28

3.4K 498 29
                                    

Saat melewati asrama murid, lampu semua kamar masih menyala, dan ada beberapa suara ribut yang terdengar dari sana.

Zen terus berjalan ke rumah kayunya, saat membuka pintu rumah kayu, dapat dilihat jika semua tidak berubah, dan sangat bersih.

Beberapa murid yang berada di teras luar asrama melihat Zen yang berjalan melewati asrama mereka, dan mereka sangat penasaran dengan sosok yang berjalan ke sebuah rumah kayu.

Para murid juga tahu jika rumah kayu itu khusus untuk pemilik peternakan tinggal, jadi mereka berpikir jika Zen adalah anak dari pemilik peternakan ini.

Mereka secara diam-diam memotret sosok Zen dari samping.

Gosip diantara para murid pun terjadi, dan Zen menjadi topik panas diantara para murid.

Apalagi ketampanan yang membuat para gadis terpana.

Malam itupun terlewati dengan damai kecuali di asrama murid perempuan, karena mereka bergosip sampai tengah malam.

Keesokan paginya, Zen bangun, mandi, lalu memakai pakaian yang ada di dalam lemari.

Memakai baju lengan panjang berwarna biru tua, celana hitam panjang, dan rambutnya yang diikat ekor kuda, tapi masih ada beberapa helai rambut yang tergerai di samping wajahnya.

"Perfect!" ucap Zen sambil melihat ke arah kaca yang memantulkan dirinya.

Saat keluar dari rumah kayu, dari kejauhan Zen melihat beberapa gadis yang berkumpul di depan asrama.

"Apa yang mereka lakukan bangun sepagi ini dan berkumpul seperti itu?" gumam Zen.

Zen kemudian pergi dan berjalan ke ruangan Relian berada.

Tapi saat melewati asrama, Zen tiba-tiba merinding karena merasakan tatapan memangsa ke arahnya.

Langkah Zen semakin cepat, menghiraukan tatapan lapar para gadis ke arahnya.

'Maaf saja, aku masih normal!' teriak Zen dalam batinnya.

Saat tiba di depan ruangan Relian, Zen langsung masuk, setelah itu menghela napas lega.

Ketika melihat ke sekeliling ruangan, tidak ada siapapun di sana.

Zen kemudian memilih duduk di sofa, dan menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa.

"Riz"

[Ada yang bisa dibantu, Tuan?]

"Tentang pencipta mu itu, apa dia pria berambut hitam dan bermata merah, dan wajahnya sangat tampan?" tanya Zen kepada sistem.

Yah~ semalam Zen bermimpi tentang kematiannya saat menjadi Zean, ingatan terakhir yang dia lihat adalah rambut hitam dan mata merah terang apalagi wajahnya yang sangat tampan.

[Ya]

"Siapa namanya?"

[Maaf, saya tidak bisa mengungkapkannya sekarang, Tuan belum cukup kuat untuk mengetahui identitas pencipta saya]

"Begitu, berarti ketika aku sudah cukup kuat, kau akan memberitahu ku kan, Riz?"

[Tentu saja, Anda juga harus tau siapa pencipta saya]

Zen menutup matanya, lagi-lagi ingatan tentang pengkhianatan suaminya membuat dada Zen sakit, walaupun dia sudah tidak memiliki hubungan dengannya, Zen tak bisa mengelak jika dia sangat kecewa.

Walaupun selama ini Zen acuh dengan semuanya, rasanya dia ingin menguliti Samuel, ketika janji suci pernikahan terucap, dia sangat senang waktu itu.

Selama bertahun-tahun pernikahannya harmonis dan romantis, tapi karena tidak bisa memiliki anak, suaminya mulai mengkhianatinya, entah dari kapan Samuel memiliki hubungan dengan sahabatnya itu.

Sistem DominasiWhere stories live. Discover now