8

1.9K 364 8
                                    

Setelah Tabib pergi, Aji tak pernah kembali lagi. Sejak saat itu, setiap kali Sri bangun dan membuka matanya, ia akan menemukan seorang laki-laki di sampingnya, mengecup keningnya dan mengucapkan selamat pagi sambil menunjukkan senyum termanis yang pernah ia lihat. Di sebelah tempat tidurnya, di atas meja, ia akan melihat sepiring sandwhich isi daging dan keju serta secangkir teh yang baunya sangat harum. Terkadang pula, pada hari-hari tertentu, laki-laki itu tampak lebih sibuk dari biasanya. Ia akan muncul dari balik pintu dengan rambut yang masih basah dan hanya berbalut handuk, menggoda Sri dengan penampilannya yang sebenarnya tak mengalami banyak perubahan. Kemudian ia akan menyisir rambutnya di depan cermin lemari sambil bersenandung lagu-lagu yang tak Sri kenal.

Sesekali, ia akan memasak makan malam untuk Sri, meski bukan candle light dinner lagi. Saat ia tidak ingin memasak, ia akan membelikan makanan cepat saji, seperti ayam goreng, ramen, atau pizza. Awalnya, perut Sri merasa tidak cocok dengan menu barunya itu. Pagi hari hanya diisi dengan sandwhich dan malam hari hanya diisi dengan pizza. Bukan berarti pizza dan fried chicken yang ia makan tidak lezat (ia berani bersumpah bahwa semua makanan asing itu terasa luar biasa baginya), tapi ia adalah penganut aliran "kalau belum makan nasi, berarti belum makan". Sering kali ia sampai harus sarapan dua kali. Di kantor, ia akan menyempatkan diri membeli nasi uduk di pertigaan jalan, lengkap dengan semur tahu dan gorengan bakwan.

Tentu saja ia tidak akan menceritakan hal ini kepada Aji. Ia tidak ingin menyinggung perasaannya. Bisa saja Aji akan marah karena merasa pemberiannya tak dihargai atau menganggap Sri tak tahu terima kasih. Sri masih belum memahami sifat "Aji yang baru" ini.Tidak ada yang tahu ke mana Aji pergi selama seharian, tapi ia selalu pulang lebih dulu daripada Sri. Malam ini, pria itu menunggu Sri sambil menghidangkan setengah lusin donat dan dua gelas kopi Starbucks yang katanya ia beli sebagai buah tangan. Sambil mengemil, ia mengajak Sri duduk di ruang tengah dan menanyakan kesehariannya di kantor.

"Nggak ada yang gimana-gimana, Mas. Hari ini ada meeting bos-bos di kantor. Banyak direktur yang datang. Aku bikin kopi buat mereka, terus bersih-bersih ruangan, terus ngobrol sama Tia di pantry. Untungnya hari ini nggak ada yang lembur, jadi aku bisa pulang lebih awal," kata Sri sambil menyeruput kopi yang rasanya sangat manis itu.

"Oh, gitu? Suka ngobrolin apa aja sama Tia, sahabatmu itu?" tanya Aji sambil melahap sepotong donat rasa matcha.

"Lebih seringnya aku yang dengerin dia curhat. Dia lagi deket sama siapa, lagi dideketin siapa," jawab Sri.

Obrolan mereka lebih banyak berisi tentang cerita Sri. Setiap kali Sri bertanya balik tentang keseharian Aji, lelaki itu akan mengalihkan pembicaraan. Bahkan, ketika Sri mulai semakin memaksa, suaminya itu malah menyosor bibirnya dan menggendongnya ke kamar. Biasanya, Sri memang tidak pernah menolak ajakan suaminya untuk bercinta. Ia meyakini bahwa melayani suami dalam urusan ranjang memang suatu kewajiban yang harus ia laksanakan--kapan saja, di mana saja. Namun kali ini, ia memenuhi keinginan Aji bukan sebagai suatu kewajiban suami-istri belaka, tapi karena ia pun menginginkannya. Mereka pun bercinta  hingga Sri kelelahan dan tertidur lelap. Ketika ia terlelap itulah suaminya kembali menghilang.

Sri mulai menyadari ini ketika ia terbangun pada pukul dua dini hari—waktu yang biasanya ia gunakan untuk salat tahajud—dan tidak menemukan Aji di sampingnya. Ia bangun dari ranjangnya sambil berusaha menghilangkan rasa pusing di kepalanya karena bangkit berdiri terlalu cepat. Setelah merasa cukup stabil, ia memeriksa kamar mandi. Pintu kamar mandi tertutup dan terdengar suara tetesan air keran yang cukup nyaring di tengah sunyinya malam. Pintu kamar mandi memang biasa ia tutup meskipun tak ada orang di dalam, sebab ia tidak suka dengan pemandangan isi kamar mandi yang terpampang bebas. Sri mengetuk pintu dari plastik itu, tapi tidak ada balasan. Ia mendorongnya perlahan, dan ternyata pintu itu tidak terkunci. Kamar mandi kosong.

Pertanyaan Paling AnehWhere stories live. Discover now