12

1.6K 355 7
                                    


Semalam Sri tak bisa tidur dengan nyenyak. Bukan karena mimpi buruk, bukan pula karena gigitan nyamuk. Namun karena setiap beberapa menit sekali ia selalu terbangun mendengar suara biola dari ruang tengah. Ia tidak tahu sejak kapan Aji memiliki sebuah biola dan sejak kapan ia bisa memainkan biola dengan mahir. Entah lagu apa yang ia mainkan, tetapi suara biola itu terasa menyayat hati. Terkadang menyedihkan, terkadang menakutkan.

Awalnya, Sri mencoba mengabaikan suara itu. Ia tahu kondisi suaminya sedang "tidak normal", dan ia harus memaklumi itu. Toh, ketidaknormalan Aji tidak selalu membuatnya merasa mengganggu. Malahan, sebagian besar ketidaknormalannya justru terasa menyenangkan dan menguntungkan bagi Sri. Namun, setelah tiga kali terbangun dari tidur dan kepalanya terasa pusing, ia memutuskan untuk mengintip. Perlahan-lahan, ia bangun dari tempat tidurnya dan mengendap-endap ke ruang tengah. Di sana ia melihat Aji sedang berdiri memunggunginya di tengah-tengah ruangan. Lampu rumah dalam keadaan mati, kecuali lampu teras yang memang selalu dinyalakan setiap malam. Dalam keadaan itu, yang sanggup Sri lihat hanyalah siluet Aji dan biolanya. Biola itu rebahan di pundaknya, sementara tangan Aji terlihat bergerak-gerak menggesek senar biola itu.

"Mas? Mas Aji?" panggil Sri.

Aji tak menanggapi. Alunan melodi dari biolanya tak berubah sedikit pun. Berat dan menyayat hati.

"Nggak tidur, Mas?"

Sri mencoba memanggilnya, tetapi Aji tak mendengar. Ia melangkah mendekat, berharap jika ia mendekat maka pria itu akan bisa mendengar suaranya. Namun langkah kaki Sri berhenti ketika menyadari gerak tubuh Aji yang sangat hanyut dalam permainan biolanya sendiri. Tubuhnya berayun ke kanan dan ke kiri, terkadang maju selangkah atau mundur selangkah, sementara tangan kanannya menari menggesek senar biola, kadang mengayun lembut, kadang menikam keras. Sekilas, ia dapat menyaksikan ekspresi wajah Aji yang syahdu. Matanya kadang terpejam, kadang setengah terbuka. Raut wajahnya berubah-ubah, sesekali seperti sedang menahan tangis dan sesekali seperti sedang memendam amarah.

Mungkin Aji memang tak mendengar, atau mungkin memang ia tidak ingin diganggu. Apa pun alasannya, insting Sri mengatakan bahwa hal paling bijak yang bisa ia lakukan sekarang adalah membiarkan pria itu dengan dunianya sendiri.

Sri kembali masuk ke kamar, kemudian berusaha kembali tidur sambil menutup telinganya sendiri dengan guling. Sampai pada akhirnya ia terlelap, ia masih terus mendengar suara alunan biola itu. Ia tidak begitu paham musik, tapi melodi yang ia dengar benar-benar membuatnya merasa gelisah. 

Pertanyaan Paling AnehWhere stories live. Discover now