Tak Pernah Menyentuh Selirnya

27.8K 3.1K 67
                                    

Setelah Sharma puas mengagumi ruangan penyambutan tamu, Ader mengajak Sharma makan buah-buahan yang sudah tersedia di meja. Karena Sharma memang lapar, akhirnya Sharma pun langsung mengiyakan ajakan kakaknya. Sambil makan, Sharma bertanya banyak tentang istana, terutama Kaisar. Ader pun menjelaskan semua yang ingin Sharma ketahui.

Kaisar di negeri ini adalah Kaisar muda. Para pejabat kekaisaran mengangkat Kaisar Ariga di usia muda karena tahta telah kosong sejak lama. Kaisar sebelumnya, yakni Kaisar Sadhan telah wafat ketika Kaisar Ariga berusaha 6 tahun. Tidak ada pewaris lain selain Kaisar Ariga karena Kaisar Sadhnan hanya memiliki satu istri.

Karena Kaisar Ariga masih kecil, maka untuk sementara tahta diisi oleh perdana menteri. Setelah Kaisar berusia 18 tahun, dan sudah dirasa mampu memimpin kerajaan, akhirnya tahta pun langsung diserahkan kepada Kaisar Ariga. Syarat menjadi Kaisar adalah memiliki Permaisuri. Maka dari itu Kaisar Ariga memilih teman masa kecilnya menjadi Permaisuri. Namun tidak hanya sampai di situ. Para pejabat kerajaan meminta Kaisar memiliki beberapa Selir untuk mengantisipasi kekosongan tahta seperti yang pernah kerjaan ini alami. Tak banyak protes, Kaisar pun memilih beberapa Selir.

Dianugerahi lima Selir bukanlah hal yang menyenangkan untuk Kaisar. Terbukti Kaisar Ariga tidak pernah menyentuh para Selirnya. Entah apa yang kurang dari para Selir itu. Kelima Selirnya berasal dari bangsawan berpengaruh, cantik, cerdas, baik, dan juga sangat anggun. Dengan semua itu, Kaisar masih tidak tertarik untuk menyentuh mereka. Jangankan menyentuh, melirik saja pun tidak.

Mendengar cerita kakaknya, Sharma menjadi penasaran. "Kalau kelima Selir itu cantik, lalu mengapa Kaisar tidak suka?"

"Tidak ada yang tahu pasti. Mungkin karena Kaisar sangat mencintai permaisuri," jawab Ader sesuai dengan apa yang sering dikatakan oleh penduduk istana dan negeri Alrancus.

"Memangnya Kaisar sangat mencintai Permaisuri ya? Apa sebabnya?" Entah mengapa Sharma sangat ingin tahu.

Ader melirik Sharma sekilas kemudian melanjutkan suapan buah ke dalam mulutnya. "Hmm. Tidok ado yong boso menobok." Ader berbicara sambil mengunyah makanan.

Tiba-tiba saja Ader tersedak. Sharma segera menuangkan air kemudian menyerahkannya pada Ader.

Setelah baikan, Ader menatap adiknya. "Hubungan Permaisuri dengan Kaisar sangat tertutup. Mereka tidak pernah terlihat jalan berdua ataupun berkeliling berdua di istana, kecuali acara tertentu. Permaisuri tidak pernah keluar dari istana Permaisuri. Kaisar menempatkan Permaisuri di istana khusus dan tidak ada yang boleh ke sana kecuali pelayan Permaisuri. Semua kemewahan ada di sana. Itulah yang menyebabkan semua orang menyimpulkan bahwa Kaisar sangat mencintai Permaisuri. Bahkan matahari pun Kaisar cemburui."

Sharma mengambil pisau kecil lalu mengambil buah apel. "Apakah Permaisuri sangat cantik?" tanya Sharma penasaran.

Ader mengangguk. "Sangat. Dia adalah wanita tercantik di negeri ini. Kulitnya putih berseri, wajahnya cantik seperti bidadari, senyumnya secerah sinar mentari pagi, matanya berkilau seperti berlian, rambutnya hitam berkilau, dan Permaisuri sangat ramah dan anggun." Ader pun sampai tersenyum sendiri mengingat betapa cantiknya Permaisuri. Jika dibandingkan dengan adiknya ini, ekhem, adiknya sedikit tertinggal.

