Mari Kita Buat Anak

23.8K 2.5K 63
                                    

Surprise! Yeay akhirnya bisa up 3 episode hari ini. Seperti biasa ini adalah bentuk terima kasih Sely kekalian semua Guys. Makasih atas vote, komen, dan dukungannya. Makasih juga udah follow Sely ya. Baca komentar kakak semua tuh bikin Sely senyum-senyum sendiri. Kayak baca surat cinta.  Pokoknya makasih banyak ya Guys.

Setelah Kaisar masuk, pintu utama pun ditutup rapat oleh para penjaga. Para penjaga itu membungkuk hormat pada Sharma. "Hormat hamba, Selir Sharma. Hari sudah malam, sebaiknya Anda kembali ke istana Selir," ucap mereka dengan sopan.

Sharma melipat tangan di depan dada. "Sesuka hatiku."

Sharma sangat kesal sekarang. Ia memilih duduk di anak tangga sambil memandangi bintang-bintang malam yang menghiasi langit. Ia berharap Kaisar akan kembali keluar karena melihat dirinya duduk di sana.

Hoaamm ... Aku mengantuk sekali.

Sudah sangat lama ia duduk di sana, mungkin sekarang sudah lewat tengah malam. Sudah berkali-kali para penjaga membujuknya untuk kembali ke istana Selir namun ia tetap keras kepala. Pada akhirnya para penjaga hanya bisa diam di tempat. Ingin rasanya mereka memberikan selimut untuk Selir mungil yang keras kepala itu, akan tetapi mereka masih sayang kepala.

Karena tidak tahan kantuk, Sharma pun menyenderkan badannya pada anak tangga yang lebih tinggi. Ia tidur dengan posisi miring setengah duduk.

Hampir satu jam lebih Sharma tidur dengan nyenyak, akhirnya para penjaga tak bisa membiarkan Sharma tidur di tangga lebih lama lagi.  Salah satu dari mereka membuka pintu istana Kaisar kemudian masuk. Penjaga itu langsung berjalan menuju ruang kerja Kaisar. Begitu sampai di depan pintu kerja Kaisar, penjaga itu berbicara pada penjaga yang ada di sana.

"Kaisar sedang bekerja. Kaisar berkata tidak ada yang boleh mengganggunya. Jika Selir Sharma memaksa masuk, pinta Selir Sharma masuk ke dalam kamar Kaisar saja," ucap salah satu penjaga yang menjaga pintu ruang kerja.

"Ini sangat penting. Aku yakin Kaisar pasti akan langsung membuka pintu," ucap penjaga pintu utama. "Selir Sharma keukueh menunggu di luar hingga tertidur. Sekarang sudah satu jam lebih Selir Sharma tidur di tangga."

Mengetahui informasi yang dibawa penting, penjaga itu pun mengetuk pintu. "Yang Mulia. Ada penjaga pintu utama yang ingin menyampaikan sesuatu tentang Selir Sharma."

Tak butuh waktu lama pintu ruang kerja langsung dibuka dari dalam. Muncul Kaisar dengan ekspresi tak bersahabat. "Sudah berapa kali aku tegaskan. Jika dia keras kepala, kalian harus lebih tegas. Apa kalian tidak tahu aku sedang bekerja?"

Semua penjaga membungkuk hormat. "Hormat kami Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus. Ampun Yang Mulia." Kemudian penjaga pintu utama membungkuk lagi. "Hamba tidak akan berani mengganggu jika hamba pikir tidak penting. Karena ini penting, hamba memohon maaf karena harus lancang mengganggu waktu kerja Yang Mulia. Ini tentang Selir Sharma. Selir Sharma menunggu Yang Mulia sejak tadi sehingga tertidur di tangga. Sudah satu jam leb-"

Belum selesai penjaga itu berbicara, Kaisar sudah meluncur pergi.

Penjaga pintu utama melirik penjaga pintu ruang kerja. "Aku bilang juga apa. Ini sangat penting. Lihatlah itu."

Kaisar keluar dari istananya. Kaisar berdiri sejenak di ambang pintu sambil menatap Sharma yang meringkuk di anak tangga. Untung saja penjaga tadi memberitahu dirinya, jika tidak, mungkin ia tidak akan tahu bahwa Sharma benar-benar menunggunya dan Selir kecilnya itu akan tidur di sana sampai pagi.

"Mengapa kalian tidak memberitahuku sedari tadi?" tanya Kaisar pada seluruh penjaga dengan tatapan membunuh.

Seluruh penjaga langsung bersujud. "Ampun Yang Mulia, kami pikir Anda akan marah jika kami mengganggu waktu kerja Yang Mulia."

Kaisar mengibaskan jubahnya. "Bodoh. Jika terjadi apa-apa pada Selir Sharma, kepala kalian harus menebusnya." Kaisar berjalan menghampiri Sharma sambil melepas jubah putihnya.

