05

724 170 31
                                    

"Sena! Please jangan buat mamamu ini pusing. Di makan sayang." Anne menyodorkan sendok pada putranya itu.

Sena melengos dan menyilangkan tangan di depan dada. Manik Sena berkaca-kaca. "I won't eat unless I meet my papa." Celetuk Sena.

Anak itu menatap mama setelahnya.

"It has been a long time mama! Two months and mama still didn't permit me to meet him!"

Anne meletakkan kasar sendoknya ke atas piring. Dia memijat kepala merasa pusing dengan Sena yang selama beberapa bulan ini semakin sulit diatur. Belum lagi Sena sangat ketus padanya. "Fine, you said to me if you needed a father. Mom will give it to you. Mungkin mama bisa nikah aja sama om James and everything will be resolved. You will have a dad and you-

"Kenapa mama harus susah susah cari papa baru buat Sena, sedangkan ada papa kandung Sena yang dekat di sini." Sena menunjuk dadanya. "In my heart." Lirih Sena.

"He still loves you mom...always. I knew when I dived in his eyes. I saw misery in it. I never know what you two have done in the past, but can both of you just stand with me? As a mom and a dad."

Netra Sena meruntuhkan air mata.

Sena memang punya kemampuan kognitif dan penalaran yang sangat bagus ketimbang anak seumurannya yang lain. Namun, Anne tidak pernah mengira Sena akan sejauh ini. Anne tidak menyangka bagaimana anak hampir lima tahun itu membalikkan perkataan mamanya menjadi suatu boomerang bagi Anne.

"Sena, mama cuma," Perkataannya Anne terpaksa tidak dilanjutkan saat Sena kembali berkata.

"Sena pernah mah, pengen manggil Om James daddy karena om James juga mengizinkan. Tapi mama yang bilang sendiri, mama yang enggak ngizinin Sena. You said, he's not my father. Dan sekarang papanya Sena yang sebenarnya muncul. Kenapa Sena selalu dilarang buat memiliki sosok papa?"

Kepala Anne mendongak, meremat kuat tangannya sebelum akhirnya dia beranjak dari meja makan rumah miliknya. Anne berlari ke kamar dan menyangga tangan di meja rias. Dia menatap cermin, meloloskan semua air matanya yang ditahan di depan Sena.

Terus kamu nyesel Veen karena kamu cinta sama aku! James itu sahabat aku. Aku cintanya sama kamu!

Ya aku nyesel, karena cuma sakit yang aku dapet dari kamu. Andai dulu aku sama Nina, pasti nggak stress aku!

Bayang-bayang runtuhnya rumah tangga mereka membuat Anne tak kuasa. Dia beringsut duduk dilantai. Mengingat bagaimana Veeno yang selalu mempercayainya lebih dari apapun terhasut oleh Nina, mantan pacar Veeno jauh sebelum bersama Anne dan percaya teman-temannya yang lain ketimbang dirinya.

Hiks...hiks... Anne meremat dada.

Mengusap air matanya sebelum dia meraba-raba nakas dengan tangan yang terulur ke atas. Anne membuka aplikasi chat, menggulirnya ke grup divisi pemasaran. Mengklik anggota dan mencari-cari nomor seseorang.

Tut...Tut...

Hallo, Anne? Kamu nelfon ak-

"Are you free?" Mati-matian Anne menahan suaranya agar tidak lagi terdengar parau. Saat Veeno bilang bahwa dia free, Anne berkata, "Can you come to my house? I will share the location..." Anne menggigit bibir. Mendongak ke atas. "Sena mogok makan and he wants you. Am sorry for bothering your time with Nina or someone else, maybe. Just come if you have time."

Panggilan itu langsung dimatikan oleh Anne. Dia menelungkupkan kepalanya di atas lutut. Sementara Veeno membeku, menurunkan HP dari telinganya. Veeno pun beranjak dari kursi sofa. Dia menatap lurus ke dinding apartemennya.

Memaku atensi pada foto yang ada terpajang di sana. Benar! Foto-foto pernikahannya dengan Anne yang masih sangat Veeno jaga. Annenya sangat cantik dalam foto itu. Salah! Anne selalu cantik bahkan sampai saat ini keparipurnaannya masihlah sama. Tanpa sadar, pelupuk Veeno basah. Dia mengusap pelan.

Paradigma[✓]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum