23 - Pesan Darinya

46 4 0
                                    

SETELAH menandatangani kontrak kerjanya beberapa hari lalu, jalan Aurora untuk menjadi penyanyi seakan terbuka lebar. Ia nggak lagi ragu atau malu mengambil jalan itu setelah lulus nanti walaupun Jonas masih terus mengganggu hari-harinya.

Kebingungan Aurora sama Jonas sudah nggak ada penawarnya. Semenjak mengkhawatirkan kesehatannya, Jonas memang semakin sering menjemput dan mengantarnya pulang. Seringkali ia mengganti jadwalnya demi bisa memenuhi kewajibannya untuk menyanyi di kafe One Music.

Aurora masih ingat waktu ayahnya mendengar suaranya ketika sedang bernyanyi di kamar mandi. Karena itu, ia ingin mengikuti sarannya kalau ia bisa saja menjadi penyanyi suatu hari nanti. Sejak kecil, suara soprannya bisa mencapai nada tinggi jika dilatih dengan baik. Om dan Tante Shakila juga pernah nggak sengaja mendengar suaranya dan mengira ia memutar lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi baru di kamarnya.

Setelah mendengar suara Aurora hari demi hari, Grey bahkan terus mengaguminya dan berharap ia bisa menjadi penyanyi terkenal suatu hari nanti. Bukan untuk menyanyi di kafe One lagi. Namun, ia sempat ragu untuk mengiyakannya.

Aurora sudah bersyukur hubungannya dengan Grey berjalan baik-baik saja. Walau hubungan mereka nggak berkembang seperti yang diharapkan Milla, tapi ia nggak mempermasalahkan hal itu. Ia ingin memfokuskan dirinya untuk nggak mengecewakan Grey.

Karena itulah, Aurora mempersiapkan beberapa lagu yang diciptakannya sendiri untuk bisa dinyanyikan di kafe. Pak Fargo juga nggak keberatan dengan lagu-lagu akustiknya. Katanya, ia malah menyukai lagu dan penampilannya setiap malam.

Sayangnya, kebahagiaan Aurora sudah dibatasi oleh penyakit kronis yang dideritanya. Sejenak ia kembali membayangkan Double Lumen Catheter –dua selang steril berwarna bening dengan ujung merah dan biru, yang berfungsi untuk jalan terapi cuci darahnya. Sebenarnya memang nggak ada yang harus ia khawatirkan lagi selain hasil pemeriksaan biopsi yang telah dijalankannya sepekan lalu. Karena ia sudah menemukan penyebab pasti rusaknya kedua ginjal dalam tubuhnya setelah ia bertemu dengan Dokter Ardhan lagi hari ini dan memberikan hasil biopsi yang ia dapat dari dokter spesialis patologinya.

Menurut keterangan Dokter Ardhan, hasil analisis biopsinya memang bisa disebabkan oleh hipertensi yang diturunkan oleh orangtuanya. Jadi kemungkinan besar salah satu orangtuanya sempat mengidap penyakit ini juga. Aurora menduga besar pendapatnya bukan dari ayahnya, melainkan ibu yang telah melahirkannya. Sayangnya, ia nggak bisa lagi memeriksa tentang silsilah penyakit keluarganya karena ibunya sudah tiada.

Sampai detik ini Om dan Tante Shakila juga belum tahu tentang penyakitnya, jadi Aurora nggak bisa menanyakan soal itu dan hanya bisa melanjutkan pengobatan dan terapi untuk ginjalnya dengan rutin.

Di tengah badai itu, sejumlah uang lima belas juta yang sempat diberikan Jonas dulu telah Aurora gunakan sedikit demi sedikit. Kalau bukan karena Jonas yang memaksanya lagi untuk menggunakan uang itu saat tahu ia ingin pergi terapi dan operasi biopsi, ia nggak akan memakainya. Lagi pula Jonas nggak mau menerima uang itu kembali. Katanya, sebelum ia mendapatkan penghasilan tetap di tempat Grey bekerja, dia yang akan membantunya.

Aurora melirik tajam ke Jonas yang baru saja menemaninya melakukan pembayaran di kasir rumah sakit. "Kamu memang aneh, Nas."

"Terserah. Yang jelas, orang aneh ini bisa membantu kamu yang lagi kesulitan."

"Trus, lo ngapain masih di sini?"

"Lo sendiri kenapa masih ada di sini?"

"Gue mau pesan taksi buat pergi ke kafe."

Jonas tiba-tiba menutup layar hp Aurora dengan tangannya, dan menggandengnya ke luar rumah sakit. "Nggak. Lo pulang sekarang, dan istirahat."

"Tapi hari ini gue ada jadwal nyanyi!" seru Aurora sambil menyamai langkah Jonas yang begitu cepat.

AurorabiliaWhere stories live. Discover now