03. Kaos kaki longgar🧦

50 35 151
                                    

"Ara, mau tanya sesuatu boleh?"

Perasaan Arana mendadak tak enak, pusing setiap saat harus menjawab pertanyaan nyeleneh Yanto. Manusia yang satu itu tak pernah membiarkannya hidup tenang, walaupun begitu Arana bersyukur berkat adanya Yanto dirinya tak lagi kesepian.

"Satu pertanyaan dua ratus ribu," ucap Ara bercanda, eh Yanto malah menyerahkan uang pecahan lima puluh ribuan empat lembar padanya.

Alhamdulillah rezeki anak baik lumayan buat modal jualan seblak rasa kenangan indah bersama mantan bosok.

"Ara, kalau mantan tiba-tiba DM menanyakan kabar gue harus ngapain? "

Pertanyaan sulit sebab Ara tidak pernah pacaran, Ara tidak punya mantan.

"Tinggal lo jawab apa susahnya Yantod, silaturahmi sama masa lalu kan enggak ada salahnya."

Susana sejuk sore menyelimuti cahaya senja menyinari, menghias langit barat begitu indahnya, disini dua manusia gabut bercengkrama sambil bertukar cerita, ngobrol santai ditemani secangkir kopi serta hangatnya roti yang baru keluar dari panggangan.

"Nanti kalau gue clebek gimana njirr gue ogah jadi perebut bini orang, sungguh hati gue dilanda gundah gulana."

Yanto mendadak mules pengen bab karena kesal belum dapat solusi dari masalahnya.

Masalah yang dihadapi Yanto berat bangat kan?

"Clebek apaan? Otak lo berbuat dari campuran tai kuda liar atau gimana sih? Kaga paham gue!!!"

"Cinta lama belum kelar masa gitu doang enggak tahu, dasar Ara Kimochi tiap hari makan kuaci ya gitu enggak paham bahasa gaul."

Bukan Ara yang kurang gaul, tatapi emang otak si Yanto yang enggak beres rada miring dan gila, kalau enggak sayang mah Ara ogah dekat-dekat dengan cowok aneh meresahkan itu.

"Ishh Yantod bangsat! Mati aja sana lu."

"Kalau gue mati nanti Ara kangen."

"Bener juga sih, enggak ada lagi cowok yang bisa gue porotin duitnya." Ara tertawa geli, sungguh Yanto kelihatan tampan ketika ia sedang memegang banyak uang.

Brubuk bug bug.

Perut Yanto semakin enggak karuan rasa sakitnya menjadi-jadi.

Brubugg croot.

Yanto kentut sampai cepirit di celana.

"Aroma apaan ini? Bau banget anjir." Ara mau muntah mencium kentut Yanto, maklum Yanto habis makan sepuluh butir telur rebus dan satu kilo ubi rebus seorang diri.

"Maaf Ara, gue kebelet berak. Duluan yah? Babay sayangku."

"IDIH YANTO JOROK BANGAT!!!"

****

"Lo siapanya Andrian?"

Gadis berambut pendek layaknya kartun anak-anak itu menghadang Ara di jalanan, risih Ara malas meladeni ucapannya, lagipula Ara tidak mengenal Andrian siapa?

"Gue enggak kenal, " ucap Ara yang sejujurnya.

"Masa sama Mulyanto Andriyansyah enggak kenal? Jangan bohong sama gue! JAWAB JUJUR DIA SIAPANYA ELO!!!"

Ara nyesek bukan main, Ibunya saja seumur hidup tidak pernah membentaknya, sementara gadis itu malah tega memperlakukannya kasar begini.

Yanto memang biang masalah.

"Ouh Yanto Kampreto dia sobat gue, napa sih? Kasar bangat jadi cewek enggak ada otak bangat lu." Ara menjambak rambut cewek itu, ia tidak terima di bentak-bentak seperti tadi.

"Cuma temen kok mesra bangat sih? Temen apa teman!"

"Enggak percaya amat jadi orang! Lagian Yanto bukan tipe gue, dia itu cuma beban haha sampah dalam hidup gue."

Ara memperhatikan penampilannya, dari ujung rambut sampai kaki mempesona pakaian serta aksesorisnya terlihat mewah mahal harganya yang Ara heran mengapa dia memakai kaos kaki longgar di karetin?

Sungguh seperti orang susah yang enggak mampu beli kaos kaki baru.

"Yakin cuma sampah? Andri ganteng loh kaya raya pula, kalau gue belum kawin mah gue rayu lagi tuh bocah."

Cewek itu menyombongkan diri, mentang-mentang sudah menikah pamer sana sini, entar kalau cerai nangeeesss, galau, deprosod meningoy.

"Lo mantannya si Yantod? Yaelah Sis, sudah berumah tangga kok masih saja menganggu Yanto, kasian tahu Yanto galau gara-gara lo!!!"

"Karena wajah gue emang mengagumkan layaknya putri negri dongeng bikin kebayang bayang siang dan malam."

Yang penting pede, masalah malu urusan belakangan.

"Halah cantik doang kaos kaki longgar di karetin, kaga mampu lu beli gituan? Hahaha." Ara meledek, wajah cewek itu nampak kesal.

Karena bukan masalah harganya, tatapi kenangannya, bagi Wati Anggraeni kaos kaki itu lebih berharga daripada intan permata.

"Kaos kaki ini Yanto yang kasih waktu gue ulang tahun yang ke lima. Selain mantan pacar dia juga sahabat gue dari kecil."

"Ouhh sekarang kenapa lo datang lagi ke dia? Lo kan udah nikah sama orang lain harusnya udah dong jangan hubungin dia lagi, ganggu tahu gak!?"

Persahabatan melibatkan perasaan memang bahaya, indahnya pertemanan berubah menjadi cinta, ketika takdir tak mampu menyatukan hancur leburlah semua hubungan dan semuanya tak bisa seperti dulu lagi.

"Hubungan percintaan gue dan dia memang sudah putus sejak lama, tatapi pertemanan kita enggak akan pernah bisa berakhir sampai kapanpun, gue sama suami merantau di kota ini, kebetulan Yanto disini juga pengen aja ketemu, udah lama enggak main bareng."

Sungguh pertamanan yang unik Ara jadi iri seumur hidupnya baru Yanto dan Dewi saja yang sudi menjadi temannya, kedua orang itu memang beban bagi Ara, tatapi tampa mereka Ara sendirian dan terus terbelenggu kesedihan.

"Baner juga sih apa yang lo bilang, yaudah temui dia di rumah Om Markojang, enggak perlu ribet mencarinya karena kediaman beliau paling megah di kampung ini."

Hanya ada satu rumah mewah di kampung kentut wangi yaitu rumahnya Markojang Sujajang manusia paling kaya raya, paling tersukses di sini.

"Oke makasih oh iya nama lu siapa? " Wati mengulurkan tangan dengan senyuman semanis gula tebu."

"Arana Mentari Azani panggil aja Ara, kalau lo namanya siapa kasih tahu dong biar kenal."

"Wati Anggraeni panggil apa aja asalkan jangan sayang karena gue sudah punya suami."

"Idihhh biarpun gue jomblo sejak lahir, gue masih doyan lakik kaleeeee. Gak level Lesbiola."

🧦To be continue🧦





𝑆𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐾𝑎𝑚𝑢 𝐵𝑜ℎ𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛 || 𝑻𝒂𝒎𝒂𝒕 ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang