Aletta menghembuskan nafas berat, dia paham bagai mana kecewa dan marahnya papa serta abangnya itu. Tapi ini yang terbaik, dia tidak ingin kedua pria itu semakin tersakiti jika karna perbuatan Raya.

Cup

"Letta berangkat bibi, papay" teriak Aletta lalu meninggalkan dapur.

🌻🌻🌻

Aletta menghentikan mobilnya ketika tiba diparkiran sekolah. Gadis itu meraih sebuah benda kecil lalu memasukkannya kedalam tas ransel miliknya. Menuruni mobil dengan tas yang tersampir dibahu kiri tampak menabah kesan badgirl.

Dia berjalan dikoridor sesekali tersenyum menjawab sapaan dari murid lain. Setelah tiba didepan ruang kelas, Aletta mendorong cukup keras pintu bercat putih itu membuat semua orang memekik kaget.

"ALETTA LO KEBIASAAN BANGET SIH BUAT GUE JANTUNGAN" teriak Kanaya—si bendahara kelas sembari berkacak pinggang menatap Aletta dengan tajam. Sedangkan si pelaku hanya cengegesan tidak jelas.

"Sorry bu bendahara, gue kira udah telat heheheh" cengirnya tanpa dosa.

"Tapi nggak lo dobrak juga pintu bego, sekarang bayar uang kas lo yang udah nunggak sebulan" Kanaya mengadahkan tangannya pada Aletta yang hanya ditatapan polos sang empu.

"Emmm, gue ngutang dulu yah Nay, soalnya gue cuma bawa uang lima ribu buat beli cilok" ucap Aletta memelas, membuat Kanaya melototkan matanya garang.

"Lo ini kaya, rumah lo besar, ke sekolah naik mobil mewah. Tapi giliran disuruh bayar uang kas sepuluh ribu aja nggak bisa. Dasar ormis" sinis Kanaya mengomel seperti ibu penagih kost.

"Hah Ormis apaan dah?" Aletta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Orang kaya miskin" kesal Kanaya lalu melenggang pergi dengan rasa dongkol.

Aletta tertawa karna berhasil mengerjai bendahara galak itu. Sebenarnya dia punya uang, hanya saja membeli cilok lebih penting dari pada uang kas yang tidak menguntungkannya itu.

Menggeleng pelan, Aletta berjalan kearah bangkunya masih dengan tertawa kecil. Namun saat pandangannya tak sengaja bertemu dengan Skala, senyum itu hilang tergantikan dengan wajah bersalah.

Sial, karna terlalu sibuk mengungkap kejahatan Raya dia sampai lupa mengabari kekasihnya itu. Aletta semakin deg-degan kala Skala hanya meliriknya sekilas lalu kembali membaca buku sainsnya.

"Morning sayang" sapa Aletta berusaha ceria, dia berniat ingin mencium pipih Skala seperti pagi biasanya. Namun dengan cepat cowok itu menghindar.

"Kamu kok gitu sih, kamu marah?" tanya Aletta setelah mendudukkan dirinya disamping Skala. Tangannya menggapai tangan Skala namun ditepis oleh sang empu.

"Kamu nggak liat aku lagi baca buku" sinis Skala tanpa menatapnya.

Alette mengehela nafas, dia akui dia salah karna tak mengabari Skala yang notabennya adalah kekasihnya. Tapi jujur, dia benar-benar lupa.

"Maaf" ucap Aletta namun tak diindahkan oleh Skala, cowok itu masih fokus pada bukunya.

"Sayang maaf, jangan marah lagi yah" Aletta menggoyang-goyangkan lengan Skala namun tak menganggu kegiatan cowok itu.

SKALETTA [END]Where stories live. Discover now