04. Menjemput calon jodoh

16 3 11
                                    

Rasanya hari cepat sekali berlalu, baru kemarin Livy pusing memikirkan jalan keluar dari perjodohan yang mempertaruhkan masa depan nya, bagaimana rupa dari putra Om Sam dan hari ini adalah hari dimana semua kegelisahannya mungkin akan menemukan jawaban.

Gadis itu berdiri ditengah-tengah kerumunan orang-orang yang menunggu di Bandara Soekarno-Hatta seperti dirinya, bermodalkan kertas karton yang ia bentangkan agar memudahkan pemuda itu menemukannya nanti.

Di kertas itu tertuliskan nama pemuda yang Livy tunggu.

Alka Fath Aseggaf.

Kemarin Mama yang memberitahu kepada Livy, Mama juga menceritakan sedikit tentang pemuda yang bernama Alka itu.

Livy jadi mengkhawatirkan sesuatu, bagaimana jika Alka tidak bisa berkomunikasi dengannya menggunakan bahasa Indonesia? Livy benar-benar khawatir karena kemampuan Livy dalam bahasa asing sangat payah.

Meski kemarin di chat Alka membalasnya dengan bahasa Indonesia, tapi bisa saja kan cowok itu menggunakan google translate terlebih dahulu.

Kalo lewat chat sih enak, Livy bisa mengandalkan google translate, tapi kalo ketemu langsung Livy harus bagaimana jika memang Alka tidak bisa berbicara dengan bahasa Indonesia?

Gadis itu berjongkok karena merasa pegal dibagian betis nya. 20 menit adalah waktu yang lama bagi Livy menunggu seseorang,

Tadinya Livy ingin mengajak Rahayu dan Dea, setidaknya Livy tidak kelihatan seperti orang bego-bego amatkan kalo punya teman. Tapi sayangnya kedua sahabatnya itu tidak bisa ikut karena disibukkan dengan tugas-tugas kuliah, begitu juga dengan Ganesh dan Rian yang bahkan terlihat lebih sibuk lagi.

Mungkin jika Livy kuliah dia juga akan merasakan hal yang dirasakan oleh keempat sahabatnya itu.

Selain pegal, perut Livy mulai menyuarakan suara-suara amukan masal cacing-cacing di dalam perut yang minta jatah makan siang. Mendengus, Livy memejamkan matanya, kepalanya mulai pusing, bajunya juga mulai tidak nyaman karena keringat.

Alka sialan, mau sampai kapan lelaki itu membuat Livy menunggu?

"Gua laper." gumam Livy menundukkan kepalanya, untunglah suasana sangat ramai jadi tidak akan ada yang bisa mendengar suara perut Livy yang berbunyi nyaring.

Lima menit, Livy akan menunggunya lima menit lagi. Jika belum sampai juga bodo amat Livy mau pulang, dia malu dan lapar menunggu Alka sendirian di Bandara.

Belum apa-apa Alka sudah sangat menyusahkan Livy.

"Mbak?"

Livy mengigit bibir bawahnya erat, perutnya semakin melilit tak karuan, rasa mual juga mulai melanda.

"Mbak?"

Seseorang yang menepuk pundak Livy membuat gadis itu mendongak, peluh keringat sudah bajir dikening Livy. Sakit diperutnya membuat Livy tidak bisa fokus dengan keadaan sekitar. Telinganya berdengung, pandangannya berkunang-kunang hingga membuat objek didepannya nampak kabur.

"Mbak—"

Brak.

"Eh, kok pingsan?"

***

Livy mengerang saat kesadarannya kembali menguasai. Bau minyak kayu putih menyambutnya. Yang pertama kali Livy lihat adalah kemeja berwarna putih.

 Yang pertama kali Livy lihat adalah kemeja berwarna putih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Bitterlove Where stories live. Discover now