Sakitnya Tuh Di Sini

Start from the beginning
                                    

Kaisar merasakan tangan Sharma bergetar di punggungnya. Sharma benar-benar takut sekarang. Ia pun membalas memeluk Sharma dengan harapan Selirnya ini bisa sedikit lebih tenang. Akan tetapi pelukan itu hanya bertahan beberapa detik saja.

Kaisar mengerutkan keningnya saat Sharma mengendus-ngendus jubah dan pakaian dalamnya (pakaian dalam : lapisan kedua sebelum jubah. Bukan lapisan pertama sesudah kulitya). Setelah beberapa detik mengendus, Sharma langsung mendorong tubuh Kaisar menjauh. Wajah Sharma berubah datar,tanpa ekspresi apapun.

"Ada apa?" tanya Kaisar bingung dengan perubahan Sharma.

"Tadi malam Yang Mulia tidur di mana?" tanya Sharma dengan nada tak suka.

"Di istana Permaisuri," jawab Kaisar jujur.

Tanpa berkata apapun lagi, Sharma berbalik dan berjalan meninggalkan Kaisar yang masih bingung dengan perubahan sikap dirinya.

Cuih, setelah menghabiskan malam dengan Permaisurinya, dengan seenaknya dia memelukku. Tidak sudi aku dipeluk pria yang sudah berbagi kehangatan dengan wanita lain.

Sharma berjalan tanpa menoleh kebelakang.

Mengapa dia tidak memanggilku? Aku tidak mendengar suara apapun.

Karena penasaran Sharma menoleh kebelakang, dan ternyata Kaisar berjalan ke arah berlawanan dengan dirinya tanpa menoleh kebelakang. Sharma menjadi kesal, ia menghentakkan kakinya ke tanah basah.

"Iiih! Menyebalkan!" Sharma pun berlari secepat mungkin.

* * * *

Sharma menatap cermin besar di depannya, sedangkan di belakang nya Wenari dan Nora sedang menata rambutnya. Kedua pelayan itu senang karena nona mereka telah kembali, namun sekarang mereka melihat perubahan sikap dari nonanya.

Kedua pelayan itu sesekali saling tatap karena malam ini Sharma berbeda dengan Sharma yang biasanya. Sejak kembali ke istana Selir dengan badan yang basah kuyup, Sharma sudah menjadi pendiam. Mereka pikir saat hilang di hutan perbatasan Utara kepala Nonanya terbentur batu besar hingga otaknya sedikit membaik.

"Sudah selesai, Nona." Wenari dan Nora mundur satu langkah, memberikan ruang jika Sharma ingin berdiri.

"Anda kenapa, Nona?" tanya Nora yang tidak bisa menahan rasa penasarannya. Ternyata melihat Sharma begitu pendiam membuat mereka tidak senang. Jika seperti ini, lebih baik mereka mengatasi kerusuhan Selir ke-enam Kaisar ini.

Sharma hanya menggeleng.

Wenari dan Nora saling menatap saat Sharma berjalan ke arah tempat tidurnya.
"Jika ada yang ingin bertemu, katakan aku sedang istirahat dan tidak ingin diganggu. Kalian pergilah!" Sharma naik ke atas tempat tidur lalu menarik selimut.

"Anda benar ingin istirahat?" tanya Wenari yang tidak percaya Sharma benar-benar ingin tidur cepat.

Sharma menatap tajam pada Wenari. "Sebenarnya kalian ini kenapa? Aku buat keributan, kalian mengeluh. Saat aku diam, kalian malah bersikap seperti ini. Jadi aku harus bagaimana?!"

Wenari dan Nora langsung membungkuk. "Maafkan kami, Selir Sharma. Kami tidak bermaksud begitu." Sebenarnya mereka terkejut dengan Sharma yang tiba-tiba jadi pemarah, tapi mereka tidak berani bertanya lagi.

"Pergi dan jangan ganggu aku!" Sharma menarik selimut hingga ke kepala.

"Baik, Nona." Kedua pelayan itu langsung pergi keluar dengan langkah hati-hati.

Di balik selimut Sharma berusaha menahan suara tangisnya. Entah mengapa ia merasa sangat kesal pada Kaisar. Selama ini ia terlalu nyaman saat Kaisar memperhatikan dirinya. Walaupun terkesan galak dan menyeramkan, namun ia tahu Kaisar tidak akan pernah melukainya. Namun tak pernah ia sangka tanpa melakukan kekerasan fisik, Kaisar berhasil melukai hatinya.

Saat mereka bersama, ia lupa jika Kaisar mencintai Permaisuri. Hanya Permaisuri yang ada di hati pria itu. Dirinya hanya salah satu selir di antara ke-enam Selir yang dimiliki Kaisar. Mungkin perlakuan Kaisar selama ini hanya sebagai formalitas bahwa Kaisar tetap mempedulikan Selir-Selirnya. Tidak ada perlakuan spesial yang Kaisar berikan untuknya. Kaisar memperhatikan dirinya karena dirinya tidak mau diam. Seandainya Selir-Selir yang lain seperti dirinya, pastilah Kaisar melakukan hal yang sama juga.

Sekarang hati Sharma sakit. Ia yakin ini karena kesal pada Kaisar yang tadi malam menghukumnya, kemudian pria itu malah menghabiskan malam dengan Permaisurinya.

"Ya, aku tidak mungkin mencintai Kaisar. Aku hanya menyukai wajahnya yang tampan dan juga mengagumi kekuasaannya."

Karena lelah menangis, akhirnya Sharma pun tertidur dengan mata yang mulai sembab.

Segitu dulu ya Guys. Sely lempoh nih

Kaisar & Sang AmoraWhere stories live. Discover now