Permaisuri Ghauni Semena-mena

Start from the beginning
                                    

Sharma mengangguk. "Tidak perlu berterima kasih. Aku bisa merasakan apa yang kalian rasakan. Pulanglah dulu. Tapi berjanjilah, setelah ini kau harus lebih semangat lagi menjaga istana dan lebih tulus lagi bekerja."

Penjaga dan pelayan itu mengangguk. "Pasti, Selir Sharma. Kami berjanji." Kemudian pelayan dan penjaga itu pergi.

Setelah penjaga tadi pergi, Sharma langsung beralih pada penjaga yang lain. Wenari, Nora, dan dua penjaga setia Sharma kembali mengikuti Sharma.

"Kau," Sharma menunjuk penjaga satu persatu. "Sudah punya istri?"

Penjaga itu menggeleng. "Belum, Selir Sharma," jawab penjaga itu jujur.

Sharma langsung melewati penjaga itu untuk beralih ke yang lain. "Kau sudah memiliki istri?"

Penjaga yang kali ini mengangguk. "Sudah, Selir Sharma," jawab penjaga jujur.

Sharma langsung menunjuk arah keluar area istana Kaisar. "Pulang."

Sharma bertanya ke jajaran selanjutnya. "Punya istri?"

Penjaga itu mengangguk.

"Pulang."

"Kau sudah punya istri?"

"Tetap di sini."

"Kau sudah punya istri?"

"Pulang."

"Pulang."

"Tetap di sini."

"Pulang."

Begitulah hingga seterusnya. Sharma terus mengabsen para prajurit dengan pertanyaan sudah memiliki istri atau belum. Bagi yang sudah, Sharma menyuruh mereka pulang. Sedangkan bagi yang belum, Sharma meminta mereka untuk tetap tinggal. Bagi penjaga yang tak mengetahui kronologi awal sangat bingung. Beruntung keempat manusia yang setia mengikuti Sharma memberikan penjelasan sehingga mereka semua mengerti.

Kegiatan menyeleksi itu terus berlanjut hingga siang hari. Akhirnya Sharma selesai di bagian belakang. Kini penjaga istana telah berkurang setengahnya. Sharma pun mengusap peluh di keningnya.

Kehebohan terjadi karena tindakan Sharma. Petinggi istana geram dengan Sharma yang bertindak seenaknya, akan tetapi mereka tak berani untuk menegur. Mereka masih ingat dengan jelas bagaimana sikap Kaisar jika mereka berani menyenggol Selir kesayangan Kaisar itu. Biarlah mereka menunggu kepulangan Kaisar, setelah itu baru mengadukan masalah ini pada Kaisar. Biar Kaisar saja yang menegur Selir yang satu itu.

Sharma baru duduk beristirahat di pinggir danau teratai. Sekarang danau teratai adalah tempat favorit Sharma untuk bersantai. Ia meminta dua pengawal setianya untuk mengambilkan air minum dan beberapa buah.

Sharma mengipaskan tangan di depan wajah. "Siang ini sangat panas," keluh Sharma.

Seharusnya Sharma tak perlu sampai berkeringat seperti itu. Tapi karena mereka berjalan mengelilingi Istana tanpa terkecuali, maka terjadilah pembakaran lemak secara besar-besaran.

"Selir Sharma!" Terdengar suara menggelegar dari arah belakang sehingga Sharma dan dua pelayan pribadinya menoleh. Ternyata benar dugaan mereka. Itu adalah Permaisuri Ghauni.

Begitu Permaisuri Ghauni sudah ada di depannya, Sharma langsung berdiri dengan bantuan dua pelayannya.

"Apa?" tanya Sharma tanpa memberikan hormat.

Permaisuri Ghauni melipat tangan sambil menatap tajam. "Kau pikir kau siapa?"

Sharma menggaruk pangkal hidungnya. Ia malas ada drama seperti ini lagi. "Jika Permaisuri lupa, aku adalah Selir Kesayangan Kaisar Ariga." Sharma mengingatkan.

Permaisuri Ghauni berdecak kesal. "Aku tahu itu. Yang aku tanyakan, dengan posisi itu, apa berhak kau bertindak seenaknya?"

Sharma baru mengerti, pasti ini karena ia yang memulangkan semua prajurit yang memiliki istri. "Memangnya kenapa? Apakah ada yang salah? Mereka juga manusia, memiliki rasa rindu pada keluarga."

Ghauni menunjuk wajah Sharma tepat di depan wajahnya. "Jangan sementang Kaisar selalu membelamu dan kau bisa berbuat seenaknya. Sekarang Kaisar sedang tak ada, sebagai Permaisuri, maka tugas dan tanggung jawab Kaisar ada padaku. Selaku orang yang memiliki kekuasaan tertinggi untuk saat ini, aku putuskan untuk memenjarakan mu."

Sharma melotot tak terima. "Memangnya aku salah apa?"

"Kau salah karena bertindak gegabah. Kau memulangkan semua penjaga yang beristri sehingga kini penjaga hanya tinggal setengah. Kau tahu, musuh kerajaan akan memanfaatkan ini untuk menyerang Istana. Apalagi sekarang mereka tahu bahwa Kaisar, Erlanh, Ader, dan Azoch sedang tak berada di istana. Kau melakukan tindakan membahayakan kerajaan. Oleh sebab itu aku tetapkan hukuman penjara serta hukuman 100 cambukan. Dan aturan yang Kaisar buat sebelumnya tentangmu, mulai detik ini aku cabut."

Ternyata Permaisuri Ghauni memanfaatkan kekuasaannya untuk berbuat semaunya. Memang benar jika Kaisar tak ada, maka Permaisurilah yang menjadi penguasa tertinggi. Semua perintah Permaisuri harus dilaksanakan tanpa ada bantahan layaknya perintah dari Kaisar.

Wenari dan Nora langsung membulatkan mata. Sedangkan Sharma masih bersikap tenang.

Apa yang akan terjadi selanjutnya, Guys?

Kaisar & Sang AmoraWhere stories live. Discover now