ke dalam perut Yuuji. Ia makan dengan sangat lahap dan wajah yang sangat bahagia. Hanya dengan melihatnya makan saja perutku rasanya sudah merasa kenyang. Tanpa sadar aku tersenyum sambil melihat Yuuji menghabiskan suapan terakhir yakimeshinya.

"Enak?"

"Enak banget! Ah, tapi masakan Kaachan masih lebih enak kok!"

"Tidak perlu memuji seperti itu kok karena makanan di kantin ini memang enak. Ini menjadi salah satu alasan mengapa aku masih bertahan bekerja di perusahaan ini."

"Eh? Bukannya karena ada Touchan?"

Aku tersedak.

Aku tersedak spaghetti yang sedang kukunyah. Yuuji dengan panik segera bangun dari kursinya dan membantuku untuk minum dan menepuk-nepuk lembut punggungku.

"Makanya Kaachan kalau makan jangan mengunyah terburu-buru."

Memangnya dia pikir ini salah siapa?!

Karena dadaku masih terasa sesak, aku tidak bisa melakukan protes dan terus minum.

TidligereWhere stories live. Discover now