"Jangan bengong. Ayo, cepat!" bujuk Aji lagi.

Sri langsung menuruti perintahnya. Ia menaiki motor itu dan duduk di jok belakang. Awalnya, ia sempat merasa canggung dan kesulitan untuk menaiki sepeda motor yang lumayan tinggi itu, tapi Aji menunggunya dengan sabar. Setelah memastikan Sri merasa nyaman dengan posisi duduknya, sepeda motor itu segera melaju.

Mereka tidak melewati perumahan Grand Adam Garden karena sepeda motor itu tidak bisa melewati gang sempit yang menghubungkan area kampung dan area perumahan. Mau tidak mau, mereka harus mengambil jalan memutar di wilayah padat penduduk, sehingga Sri harus menerima tatapan para tetanganya sambil menunduk. Ibu-ibu yang sedang menyapu dan para nenek yang sedang mengasuh cucu menoleh ke arah mereka. Para karyawan yang sedang berangkat kerja melirik ke arah mereka. Anak-anak muda yang sedang berangkat sekolah menatap dengan penasaran. Bagaimana tidak? Suaminya Bu Sri yang jarang keluar rumah dan sudah menjadi pengangguran itu, kini menunggangi sepeda motor mewah sambil memboncengi istrinya yang masih berseragam kerja.

Ia sudah mencoba menegur mereka sambil tersenyum, bersikap seolah tidak ada yang aneh, tapi lama kelamaan ia bisa membayangkan apa yang ada di dalam pikiran orang-orang itu.

Cuma kerja jadi cleaning service, tapi kok bisa beli motor mewah begitu? Memang dia kerja sampingan apa selain jadi tukang jahit? Suaminya, kan, pengangguran. Setiap hari diam di rumah atau keluyuran nggak jelas. Katanya sudah dapat kerja lagi, pagi-pagi sering pergi. Kerja apa memangnya? Mungkin dapat warisan. Warisan kok untuk beli motor mewah? Bukannya lunasi utang-utangnya dulu.

"Ini motor siapa, Mas?" tanya Sri.

"Motor kita," jawab Aji singkat, melirik ke arah Sri lewat spion.

Dapat uang dari mana? Sebenarnya Sri ingin menanyakan pertanyaan itu, tetapi rasanya sangat berat. Dalam hatinya, ia takut jawaban dari pertanyaan itu tidak sesuai dengan harapannya. Mungkin lebih baik bila ia tidak usah bertanya sehingga ia tidak perlu memikirkannya. Kata gurunya dulu, kalau tidak tahu berarti tidak dosa.

Setelah akhirnya sampai di jalan raya, Aji mempercepat laju kendaraannya. Tak ada gunanya, toh mereka tetap akan terhambat oleh kemacetan. Arah jalan menuju tempat kerja Sri memang dikenal sebagai pusat kemacetan. Namun di luar dugaan, Aji mengambil jalan lain, jalan yang lebih sepi dan berlawanan arah. Sri tahu bahwa itu bukanlah jalan menuju tempat kerjanya.

"Mas, arah ke tempat kerjaku bukan lewat sini," ucap Sri.

"Aku tahu. Siapa bilang aku mau mengantarmu kerja?" jawab Aji.

"Lalu?"

"Jalan-jalan."

Sri panik mendengar jawaban itu. Ia berusaha menatap wajah Aji lewat spion, tapi tak bisa. 

"Jalan-jalan? Tapi aku harus kerja, Mas! Aku udah terlambat!"

Aji tertawa. Suara tawanya agak aneh karena tertutup oleh helm, tapi Sri tahu itu adalah suara tawa yang sangat puas.

"Jalanannya udah sepi. Pegangan yang kencang, Sayang!"

Sepeda motor itu melaju semakin cepat. Mereka melewati truk-truk besar, kontainer, dan mobil-mobil pribadi. Sri tidak bisa menolak. Ia duduk di kursi penumpang dan ia tidak bisa mengambil keputusan apa-apa. Mungkin lebih baik untuk pasrah saja. Sri memeluk pinggang Aji, bukan karena takut, tapi karena ia sudah lama sekali ingin merasakan hal seperti ini. Kebut-kebutan di jalan raya sambil memeluk laki-laki dari belakang. Adrenalinnya meningkat ketika mereka melewati tikungan tajam, tapi ia berusaha tetap tenang. Ia tidak tahu akan dibawa ke mana, ia hanya tahu bahwa ini menyenangkan.

Seharian itu, ia membolos seperti anak sekolah yang baru pertama kali membolos dan merasakan kehidupan di luar dinding sekolah. Aji mengajak sarapan di sebuah restoran di dalam hotel. Lagi-lagi, ia merasakan menyantap makanan dalam suasana yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia bebas mengambil makanan dari berbagai penjuru dunia yang terhidang di sana, sepuasnya sampai ia kekenyangan. Di sekelilingnya, ia melihat orang-orang bule yang sedang berlibur serta pria-wanita pekerja kantoran berpakaian rapi yang mungkin sedang mengadakan pertemuan atau seminar di hotel itu. Hanya dia saja satu-satunya perempuan bertampang lecek dan berseragam cleaning service yang berada di ruangan itu.

Pertanyaan Paling AnehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang