Nomor Jualan
Maaf.
08.47

Awesome Girl
Kita kerjain supir ini. Aku nggak suka Cak Mail diganti. Kayaknya, Abuya ngerencanain sesuatu.
08.48

Lagi, Husna hampir saja menoleh. Tapi, ia kembali ingat dan menahan diri.

Nomor Jualan
Maksud?
08.49

Awesome Girl
Pokoknya, nanti kita bikin dia pusing. Jangan biarin dia gangguin kesenangan kita. Yang bener aja … RUGI DONG.
08.49

Husna tak bisa untuk tak bereaksi membaca chat sang kakak sepupu. Ia tertawa kecil seraya menutup bibirnya, lalu sedikit melirik Salma yang tampak tersenyum sambil menatap layar ponsel. 

Ini yang dia suka dari Salma, selalu kocak dan lucu. Tapi, ketika keisengannya muncul, Husna sering merasa khawatir. Bahkan, kadang memang Salma tidak takut melakukan hal-hal berbahaya, seperti janji temu dengan kekasihnya bulan lalu.

Nomor Jualanku
Tapi, nggak pake ketemuan lagi kayak bulan lalu, kan? Saya takut, Mbak Ning.
08.50

Awesome Girl
Eh! Nggak. Ngapain ketemuan di Pasuruan. Nanti Bibi ketahuan santri Abinya atau tetangganya bakal bahaya. Kita hanya seneng-seneng sama mata-mata Abuya ini.
08.51

Husna heran dengan sebutan yang diberikan Salma pada Abid. Mata-mata Abuya? Ah, sepertinya tidak mungkin Abid diutus sebagai mata-mata. Lagipula, apa yang mau dimata-matai dari kegiatan berbelanja hadiah untuk Nabila?

Husna tak bisa untuk tak penasaran sebab kecurigaan Salma. Diam-diam, ia sedikit melongok dan memperhatikan Abid melalui kaca spion samping. Meskipun pantulan diri Abid tampak kecil, tapi cukup jelas memperlihatkan mimik wajahnya.

Pemuda berwajah teduh dengan kulit kuning langsat. Tak hanya rupanya yang teduh dan menenangkan, pembawaannya pun tenang. Rambut ikalnya terpangkas rapi. Pakaiannya bersih dan rapi, kemeja yang dia pakai pun tampak tidak murahan. Dan … kalau tidak keliru ingat, sarungnya juga tampak berkelas. Kiai Mahrus memanggilnya Nak Mas, cocok dengan pembawaan dan perawakannya yang memang kentara seperti golongan priyayi. Lalu …

Belum selesai dengan kesibukannya menilai Abid, Husna harus dikejutkan oleh pemuda itu yang tiba-tiba menengok spion dan menangkapnya tengah memperhatikan. Sontak, Husna membelalak dan segera menunduk. Ia pun langsung memegang dadanya, berusaha menenangkan jantungnya yang berdetak sangat kencang. Hampir copot rasanya. Sungguh, rasanya bukan hanya kaget, tapi sangat malu.

"Husna …!" rutuknya dalam hati, "Bukankah seharusnya memang tidak boleh memandang lelaki selama itu? Seharusnya kamu bisa menjaga pandangan."

Mata Husna masih terpejam ketika tiba-tiba ia merasakan Salma kembali mencolek pahanya? Sontak, ia menoleh sembari tetap berusaha tampak tenang—meskipun pasti gagal. 

Salma menyentakkan dagu dan bertanya "kenapa" tanpa suara. Kedua alisnya pun terangkat dengan senyum tengil dan isyarat kerlingan mata kiri. Lalu, ia berisyarat pada ponsel.

Awesome Girl
Ciye … kagum, nih? Uhuy …! Cintaku Kepentok Supir Pamanku, dong.
08.53

Seketika, Husna membelalak dengan masih menatap layar ponsel. Ia tak mengira bahwa Salma berpikir sejauh itu. Tadi …  Husna sama sekali tak berpikir ke situ. Tapi setelah insiden tertangkap basah dan gelembung chat terakhir dari Salma … ada hal lain yang terjadi pada dirinya. Jantungnya berdegup sangat kencang dan terasa hampir copot. Tapi, ia menyukainya. Dan rasanya saat ini … seperti ada kupu-kupu terbang dalam perutnya.

Apakah mungkin … ini merupakan ketertarikan terhadap lawan jenis?

"Astagfirullahaladzim," gumam Husna pelan seraya memejam. Sangat pelan agar tak ada yang mampu mendengar kecuali ia sendiri. Jika benar demikian ..  ini tak boleh dibiarkan. Husna tak boleh memelihara perasaan yang tidak-tidak. Ia tak mau terjadi hal menyakitkan di kemudian hari. Bahkan, ketika semua seakan mungkin pun, ia tak boleh banyak berharap. Ia bukan Salma yang begitu nekat.

Kembali terngiang kalimat Salma ketika Husna menegurnya karena kenekatannya berhubungan dengan Ishak. "Tenang aja, Dik. Semua sudah aku pikirin mateng-mateng. Bibi itu putra Kiai Fauzan. Selain mahasiswa, dia juga lulusan Darul Arkom Surabaya. Nggak akan melenceng dari kriteria calon mantu Abuya. Yang terpenting, aku dan Bibi nggak boleh sampai ketahuan ada hubungan. Nanti, tinggal Kiai Fauzan ngelamar ke rumah. Udah, deh, kayak dijodohin, kan? Pasti lancar."

Tidak! Husna tak senekat itu. Ia juga tak punya keberanian berharap. Pasalnya, mengenal lelaki secara khusus juga merupakan pendekatan pada zina kecil. Sementara itu, ia merupakan Hamilatul Quran. Ia harus mampu menjaga diri.

 Ia harus mampu menjaga diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Titik BalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang