11

546 136 28
                                    

Flashback
Hamil Delapan Bulan

Veeno sedang terburu-buru, makan roti sampai tersendat.

UHUK.UHUK.

Menepuk-nepuk dada, Veeno total  merasa roti bakar buatan istrinya itu tersangkut ditenggorokan.

Anne yang baru muncul dari dapur membawa pisang goreng langsung terbirit menghampiri. Menuangkan air dari teko. Dia membantu Veeno minum dengan teratur.

"Kamu kok bisa keselek sih sayang? Ya Ampun." Gerutu Anne—menepuk punggung Veeno.

Semenjak menikah, mereka sudah tinggal sendiri. Rumah hadiah dari papa mama Veeno yang terlalu gila  kerja. Setidaknya, mereka bisa lebih punya banyak waktu untuk berdua.

Rumah sendiri itu paling nyaman... bukan?

"Buru-buru sayang, ada rapat. Jam setengah delapan." Veeno terbata bata. Matanya melirik jam dinding yang semakin menunjukkan waktu mepet.

Anne berkata, "Kamu sih dibangunin nggak melek-melek." Dia merapikan dasi suaminya. Menyugar surai sang pujaan hati agar rapi.

"Malah nonton bola begadang." Kata Anne.

Mencomot pisang goreng, Veeno meringis. "Nanggung semalem, real madrid." Dia mengeles.

"Sayang, aku berangkat dulu." Veeno mengecup pipi Anne. Tangan lantas bersalaman pamit pada istrinya.

Tentu tangan Veeno dicium Anne, wanita itu mengusap perutnya dan berujar, "Jangan ngebut. hati-hati." Pesan Anne.

"Siap ibu negara." Veeno meletakkan tangan dipelipis persis pose hormat saat upacara. Sontak membungkuk, mencium perut istrinya. Tidak sabar rasanya karena sebentar lagi Daven mereka akan lahir. Sebulan lagi sih!

Namun, orang tua mana yang tidak menggebu anaknya akan lahir?

Ya Tuhan! Sumpah ya, Veeno tidak sabar menimang anaknya kelak.

"Papa kerja dulu ya, buat lahirannya adek nanti. Sama beli popok, terus beli baju yang bagus. Sehat-sehat di rumah ya sayang, sama mama." Dia gembira saat mengajak berbincang anaknya. Mulut Veeno terbuka lebar tepat saat dia mengusap dan sang anak menendang dari dalam.

Kekehan Anne terdengar, Veeno pun semakin menguyel-uyel perut besar itu. "Nendang  sayang.." Kata Veeno  pada Anne.

"Iya iya. Udah sana berangkat, Veen, ntar ngobrol lagi sama baby."

Anne mendorong Veeno ke garasai.
Mengangkat tangan guna melambai saat mobil suaminya keluar halaman rumah.

Pandangan Anne terpatri ke langit yang cerah dengan awan awan yang menghias begitu elok. Dia hembus nafas pelan, hembusan yang penuh akan ketenangan dan ketenteraman.

"Daven, nanti kalau kamu udah lahir, mama pasti jadi wanita terbahagia di dunia." Mengelus lembut.

Pagi berganti sore dan sekarang ini Anne tengah duduk santai disofanya sembari menonton acara TV. Wanita itu tertawa terbahak-bahak melihat adegan komedi yang terpampang di layar LCD itu. Dia menyuapkan kripik ke mulutnya. Maklum, ibu hamil satu ini doyan sekali mengemil. Suaminya sampai membelikan beberapa stok camilan untuk Anne agar tak bosan di rumah.

"Sayang, gimana kalau kita ngirim makan sore ke papa?" Kepala Anne menunduk. Biasanya jam segini itu Veeno sudah pulang, tetapi karena lembur suaminya masih di kantor.

"Papa lemburkan, nah mama bakal masak terus nanti kita antar ke papa ya? Adek kangen ya sama papa? Kok nendang terus. Hihi."

Setelah berujar demikian, Anne pun segera berlari ke dapur. Rencananya Anne ingin membuatkan steak ayam kesukaan Veeno; steak ala rumahan yang dibuat dengan resepnya Anne. Kebetulan Anne ada ayam marinasi. Dia mengambil wajan di rak spontan meletakkannya di atas kompor.

Paradigma[✓]Where stories live. Discover now