Kemunculan Anak Laki-laki Misterius

83 7 0
                                    


Hari ini merupakan salah satu hari di musim semi yang cukup cerah karena beberapa hari sebelumnya langit selalu terlihat mendung bahkan hingga turun hujan. Dari jendela laboratorium tempatku bekerja, aku bisa melihat pohon Sakura besar yang tumbuh di taman sebelah gedung kantor telah bermekaran. Aku yang biasanya selalu makan siang sendirian di kafetaria atau di atap gedung kantor, hari ini entah mengapa memutuskan untuk makan siang di taman itu. Makan siang di bawah pohon Sakura yang sedang bermekaran mungkin akan dapat meningkatkan suasana hatiku.

Aku duduk di sebuah kursi kayu yang mungkin bisa memuat hingga kurang lebih 4 orang jika saling duduk berhimpitan. Kursi kayu tersebut berada tepat di bawah pohon Sakura paling besar yang ada di taman. Suasana taman siang ini dapat terbilang cukup sepi dan hanya ada beberapa orang lain sesekali berjalan melewati taman.

Kubuka furoshiki yang membungkus kotak bekal makanku yang terbuat dari kayu berwarna cokelat muda. Aku membeli kotak makan tersebut dengan harga yang lebih murah dari harga pada umumnya karena saat itu sedang ada potongan harga akhir tahun. Karena sejak kecil aku hanya hidup berdua dengan Ibuku, aku sudah terbiasa untuk selalu berhemat dan tidak bermewah-mewah dalam berbelanja. Apalagi setelah kematian Ibu saat aku masih duduk di bangku akhir SMA. Saat itu adalah masa-masa terkelamku. Ibu hidup sebatang kara dan tidak mempunyai seorang pun yang bisa disebut sebagai saudara. Sehingga aku pun tidak mempunyai wali dan harus bekerja untuk menghidupi diriku sendiri. Akibat kondisiku yang seperti itu, pihak sekolah akhirnya mengizinkanku untuk bekerja paruh waktu dan memberi keringanan untuk setahun terakhir biaya sekolah.

Wali kelasku saat itu sangat khawatir dengan kondisiku. Ia benar-benar memberikan seluruh perhatiannya padaku. Setiap hari ia selalu menanyakan tentang bagaimana kondisiku, memberikan pelajaran tambahan sepulang sekolah, dan bahkan sering membelikanku makan siang. Bukannya aku tidak bersyukur, tentu aku sangat berterima kasih atas hal yang telah ia lakukan untukku. Tapi, tidak semua senang dengan apa dilakukan oleh wali kelasku. Tentu saja hal itu menimbulkan kecemburuan sosial di dalam kelasku. Akibatnya, aku dijauhi hampir oleh seluruh murid di kelas, disebut sebagai seorang pembohong, sering kehilangan beberapa buku dan barang, atau bahkan yang paling parah, uwabaki milikku yang ada di dalam loker dipenuhi dengan tanah dan lumpur. Mudahnya mungkin hal yang kualami ini bisa disebut sebagai 'Perisakan'.

Tentu aku tidak melaporkan apa yang kualami pada wali kelasku. Bukan, bukan karena aku takut. Aku sama sekali tidak merasa takut dengan perisakan itu. Aku hanya tidak ingin merepotkan wali kelasku karena ia sudah cukup sangat direpotkan dengan mengurusku. Lagipula waktuku belajar di sekolah hanya kurang dari satu tahun lagi, jadi aku hanya punya pilihan untuk bertahan dengan semua itu.

Aku sama sekali tidak merasa takut dengan perisakan bukan karena aku merasa sombong ataupun merasa sebagai orang yang paling kuat dan tegar. Tapi semua itu karena aku tahu bahwa ada hal yang lebih menakutkan dan menyeramkan daripada sebuah perisakan. Pelaku perisakan adalah manusia. Masih sesama manusia sepertiku. Memakan nasi dan meminum susu.

Berbeda dengan jurei.

Entah mengapa sejak kecil aku dapat melihat hal-hal yang pada umumnya tidak dapat dilihat oleh orang lain. Aku dapat melihat roh, serta makhluk-makhluk tak kasat mata lain seperti siluman dan juga jurei. Hal inilah salah satu alasan yang menyebabkan aku selalu mendapat sebutan sebagai seorang pembohong. Saat SMP aku pernah salah mengira roh sebagai salah seorang teman sekelompok saat festival budaya. Aku selalu berpikir kalau kelompok kami terdiri dari 6 orang murid, padahal sebenarnya hanya ada 5 orang murid.

Kalau begitu apa itu jurei? Apakah jurei berbeda dengan roh manusia yang telah meninggal? Berdasarkan buku yang pernah kupinjam dari perpustakaan, jurei merupakan makhluk kutukan yang terbentuk dari kumpulan emosi negatif yang dipancarkan oleh manusia. Contoh paling mudahnya... Apakah kalian tahu alasan mengapa hantu lebih sering bermunculan di tempat-tempat umum seperti rumah sakit atau sekolah? Di rumah sakit mungkin masuk akal karena memang banyak manusia yang meninggal di tempat itu, tapi bagaimana dengan sekolah? Sedikit sekali orang yang meninggal di sekolah bukan? Tapi mengapa hantu sering muncul di sekolah? Hal itu disebabkan oleh emosi-emosi negatif yang menumpuk dan akhirnya membentuk jurei. Di sekolah tentu ada banyak sekali emosi negatif, salah satu contohnya seperti perasaan orang-orang yang merisakku dan tentu saja perasaanku sendiri yang kurasakan sebagai akibat dari perisakan itu.

TidligereWhere stories live. Discover now