07. Pinangan Riandra

Start from the beginning
                                    

Livy menggeleng kecil. Tidak ada yang salah, baik Mama maupun Papa nya. Semuanya sudah menjadi takdir Livy, dan gadis itu juga sedang belajar untuk ikhlas menjalani semuanya.

"Papa nggak salah. Mungkin ini udah jadi takdir Livy." Livy mengulas senyum, memeluk keduanya penuh kasih sayang. Bagi Livy tidak ada hal yang lebih berharga di dunia ini selain Mama dan juga Papa nya.

"Livy jadi kepikiran pengen tinggal di sini aja sama Mama dan Papa tapi nanti Livy nggak bebas kalo mau nyiksa suami Livy." kelakar gadis itu yang mendapatkan jeweran di telinga oleh Mama.

***

Livy benar-benar bosan seharian di rumah, sebenarnya gadis itu sudah mengajukan diri untuk membantu tapi kata Mama dan calon Mama mertuanya semuanya sudah dipersiapkan, sampai baju pengantinnya pun sudah dikirim ke rumah Livy pagi tadi. Jadi untuk hari ini Livy benar-benar akan menjamur di rumah.

Melihat kebaya pengantin yang digantung di dekat lemari membuat senyum Livy terangkat naik tipis, tidak pernah menyangka jika sebentar lagi ia akan resmi melepaskan masa lajangnya dan menjadi istri Alka.

Omong-omong tentang Alka, Livy belum mendapatkan kabar lagi dari pemuda itu. Chat terakhir dari nya pun pagi tadi, memberikan kabar kepada Livy jika hari ini Alka akan benar-benar sibuk.

Saat Livy ingin menghidupkan televisi di ruang keluarga ponsel yang ia kantongi bergetar. Mungkin pesan dari Alka, pikir Livy. Namun dugaannya salah bukan pesan dari Alka melainkan Rian.

"Tumben?" gadis itu bergumam pelan. Selama mereka berteman, Rian menjadi satu-satunya orang yang memang sangat jarang menghubungi Livy melalui chat pribadi.

"Rian ngajak ketemu? Mau ngapain?" Livy menggigit bibir, berpikir. Mengingat pesan Mama nya yang tidak memperbolehkannya keluar, jika Livy menolak ajakan Rian untuk bertemu Livy merasa akan tidak enak juga.

Pada akhirnya gadis itu menyetujui, hanya sebentar. Livy rasa Mama nya juga tidak akan mempermasalahkan nya.

Ndyalivy: Oke, bentar gua siap2

Rian: Nggk perlu, gua udah otw ke rumah lo kok. Gua yg ke sana sekalian gua mau ketemu sama kedua orang tua lo

***

Livy panik? Tentu. Tapi rasanya tidak enak mengusir Rian dari sana.

Gadis itu menghela napas saat motor gede milik Rian sudah terparkir di halaman rumahnya. Cowok itu memberikan senyuman hangat membuat parasnya terlihat semakin manis, Livy yakin di kampus nya Rian pasti masuk ke dalam jajaran cowok yang diincar oleh banyak gadis di sana.

"Yan, tumben?"

Entah karena jarang bertemu atau memang hanya perasaan Livy saja jika cowok itu sedikit berubah. Badannya terlihat berisi, Rian juga semakin tinggi dari terakhir kali mereka kumpul-kumpul bersama. Penampilannya sejak SMA sampai sekarang tidak berubah, selalu rapi berbeda dengan Ganesh yang seperti preman pangkalan.

Cowok itu berdehem. "Nggak disuruh masuk nih?"

Livy gelagapan. "Ouh iya hehehe, masuk Yan."

Untuk menghindari gosip yang tidak-tidak Livy sengaja membiarkan agar pintunya tetap terbuka. Rasanya tidak enak saja jika ada tetangga yang melihat motor Rian ditambah jika pintunya Livy kunci, yang ada ia akan dicurigai sedang berbuat mesum di dalam rumah.

"Mau minum apa Yan? Kopi? Susu? Teh?" tanya Livy.

"Ng—"

"Oke air putih, bentar ya."

Rian hanya geleng-geleng kepala saat Livy pergi ke dapur, cowok itu menyadarkan punggungnya, matanya menatap keseliling. Terakhir kali Rian ke rumah Livy sekitar dua bulan yang lalu, saat makan-makan dengan teman-temannya. Rian tidak sendirian sih sebenarnya tapi bersama dengan Rahayu untuk menjemput Livy.

Bitterlove Where stories live. Discover now