26. Pamit pergi 🧦

16 6 31
                                    

"Jadi selama ini lo yang meneror sekolah bukansih pakai kaos kaki bau heh? "

Yanto teramat bahagia sebab palaku teror kaos kaki meresahkan sudah ketahuan, Yanto senang akan dapat bonus tambahan uang jajan dari Om Markojang, lumayan uangnya buat nonton konser artis ternama, Juned Jamet bareng Dewi sang pujaan hati.

"Kalau saya yang melakukannya apa masalahnya bagi anda Tuan Mulyanto? " Muak harus melihat muka pas pasan Yanto yang begitu buruk mirip pantat beruk.

"Tentu saja sangat menguntungkan bagi gue, kaos kaki bau itu bisa didaur ulang dan lalu di jual. Gue untung banyak coy. " Yanto memamerkan uang hasil kerja kerasnya selama ini.

Duitnya warna warni ada yang coklat, ungu, hijau, biru. Memang teror pembawa rezeki, kaos kaki bau penghasil uang.

"Silahkan ambil semua kaos kaki bau itu, sayang tak lagi membutuhkannya. "

Rencana balas dendam telah usai, si Udin sudah meminta maaf padanya. Menang awalnya keluarga Jang yang memulai duluan mereka menteror rumah Adi, bertapa terkejutnya ia saat membuka mata di pagi hari menatap halaman rumah megahnya di penuhi sempak jelek bolong-bolong bau anu berceceran disetiap sudut rumah.

Keterlaluan bukan? Bukan hanya teror celana dalam, Adi juga tertawa ngakak banyak beha jelek bergantungan di pohon mangga depan rumahnya. Mana beha nya bau busuk, dan sudah longgar.

****

"Mantanku ada tiga rupa-rupa sifatnya, ada yang baik bangat, ada yang kaya setan. Mantan yang kaya setan dor hobinya nyakitin mulu, mantan yang baik bangat sering kasih makanan gratisan. " Adi lagi gabut, ia teringat kembali kenangan bersama mantan tersayang eh.

Kalau tersayang enggak akan jadi mantan hiya hiya hiya.

Kadang yang spesial akan selalu kalah dengan yang selalu ada, Adi pahami hanya Ara lah yang mampu memahami serta mengerti dirinya.

"Cie lagi rindu mantan, banyak amat mantannya ada tiga. " Ara datang membawa kue tidak islami, Adi tersenyum bahagia.

"Enggak rindu mantan tapi rindu sama gadis pemilik senyum manis bernama Arana Mentari. " Manisnya kue klepon kalah dengan senyum manisnya Ara, duh hati Adi lumer sampai meleleh.

"Rindu sama gue, apa iya? Kan tiap hari ketemu. " Entah kenapa Ara, selalu dikelilingi oleh orang-orang aneh dan sedikit menyebalkan.

"Besok dan seterusnya gue enggak akan bertamu Ara lagi, harus pulang ke Bandung pastinya akan merindukan Ara. "

Mendengar ucapan Adi, perasaan sedih menyapa hati baru saja bertemu teman baru yang luar biasa baik Ara harus merakan kehilangan lagi.

"Tak apa kita gak bertemu kan masih bisa komunikasi meskipun cuma lewat WhatsApp. "

Meskipun berat harus berpisah, hati harus bisa merelakan sebab akhir dari pertemuan merupakan perpisahan menyedihkan.

🧦🧦🧦

"Ara, bisa bahasa Sunda enggak? " Adi melontarkan pertanyaan padanya.

Langit senja membentang menghias cakrawala, cahaya mempu menangkan pikiran yang semakin kian kacau. Senja mengajarkan pada setiap insan bahwa yang indah tak akan mungkin selamanya ada.

"Jikalau mendengar orang berbicara dengan bahasa sunda aku bisa memahaminya tatapi jika di suruh bicara aku tidak bisa. "

Ara jadi teringat kala berbicara dengan sang nenek, ia berbicara dalam bahasa Indonesia sementara sang nenek bahasa sunda. Terkadang Ara merasa sangat payah sebab ia sulit memahami apapun.

"Kalau arti dari kata naon itu apa? " Adi tersenyum puas memberikan pertanyaan jebakan.

"Naon itu artinya apa hehe. " kepala Ara jadi pusing, Adi sudah menjawabnya tatapi mengapa masih bertanya.

"Kok malah bertanya balik, naon itu artinya apa? Aku serius tanya Arana mentari. " Adi tertawa puas melihat Ara kebingungan begitu.

"Artinya emang apa, naon itu. Dahlahhmales. " Ara gemas ia mencubit pipi Adi, cowok itu merintih kesakitan.

"Kadang hirup teh ibarat mie instan, anu jelas disebut mie goreng, masak wae. Kudu kulub heula da tangtu anu disebut instan oge butuh proses. Jadi dasarna mah mun hayang dahar emih kudu make sangu, " ucap Adi seraya menyantap mie instan pakai nasi putih hangat.

"Kadang hidup itu seperti masak emih instan, yang jelas-jelas namanya mie goreng aja masaknya harus di rebus dulu dan pastinya yang katanya instan itu juga butuh proses. Jadi intinya kalo mau makan emih harus pake nasi yah. Hahaha bener pisan. "

"Ternyata bener Ara mengerti bahasa sunda. " Adi mengelus rambut Ara dengan tangan lembutnya.

"Mengerti sedikit hehe. "

"Abdi bogoh ka anjeun. " Akhirnya setelah sekian lama perkataan itu mampu ia ungkapkan.

"Maksudnya kamu mencintaiku? Hm maaf untuk saat ini kita jalani saja dulu yah. "

Andai jarak dan waktu tak memisahkan mungkin Adi dan Ara akan manjadi pasangan paling bahagia.

Saling berbagi kasih sayang dan cinta.

🧦🧦🧦

Bersambung...

Jumpa lagi bersama Adi dalam cerita yang berjudul 7 hari Bersamamu hehe.

𝑆𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑎𝑚𝑢 𝐵𝑜ℎ𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛 || 𝑻𝒂𝒎𝒂𝒕 ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang