7 - Satu Panggung

100 6 0
                                    

DEGUP jantung Aurora masih terasa ketika ia sudah menjejakkan kakinya di panggung kafe ini dan sekaligus bisa menyanyi bareng Grey! Dengan kesempatan ini, ia benar-benar ingin memberikan suara terbaiknya malam ini, juga berharap orangtuanya bisa melihat pertunjukan pertamanya ini.

Rasa terkejut Aurora sungguh masih belum hilang saat Grey ikut naik ke panggung dan menyanyi dengannya. Untuk menghilangkan kecanggungannya, ia merasa pandangannya lebih baik kembali ke arah Milla. Aku benar-benar beruntung memiliki seorang sahabat yang kutemui sejak kelas sepuluh dulu dan bisa mengenal Grey. Mereka sudah seperti teman terbaikku!

Saat Aurora mencoba mengalihkan pandangannya sedikit dari Milla dan Grey, di sisi lain ia melihat sosok laki-laki yang cukup memancarkan pesona hingga para pengunjung di kafe ini menoleh ke arahnya. Laki-laki itu terus melangkah dan menuju sebuah meja nggak jauh di depan panggung yang telah bertuliskan "Reserved". Hingga ia bisa melihat jelas rahangnya yang tegas, tubuhnya yang atletis, tinggi, berkulit putih, serta berpenampilan yang cukup berkelas terus memerhatikan saat laki-laki itu duduk seorang diri di salah satu kursi.

Suara Grey kini mengisi suasana kafe ini. Ya Tuhan! Sorot matanya dingin sekali. Untuk apa laki-laki itu datang ke sini? Ah, pertanyaan konyol, pikiran Aurora sempat goyah karena laki-laki itu terus menatapnya dengan raut wajah yang masih sama seperti kemarin. Nggak memberinya rasa kagum, nggak bersahabat, dan cukup menusuk hatinya. Ia juga sedang nggak butuh dikagumi oleh orang yang seperti mumi itu. Sikapnya sungguh seperti mayat berjalan. Dingin dan tak berperasaan. Bulu kudukku selalu merinding kalau melihatnya. Aneh sekali!

Aurora mengernyit. Apa dia sedang menunggu seseorang? Ah! Untuk apa ia jadi bertanya-tanya?! benaknya sedikit melenceng. Untung saja konsentrasinya nggak terpecah karena melihat sorot matanya yang nggak bisa dijelaskan sama sekali dengan akal sehatnya. Ia masih bisa tampil sesempurna mungkin dengan Grey. Ia nggak mau mempermalukan teman barunya itu atau pun Pak Fargo yang sudah memberikan kesempatan ini untuknya.

Diiringi musik gitarnya yang manis dan menyentuh hati, Aurora kembali membalas tatapan Grey dengan senyuman.

Selepas mereka selesai menyanyikan lagu itu, riuh tepuk tangan dan siulan-siulan penuh kekaguman pun terdengar begitu nyaring di telinganya.

"Terima kasih!" Aurora terlihat semringah sambil menundukkan sedikit kepalanya dan tersenyum manis sekali. "Thank you, Grey!"

Grey balas tersenyum dan mengangguk. Setelah mereka turun dari panggung, Milla masih saja bertepuk tangan dengan heboh dan menyadari kalau laki-laki yang tengah bernyanyi dengan Aurora memang Grey.

Tiba di tempat duduknya, Aurora dan Grey mengatur napas mereka yang masih sedikit terengah-engah. Dengan senyuman yang lebar, Aurora menatap Milla dengan bahagia sekali. Karena sambutan yang diterimanya sungguh di luar dugaannya.

"Ini, Milla. Sahabat aku." Aurora melirik sekilas gadis berambut sebahu di sampingnya.

Milla pun masih senyam-senyum menggemaskan.

"Hai, Milla. Senang bertemu kamu di sini." Grey menyapa.

Milla mengangguk dan masih mengukir senyumnya. "Hai, Grey!"

Grey membalas senyuman Milla sebelum ia berpaling kembali menatap Aurora. "Suara kamu keren banget, Ra!" pujinya sungguh-sungguh. "Iya kan, Mil?" Grey meminta dukungan Milla yang langsung dibarengi dengan anggukan setuju dan senyum manisnya.

Jujur, Milla malah kikuk sendiri karena Grey sungguh tampan malam ini meskipun teman baru Aurora ini hanya memakai t-shirt hitam, celana jins biru, dan sepatu kets. Kesederhanaannya tetap memukau mata.

Aurora ikut tersenyum menanggapi. "Aku juga nggak nyangka kamu bisa nyanyi."

"Kalau sedikit aku bisa." Grey menjawab diiringi dengan tawa kecilnya yang renyah. "Lagipula aku suka sekali lagu itu. Bila... kau tak ada di sisiku," suara merdunya pun kembali terdengar yang kemudian diiringi dengan senandung kecil mengikuti nada lagu itu.

Aurorabiliaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें