05. Bertemu dengan calon jodoh

22 4 6
                                    

Biar Livy hitung sudah berapa kali Alka membuatnya kesal dan malu diawal pertemuan keduanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biar Livy hitung sudah berapa kali Alka membuatnya kesal dan malu diawal pertemuan keduanya. Saat di Bandara, kantin, jalan, sampai di dalam mobil saja Alka selalu membuat Livy mendumal. Bisa-bisa ia terkena serangan darah tinggi karena Alka.

Meski pemuda itu tidak lagi meledeknya melainkan diam seperti patung dengan buku setebal kamus bahasa Inggris yang tengah dia baca, tenang dan tidak menyebalkan seperti Alka beberapa menit yang lalu.

Mungkin jika Alka adalah Ganesh, Livy benar-benar tidak punya muka lagi. Tapi untungnya Alka ternyata bukan tipe cowok seperti Ganesh yang tidak akan berhenti menggoda sebelum Livy menangis.

Alka juga tipe cowok yang pengertian, mengetahui jika Livy yang tidak tahan dengan AC dan wangi stella, sebelum naik Alka menyuruh sopir untuk mematikan AC dan membuang Stella yang ada. Jadi sepanjang perjalanan jendela mobil diturunkan sedikit agar ada angin yang masuk.

Livy menoleh kearah Alka, entah apa yang sedang dibacanya karena semua tulisannya berbahasa Inggris. tapi yang jelas pemuda disampingnya itu terlihat sangat serius dengan tambahan kacamata yang bertengger di hidungnya yang lebih mancung dari hidung Livy.

Livy lega karena Alka bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, jadi Livy tidak repot mentranslatenya dengan google.

"Saya tau saya ganteng, nggak usah diliatin terus."

Livy mendecis sinis, lalu membuang pandangannya keluar jendela. Kalo Livy marah-marah sekarang yang ada asam lambungnya naik ke kepala.

Alka melepaskan kacamatanya, menutup buku yang sedari tadi menjadi pusat perhatiannya. Pemuda itu melirik Livy yang lebih kalem dibandingkan dengan Livy beberapa menit yang lalu.

"Mual?" tanya Alka.

Livy menggeleng, walaupun kepalanya mulai pusing lagi.

Alka menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Livy, dia menepuk pundaknya membuat Livy mengernyit heran.

"Dibawa tidur, nanti kalo udah nyampe saya bangunin."

"Emangnya lo tau alamatnya, bukannya tadi lo bilang—"

"Dikasih tau papa. Sini, mumpung saya lagi baik hati."

"Dasar kadal, pinter bener modusnya."

Livy membuang pandangannya lagi keluar jendela, lebih baik menyandarkan kepalanya di sisi jendela daripada dipundak Alka. Yang ada cowok itu malah akan semakin besar kepala.

Hening. Alka tak bersuara lagi dan Livy tidak ingin memusingkannya. Angin yang berhembus membuat Livy mengantuk, ditambah dengan musik lawas yang mengalun sangat mendukung bagi Livy untuk memejamkan mata.

Lama kelamaan Livy tertidur, dia mengantuk ditambah perjalanannya masih lumayan jauh.

***

Bitterlove Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang