TGIASH || °42° RAYHAN

11.3K 894 84
                                    

MAMPIR KE IG RARA YUK 😗
ADA CERITA BARU YANG RARA PUBLISH DI SANA

MAAF KALO LAMA UP
HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"bangun, semuanya masih sayang kamu." — Syila

🌼🌼🌼

Syila menatap sendu kearah pintu ruang operasi yang didalamnya terisi Rayhan, beberapa suster dan dokter. Entah operasi keberapa ini, firasatnya benar-benar buruk tentang ini.

Merasa ada tepukan di bahunya, Syila menolehkan kepalanya. Disana sudah ada Aya yang menepuk pundaknya dan Sella yang berdiri disebelah Aya sambil menggendong Iqbal.

"Semua bakal baik-baik aja kok." Ujar Aya sambil kembali menepuk pundak Syila dua kali.

Sella tampak tersenyum tipis dan mendekati Syila. "Gue yakin, suami lo bakal baik-baik aja." Setelah mengatakan hal itu, dia kemudian mendudukkan Syila di susul dirinya juga.

Tanpa mereka sadari, waktu kini mulai memasuki subuh. Saat matahari perlahan muncul dengan malu-malu. Syila akhirnya melaksanakan shalat subuh bersama mereka kecuali umi Sarah yang kini menjaga Iqbal dan akan shalat setelah mereka selesai.

Syila mengadahkan tangan nya keatas dan mulai memejamkan matanya. Dalam batin, "ya Allah, maafkan semua dosa-dosa hamba. Hamba mohon jangan bawa suami hamba, biarkan dia menatap putranya dahulu ya Allah." Syila tanpa sadar meneteskan air matanya.

Menyadari air matanya turun, dia kembali membuka matanya dan menghapus air mata tersebut. Dia tersentak kala suara seseorang masuk ke gendang telinganya.

"JANTUNG PASIEN NOMOR 49 KEMBALI NORMAL!" Pekik seorang dokter. Nomor 49 adalah nomor milik Rayhan, Syila sontak bangkit dan membuka mukenah nya kemudian di ganti dengan jilbab instannya.

Begitu juga dengan Sella dan Aya dan yang lainnya. Mereka bangkit dan mulai menyusul Syila yang berlari kecil kearah ruangan Rayhan.

"Umi!" Pekik Syila pelan kepada umi Sarah yang kini berdiri di pintu ruangan Rayhan. Umi Sarah tampak menolehkan kepalanya kearah Syila. Akbar dengan segera mengambil alih gendongan Iqbal dari umi Sarah.

Beliau tampak tersenyum tipis dan menyerahkan Iqbal pada Akbar. Dia menatap teduh kearah Syila yang menatapnya.

"Alhamdulillah, kata dokter Rayhan udah keluar dari masa kritisnya. Sekarang kita cuma bisa tunggu Rayhan sadar aja." Sahut umi Sarah sambil menyentuh pundak Syila.

"Alhamdulillah." Dapat mereka lihat tatapan berbinar dari Syila.

oOo

Hari demi hari terlewati. Tanpa mereka sadari sekarang sudah lima hari sejak Rayhan di kabarkan selamat dari masa kritisnya. Sekarang, Syila sedang menggendong salah satu bayinya dengan satunya lagi di gendong oleh sang ibu yang duduk di kursi roda.

Tentang kejadian kedua orangtuanya, sang ibu — Arin selamat, namun dia harus mengalami kelumpuhan karena kakinya terjepit. Sedangkan sang ayah sendiri — Affan, kini dia masih di rawat dengan beberapa alat medis di tubuhnya.

Syila semua bertukar tugas agar bisa merawat kedua orang yang di sayanginya. Merasa sang putra sudah tertidur, dia mendudukkan dirinya di bangku yang terletak di sebelah kasur Rayhan. Disampingnya sudah ada Arin yang menggendong anak nya yang satunya.

"Syila, bunda ketoilet sebentar ya?" Pinta Arin pada Syila. Dia tampak menolehkan kepalanya dan mengangguk.