Sharma menatap ke langit-langit ruangan sambil menggambar imajinasi tentang rupa Permaisuri yang di deskripsikan oleh Ader. Hanya imajinasi saja, Sharma sudah yakin ia kalah jauh oleh Permaisuri. Tentu saja Kaisar akan sangat mencintai nya.

"Namun, beberapa tahun terakhir ini, kesehatan Permaisuri semakin menurun. Bahkan tabib melarang Permaisuri untuk mengandung lagi. Kaisar memiliki lima Selir, namun sayang, kabar tentang Permaisuri tidak boleh mengandung lagi pun tak membuat Kaisar ingin menyentuh Selir-Selirnya. Jadi kau tenang saja, kau tidak akan disentuhnya." Sedikit tidaknya, Ader tahu bahwa Sharma belum menyukai Kaisar. Pastilah Sharma takut jika Kaisar tiba-tiba menyentuhnya.

Woho ... Kaisar ini memang seorang yang teguh imannya. Selir-selir cantik seperti Selir Ghauni saja tidak ada yang disentuh? Kalau di luar sana, jangankan yang cantik, yang rupanya seperti topeng monyet pun akan dibabat habis.

Tiba-tiba Sharma ingat tentang kematian Ibu Ratu. Kabar kematian Ibu Ratu datang simpang siur. Ada yang berkata Permaisuri sakit jantung, dan ada yang bilang Ibu Ratu sakit paru-paru, dan ada juga yang bilang karena keracunan. Entah mana yang benar karena Ajoz tidak bisa memastikan. "Ibu Ratu meninggal karena sakit. Sakit apa, Kak? Aku baru ingat untuk menanyakan ini."

Ader mengambil buah apel dan pisau yang Sharma hempaskan tadi. "Ibu Ratu mengidap penyakit yang aneh. Muntah darah hampir setiap hari, akan tetapi tabib tidak tahu penyakit apa yang diderita oleh Ibu Ratu. Hanya bertahan satu bulan, Ibu Ratu menghembuskan nafas terakhir."

Ya ampun, ternyata begitu. Lalu mengapa aku dan paman tidak mengetahui ini? Aku rasa ada sesuatu yang ditutupi oleh kerajaan.

"Nona Sharma, Tuan Ader. Kalian diminta untuk segera bersiap-siap. Silahkan ikut saya." Tiba-tiba datang seorang pelayan yang meminta mereka untuk mengikuti nya.

Sharma menatap makanan yang masih bersisa banyak di atas meja. Bahkan ia belum menghabiskan semua. Sayang sekali bukan?

Selamat tinggal.

Sharma melambaikan tangan pada makanan. Pelayan yang berdiri di ambang pintu sampai mengerutkan dahi karena heran. Sedangkan Ader, dia sudah terbiasa dengan adiknya yang sedikit 'miring'.

Sudah hampir satu jam Sharma dan Ader menunggu di depan meja makan. Tangan Sharma sudah sangat gatal ingin menyentuh daging ayam panggang yang tersedia di sana. Meja makan ini sangat panjang. Dan sepanjang meja itu dipenuhi oleh berbagai macam hidangan. Bayangkan saja, semasa hidupnya ia tidak pernah mendapatkan makanan sebanyak ini. Kapan lagi coba?

Di depan pintu ruangan ada dua pengawal yang berdiri tegak tanpa mengenal lelah. Jika Sharma yang ada di posisi mereka, mungkin sejak tadi ia sudah meluruskan pinggang berkali-kali. Kasihan sekali mereka.

"Hormat kami Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus."

Mata Sharma yang sejak tadi sibuk memperhatikan makanan, kini teralihkan pada pintu masuk.

Begitu sesosok manusia jangkung muncul di pintu, air liur Sharma benar-benar akan menetes. Sosok manusia yang mengenakan jubah hitam bersulam emas itu melangkah masuk tanpa senyuman. Langkahnya lebar, badannya tegap, bahunya bidang, jubahnya lebih berwibawa dari yang lain, dan pastinya sosok itu sangat tampan. Tapi ... Seram!

Kaisar & Sang AmoraWhere stories live. Discover now