《22》

234 39 3
                                    

Suara deru mesin mobil yang menyala menemani keheningan kesebelas anak muda itu. Saat pagi buta tadi, mereka sudah berangkat ke pusat Kota Daegu untuk mencari perlengkapan medis karena peralatannya sudah mulai berkarat dan tidak steril lagi.

Kemarin malam, Jungwon hampir saja berdebat hebat dengan Jake jika Heeseung tidak langsung menengahi keduanya. Dan, saat itu juga teman-temannya melihat Jungwon yang benar-benar kesal untuk pertama kalinya. Beberapa dari mereka ada yang menerima misinya dan ada juga yang menolak misi itu mentah-mentah.

Akan tetapi, Jake-lah yang paling keras saat menolak misi itu.

Akibat Jake yang menolak misi tersebut, Heeseung sebagai yang tertua dalam tim pun memberikan waktu pada pemuda itu untuk kembali mempertimbangkan keputusannya. Sedangkan, Jungwon hanya menghela napas panjang karena kesabarannya hampir habis.

Setelah lama berpikir, pemuda Shim itu akhirnya menerima misi itu dengan raut muka yang sedikit masam.

Dan, sampailah mereka di sini.

Mobil pertama dikendarai oleh Heeseung. Sedangkan, yang menempati bagasi mobil adalah Jake, Sunoo, Ni-ki, dan Sora. Lalu, di belakang mobil pertama, ada mobil kedua yang dikendarai oleh Jay. Yang menempati bagasi mobil adalah Sunghoon, Jungwon, Hyejin, Jasmie, dan Lova.

Semuanya sibuk dengan pikirannya masing-masing sampai tidak menyadari bahwa matahari sudah mulai menampakkan diri dari ufuk timur. Cahaya terang itu menyapa seluruh mata di kedua mobil, rasa hangatnya pun terasa di tubuh mereka.

Hyejin yang hampir seharian tidak bisa tidur karena terus memikirkan nasib para manusia imun yang malang di sana akhirnya memilih untuk tidur dengan posisi duduk meringkuk dan menenggelamkan wajahnya di antara kedua kakinya.

Sedangkan, Lova yang masih mengantuk berusaha untuk tetap terjaga dengan mengerjapkan matanya beberapa kali. Sesekali mengucek-ngucek mata karena gatal, namun gerakannya berhenti tatkala sebuah tangan menahan pergerakan tangan gadis itu.

Kemudian, orang itu pun menurunkan tangan Lova dengan hati-hati. Lantas, gadis Han itu menoleh ke samping dan terpaku setelah melihat si pemilik tangan tadi.

"Nanti mata lo merah kalo dikucek-kucek terus kayak gitu. Dan, kalo mau tidur, ya udah tidur aja. Gue tau lo pasti masih ngantuk," ucap Sunghoon yang kini menatap Lova dengan pandangan mata cukup hangat.

Bingung ingin meresponsnya bagaimana, jadi si pemilik rambut panjang itu hanya bisa mengangguk-angguk sembari mencoba menghindari tatapan lekatnya Sunghoon. Mulai detik ini, jantung Lova tidak bisa berdetak dengan normal.

Tak lama setelahnya, gadis itu kembali terpaku ketika tangan kanan Sunghoon tiba-tiba menarik pelan kepalanya yang kemudian ditaruh di bahu laki-laki bertampang dingin tersebut. Matanya sedikit melotot kaget, namun badannya sama sekali tidak bisa bergerak.

Tanpa melihat Lova, Sunghoon kembali membuka suara. "Gak usah ditahan, tidur aja kalo masih ngantuk. Nanti gue bangunin kalo udah sampe." Nada bicaranya datar, namun menyiratkan kepedulian terhadap perempuan berusia delapan belas tahun itu.

Lalu, pemuda Park itu perlahan mengelus surai halus milik Lova agar gadis Han tersebut dapat terlelap dengan nyenyak. Sangat lembut dan menenangkan. Alhasil, netra berkilau itu mulai terpejam dan tak berselang lama, ia pun pergi menuju alam mimpi.

Tanpa sadar, Sunghoon mengukir senyum tipis di bibirnya. Laki-laki itu kini memusatkan pandangan matanya pada Lova. Angin yang berembus akibat laju mobil itu menerbangkan beberapa helai rambut gadis yang tengah tertidur di bahu kirinya saat ini, wajahnya begitu damai.

Beberapa menit kemudian, laki-laki bermarga Park itu menguap. Netranya memberat, rasa kantuk yang kembali menyapa matanya itu lama-kelamaan tak tertahankan lagi. Jadi, ia pun memutuskan untuk menyusul Lova ke alam mimpi.

[✓] THE ZOMBIE PLAGUE 2 : REVENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang