"Kau memantau adikmu?" tanya Kaisar penasaran.

Xiendra kecil mengangguk. "Hm, melindungi dia adalah tugasku."

Kaisar mengerutkan kening. "Siapa yang mengatakan itu padamu?" Setahu Kaisar, ia tak pernah menegaskan itu pada Xiendra. Xiendra masih sangat kecil, mana mungkin diberi tugas menjaga adiknya.

Xiendra menoleh sedikit ke arah ayahnya. "Kata hatiku sendiri. Dia itu ceroboh dan banyak tingkah, sama seperti Ibu. Jadi aku harus menjaga dia seperti Ayah menjaga ibu."

Kaisar mematung. Dapat pemikiran dari mana anaknya ini? Apakah karena tiga kekuatan menyatu dalam diri Xiendra? Usia Xiendra masih 5 tahun, sama seperti adiknya. Bagi seorang anak yang berusia 5 tahun, bukankah pemikiran seperti itu terlalu dewasa?

* * * *

Beberapa hari kemudian. "Ayo kejar aku Liam!" tawa ceria itu tak lepas dari pendengaran seorang anak berusia 5 tahun yang sedang berdiri di bawa pohon sambil berpangku tangan. Anak itu hanya menggunakan pendengarannya karena matanya tertutup kain hitam. Anak laki-laki itu juga memiliki tanda lahir unik di tengah keningnya. Orang akan mengira bahwa tanda itu adalah cap khusus untuk menandakan bahwa anak laki-laki itu adalah anak Kaisar Alrancus, yakni Pangeran Xiendra Arnold.

Namun yang menjadi fokus pendengaran Xiendra bukanlah tawa kencang itu, melainkan nama yang disebut, yakni Liam. Hanya dengan sekali lompatan, Xiendra sudah berada di dekat Xianna yang sedang berlari. Saat anak laki-laki itu melewatinya, Xiendra menarik kerah baju anak laki-laki itu.

"Eh? Pangeran! Lepaskan aku!" Anak kecil itu protes. Ia marah karena ia diganggu lagi oleh Pangeran Alrancus.

"Kau mengajaknya main lari-larian kan?" tanya pangeran Xiendra kecil dengan nada dingin dan tegas.

Liam menggeleng. "Tidak Pangeran, Putri Xianna yang mengajak."

Xianna yang tadi berlari di depan langsung kembali lagi setelah melihat kakaknya menarik kerah Liam. "Xiendra, kau apa-apaan? Lepaskan dia."

Xiendra menoleh tepat pada tempat Xianna berdiri, padahal matanya tak melihat. "Lepaskan?"

Xianna mengangguk.

Dan .... Wiiiing. "Huaaa tolong!" Liam menyangkut di batang pohon yang tinggi. Siapa yang membuat Liam ada di sana? Siapa lagi kalau bukan Xiendra. Hanya dengan satu tangan, Xiendra melempar Liam ke sembarang arah seperti melempar sampah daun kering.

"Jangan main lari-larian. Kau bisa jatuh." Kemudian Xiendra pergi setelah mengganggu adiknya yang sedang bermain.

* * * *

Dua tahun kemudian. "Liam jangan menggangguku. Aku sedang menanam bunga!" Xianna marah karena sejak tadi diganggu oleh Liam.

"Hahahaha, maka dari itu ayo bermain petak umpet," ucap Liam, tapi tiba-tiba Liam terkejut karena tiba-tiba seseorang mencengkeram baju belakangnya, kemudian tubuhnya melayang di udara. Sepersekian detik kemudian, tubuhnya terlempar masuk ke dalam tong sampah.

"Ingin main petak umpet, main lah sendiri." Ternyata yang melakukan itu adalah Xiendra.

* * * *

Dua tahun kemudian. "Pangeran, kau ingin mengganggu aku yang sedang bermain dengan Putri Xianna, kan?"
Xiendra hanya berpangku tangan. Di belakang berdiri Xianna yang ingin main lagi dengan Liam.

Kali ini sepertinya Liam tak akan tinggal diam. Ia akan melawan. "Putri Xianna adalah sahabatku. Aku tak akan membiarkan siapapun mengganggu kami. Termasuk Pangeran sekalipun. Hiaa ...!" Liam akan memukul Pangeran Xiendra menggunakan ranting kayu. Tapi ....

Kaisar & Sang AmoraWhere stories live. Discover now