18

4.9K 720 23
                                    

Keesokan paginya.

Zen terbangun dari tidurnya, melakukan aktivitas sehari-hari yaitu mandi, memakai pakaian, sarapan, lalu pergi berangkat sekolah.

Henry tak mengantar Zen karena Zen ingin berangkat sendiri, menekan tombol di sepatunya, setelah roda ditarik keluar, Zen melesat di jalanan.

Dia tak menggunakan maskernya karena terlalu ribet jika dia harus memakai masker untuk menutupi wajahnya yang lebih tampan dari sebelumnya.

Karena itu pula dia menjadi perhatian ketika dia meluncur di jalanan dengan sepatu beroda nya.

Ketika sudah sampai di sekolah, banyak pasang mata yang menatap ke arah Zen.

Zen datang bertepatan dengan mobil mewah berwarna putih.

Ketika pintu mobil terbuka, terlihat Kaizen keluar dari dalam mobil.

Sepasang mata merah Kaizen menangkap sosok putih Zen, dan langsung mendekati Zen.

Setelah itu Kaizen menyuruh Sopirnya untuk kembali.

"Selamat pagi, Bhi" ucap Kaizen.

"Pagi juga, Ian" balas Zen.

Saat mereka berjalan ke kelas, tiba-tiba ada sepasang tangan yang melingkar di perut Zen yang membuatnya terkejut.

"Zena" gumam sosok itu tepat ditelinga Zen.

'Suara ini'

"Zein" panggil Zen pelan tapi bisa di dengar oleh Zein.

"Mm, ini aku"

"Kenapa kau di sini?" tanya Zen.

Tanpa diduga, Kaizen menatap tajam ke arah tangan Zein yang melingkar erat di perut Zen.

"Aku lompat kelas, dan Aku pindah kemari karena tau jika kau bersekolah di sini, jadi aku mengikuti mu saja" ucap Zein.

Zen berbalik, sekarang mereka saling berhadapan, tangan Zein juga sudah tidak memeluk Zen lagi.

Senyuman terpatri di bibir Zen, tangannya terangkat dan perlahan mengelus surai hitam pemuda bermanik biru di depannya itu.

"Kau di kelas mana?" tanya Zen.

"Ayah sudah meminta kepada kepala sekolah untuk membiarkanku satu kelas dengan mu" ucap Zein.

'Meminta? Mungkin lebih tepatnya memerintah, mana mungkin dia bisa seperti itu, dari kecil dia hanya bisa memerintah saja daripada mengucapkan kata-kata permintaan' batin Zen speechless ketika mengingat kelakuan Xaviero ketika masih remaja.

Zein menarik tangan kiri Zen untuk pergi ke kelas, tapi Kaizen menahan tangan kanan Zen, dan terjadilah aksi tarik-menarik.

Zein dan Kaizen saling melayangkan tatapan tajam satu sama lain, Zen yang jengah melihat kelakuan mereka langsung menarik tangan Zein dan Kaizen.

Zein di sebelah kiri, dan Kaizen di sebelah kanan.

Selama perjalanan menuju kelas, mereka menjadi pusat perhatian para murid karena ketampanan mereka.

Setalah tiba di kelas, Zen langsung duduk di kursinya, begitupun dengan Kaizen.

Dan Zein duduk di kursi di belakang Zen yang memang sudah dipersiapkan untuknya.

Zen merasa tertekan karena Zein dan Kaizen saling melancarkan tatapan tajam satu sama lain.

Entah sudah berapa kali dia menghela napas hari ini.

Kelakuan kedua anak laki-laki di dekatnya membuat Zen emosi.

Zen mengalihkan perhatiannya kepada ponsel miliknya, dan melihat jika bel masuk akan berbunyi 15 menit lagi.

Sistem DominasiOnde histórias criam vida. Descubra agora