Para penjaga menelan ludah mereka dengan susah payah. Mereka tidak menyangka bahwa Selir ke-tiga akan sangat penting bagi Kaisar. Kalau begitu mereka telah melakukan kesalahan besar.

Kaisar menyelimuti Sharma dengan jubahnya. Sebelum mengangkat Sharma, Kaisar mengusap pipi Selirnya. "Dingin." Angin malam telah terlalu banyak menyapa tubuh Sharma hingga kulit gadis itu menjadi sangat dingin.

Cup

Kaisar mengecup pipi dingin Sharma. Kaisar berharap kecupannya bisa sedikit memberikan kehangatan. Setelahnya Kaisar mengangkat tubuh Sharma dengan mudah kemudian membopongnya masuk ke dalam istana pribadinya. Ia tidak mengembalikan Sharma ke istana Selir. Ia akan membawa Sharma ke kamarnya. Ia harus memberikan Sharma tempat ternyaman untuk tidur.

* * * *

Ah, mengapa nyaman sekali? Guling ini sangat besar.

Sharma menggerakkan kepalanya untuk mencari posisi ternyaman. Namun gerakkannya terhenti saat ia mengenali bau yang tercium.

Ini bau Kaisar. Apakah aku mimpi? Dia kan sedang di dalam ruang kerja. Apa jangan-jangan ini prajurit yang berjaga di dekatku?

Untuk memastikannya, Sharma membuka sebelah matanya dengan perlahan. Yang pertama ia lihat adalah warna putih. Sharma pun menaikkan pandangnya sedikit. Sekarang yang ia lihat adalah kulit yang mulus dengan satu gundukan kecil menyerupai jakun. Sharma menaikkan pandangnya lagi kemudian melihat rahang tegas yang biasa ia pandang. Pandangan Sharma terus naik ke dagu yang lancip, bibir yang indah, hidup yang mancung, kelopak mata dengan bulu mata yang lebat, kemudian terakhir alis yang seperti diukir indah untuk menampilkan guratan wajah yang tegas.

Kaisar!

Sharma segera membuka kedua matanya untuk memastikan. Ia pun tersenyum saat tahu yang ia peluk adalah Kaisar. Kaisar masih tertidur dengan nyenyak. Wajahnya tetap tampan walaupun sedang tertidur. Dan entah bagaimana bisa sebelah lengan Kaisar telah menjadi bantalan untuk Sharma.

Ya ampun, suamiku benar-benar tampan.

Sharma langsung memejamkan mata saat melihat kelopak mata Kaisar mulai bergerak. Kaisar benar-benar membuka matanya kemudian melirik ke arah wajah Sharma.

"Aku tahu kau sudah bangun. Jangan berpura-pura."

Dari mana dia tahu?

Sharma membuka matanya kemudian mundur. Ia sadar saat ini dirinya lah yang menempel pada Kaisar. Sharma duduk kemudian memperhatikan Kaisar yang ikut duduk juga. Sharma memperhatikan wajah Kaisar dengan sangat lekat.

"Ada apa?" Kaisar penasaran mengapa Sharma belum berbicara. Padahal biasanya gadis ini tidak pernah bisa diam walaupun baru bangun tidur. Apakah Sharma marah padanya?

Sharma melipat tangan di depan dada sambil memasang wajah cemberut. "Yang Mulia jahat. Yang Mulia membiarkan hamba menunggu dengan sangat lama."

"Aku tidak tahu bahwa kau akan benar-benar menungguku. Aku pikir kau akan kembali ke istana Selir setelah mengantuk. Ternyata kau sangat keras kepala. Beruntung ada prajurit penjaga yang memberitahu ku bahwa kau tertidur di luar. Aku langsung bergegas dan membawamu masuk. Aku masih peduli, Sharma. Aku tidak jahat," ucap Kaisar panjang lebar.

Mendengar ucapan Kaisar, ekspresi Sharma langsung berubah. "Benarkah?"

Kaisar menghela nafas kemudian turun dari tempat tidur. Kaisar tak ada niatan untuk menjawab pertanyaan Sharma. Kaisar mengambil cangkir kosong yang ada di atas meja kemudian menuangkan air putih dengan cara yang paling elegan. Setelah itu Kaisar langsung meminum airnya.

"Baiklah hamba memaafkan Yang Mulia. Kalau begitu mari kita membuat anak!" seru Sharma dengan semangat.

"Bufftt! Uhuk!" Air yang baru sebagian tertelan kembali keluar dengan cara menyembur kuat. Apa yang diucapkan oleh Sharma membuat Kaisar benar-benar terkejut. Apa yang Selirnya pikirkan saat mengatakan keinginannya itu?

Apakah Kaisar akan mau? Hehehehe, jawabannya ada episode selanjutnya Guys. Tunggu besok ya.

Kaisar & Sang AmoraOnde histórias criam vida. Descubra agora