Arin kemudian meletakkan putra kedua Syila di sebelah Rayhan yang kebetulan lumayan luas. Setelah kepergian Arin, Syila menatap sendu kearah Rayhan. Dia kemudian meletakkan putra pertamanya di sebelah Rayhan yang satunya, jadilah Rayhan tidur dengan kedua putranya di sebelahnya.

Syila menggenggam salah satu tangan Rayhan, baru saja suaranya ingin keluar, tiba-tiba Mahen masuk kedalam mencari sang bunda.

"Assalamualaikum, dek bunda mana?" Tanya Mahen yang nyelonong masuk kepada Syila.

"Wa'alaikumsalam, Abang ngagetin aja. Bunda lagi di toilet." Sahut Syila sambil meletakkan genggaman tangan nya.

Tak lama kemudian Arin muncul dari arah toilet dan menghampiri mereka. "Kenapa bang?" Tanya Arin kepada Mahen.

Mahen menolehkan kepalanya kearah sang bunda. "Ayah udah sadar Bun." Sahutnya.

Syila sontak melepaskan genggaman tangannya dan menatap Mahen. "Ayah sadar?" Tanya Syila sekali lagi untuk memastikan.

Mahen menganggukkan kepalanya dan menatap kearah si kembar. Seakan mengerti apa yang di pikirkan sang adik, dia membuka suaranya. "Kamu di sini aja, jaga si kembar." Pinta nya sambil mendorong kursi roda Arin.

Syila sedikit kecewa dengan jawaban Mahen. Namun disisi lain dia juga paham dengan tanggungjawab nya yang kini menjadi seorang ibu dari dua anak kembar laki-laki.

Dia memandang kearah Rayhan. Hingga tiba-tiba salah satu jari-jari Rayhan bergerak. Sontak, Syila langsung mendekatinya kembali.

"Mas Ray?" Ujar Syila guna memastikan saat Rayhan perlahan mulai mengerjapkan matanya pelan.

"Siapa?" Satu kata yang keluar dari mulut Rayhan mampu membuat Syila terdiam, amnesia?

"Sebentar, aku panggil dokter dulu." Setelah mengatakan hal itu, Syila bangkit dari duduknya dan keluar dari ruangan Rayhan.

Rayhan menatap punggung Syila yang perlahan hilang, dia menyentuh kepalanya kala itu terasa sedikit berdenyut. Setelahnya, dia merasa terdapat pergerakan kecil di sebelah kanannya. Menolehkan kepalanya, dia menemukan bayi laki-laki di sisi kanannya, dia kembali menoleh ke kiri dan menemukan satu bayi yang mirip dengan satu nya.

Kepalanya kembali berdenyut, dokter tiba-tiba masuk kedalam ruangannya bersama dengan wanita tadi, Syila.

Dokter tersebut mulai memeriksa keadaan Rayhan. "Bagaimana dok?" Tanya Syila sambil menatap khawatir Rayhan.

"Kondisinya sudah lebih baik, dia hanya mengalami amnesia retrograde. Dimana kondisi ini di tujukan kepada seseorang yang sulit untuk memperoleh kembali ingatan di masa lalunya." Sahut dokter tersebut.

Syila terdiam sebentar. "tapi, amnesia ini bisa di sembuhkan?" Tanya Syila kepada dokter Azani.

"Bisa, dengan terapi contohnya." Sahut dokter Azani. Setelah itu, dia pamit pergi.

Syila mengalihkan pandangannya. "Mas ingat sesuatu?" Tanya Syila hati-hati.

Rayhan tidak menyahuti, dia masih memandang dua bayi kecil laki-laki yang masih memejamkan matanya di kedua sisi tubuh Rayhan.

"Mereka siapa?" Tanya Rayhan bingung. Pasalnya, wajah kedua bayi itu mirip dengannya sewaktu kecil. Matanya yang sama-sama tajam, pipinya yang sedikit berisi dan jangan lupakan bibir tebal namun sedikit tipis persis seperti miliknya.

🌼🌼🌼🌼

GIMANA BAB KALI INI?
YANG PASTI CERITANYA MASIH PANJANG YA 😙

TAPI RARA USAHAIN UNTUK ENDINGNYA YANG HAPPY.

GIMANA?

SEE YOU AGAIN GUYS 👋
BYE 👋💜

THE GIRLS INSYAF AND SECRET HUSBAND || End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang