29

3.2K 490 36
                                    

Zen mengambil sebuah kursi kayu yang tak jauh dari tempatnya berdiri, lalu naik di kursi itu, sekarang tingginya hampir sama dengan kuda hitam di depannya.

Zen tak ingin jika kuda itu harus menunduk untuk meminum ramuan itu, jadi dia memilih untuk naik ke kursi saja.

Lalu Zen memegang kepala Dominic dan meminumkan ramuan itu.

Setelah isi botol kaca itu habis, Zen menatap Dominic, terlihat jika kuda hitam itu mengerutkan keningnya.

Dominic juga merasakan sesuatu yang aneh dengan tubuhnya, seperti ada pusaran angin di perutnya.

Tetapi, beberapa saat kemudian pusaran itu berubah menjadi hangat dan menyebar ke seluruh tubuhnya.

Sebuah cahaya mengelilingi tubuh Dominic.

Bahkan Zen harus menutup matanya karena cahayanya sangat silau.

Ketika cahaya sudah hilang, Zen melihat jika dihadapannya bukan lagi seekor kuda hitam, tapi seorang pria yang memiliki kulit hitam yang eksotis dan rambut panjang sepinggang berwarna putih.

Kulit pria itu bukan sawo matang atau coklat, tapi hitam sedikit kecoklatan, dan ada sebuah tanda mirip belah ketupat tapi bagian atas dan bawahnya lebih panjang dibanding bagian sisinya.

Zen terpana melihat sosok di depannya.

Jika dilihat, tinggi pria itu adalah 199 cm, tampan dan memiliki otot yang kokoh, tapi memiliki pinggang yang ramping.

Ketika melihatnya, rasanya Zen ingin berteriak, terlalu indah untuk dipandang.

'Sistem, apa pria ini adalah Dominic?'

[Ya, pria tampan di depan Tuan saat ini adalah Dominic, kuda hitam yang sebelumnya Tuan bawa]

Zen tak bisa berkata-kata lagi, sosok pria di hadapannya terlalu sempurna, setiap garis dan lekuk tubuhnya seperti pahatan, sangat indah.

Pria kulit gelap bukanlah tipe Zen, tapi siapa yang bisa menolak ketampanan dan tubuh sempurnanya itu?

Zen sangat ingin menyentuh otot lengan, dada, dan perutnya.

'Tak apa kan jika grepe dikit?' pikir Zen yang tak bisa menahan diri lagi.

Tapi pikiran itu langsung ditepis oleh Zen.

"Dominic" panggil Zen, dan pria di hadapan Zen langsung melihat ke arah Zen.

Zen menarik napas panjang lalu menghembuskannya.

Dia merasa tidak tenang karena Dominic tak memakai sehelai benang pun di tubuhnya.

Pusaka lelaki milik Dominic membuat Zen meneguk ludahnya.

'Zen tahan! Kendalikan dirimu!' batin Zen.

Wajahnya masih datar tapi tidak dengan hati dan jantungnya yang berdetak kencang.

Zen melompat dari kursi dan berjalan ke arah lemari.

Di sana tergantung sebuah jubah mandi yang biasanya Zen gunakan.

Zen kemudian mengirim pesan pada Henry untuk membeli pakaian dengan ukuran besar, Zen memberitahu rincian untuk besar baju itu kepada Henry.

Sedangkan Henry saat ini, dia bertanya-tanya kenapa Zen membutuhkan baju sebesar itu, tapi Henry tetap membeli semua pakaian yang Zen inginkan.

Saat akan pergi ke pedesaan tempat Zen berada, Henry dicegat oleh keluarga Vynes dan akhirnya keluarga Vynes mengikuti di belakang.

Selama beberapa jam mereka mengendarai mobil, dan 2 mobil mewah seharga miliaran itu menjadi pusat perhatian selama perjalanan.

Tidak ada kendala selama perjalanan, walaupun mereka beberapa kali terkena macet selama perjalanan.

Saat tiba di peternakan di mana Zen berada, Henry dan keluarga Vynes berjalan ke halaman belakang di mana terdapat sebuah rumah kayu yang dekat dengan asrama murid.

Henry mengetuk pintu, dan terlihat Zen yang membukakan pintu.

Saat masuk, mereka terkejut mendapati seorang pria dengan kulit hitam eksotis dan rambut putih panjang.

Xaviero dan Felixia bahkan lebih terkejut karena pria itu memakai jubah mandi yang ukurannya kecil untuk tubuhnya, yang mengekspos dada dan perutnya.

"Ze, siapa ini?" nada dingin terdengar ketika Felixia bertanya.

Zen yang mendengar pertanyaan Felixia hanya terdiam, entah apa yang harus dia katakan.

Walaupun di dunia ini ada manusia hewan, tapi apa ada hewan murni yang bisa berubah jadi manusia.

Tak ada suara apapun yang keluar dari mulut Zen.

Aura di ruangan itu sudah mulai dingin, itu semua berasal dari Xaviero, Felixia, dan Henry, sedangkan Zein hanya terdiam, tak tahu apa yang harus dia lakukan, walaupun sebenarnya dia sangat marah karena ada seorang pria tak dikenal satu ruangan dengan adik perempuannya itu.

Zen merinding, tapi tiba-tiba ada yang menarik ujung lengan bajunya, itu adalah Dominic yang kini berdiri di samping Zen.

Dominic menatap sayu ke arah Zen, setelah Zen mengirim pesan kepada Henry, Zen mengajari Dominic cara berjalan, menggunakan sendok, garpu, dan sumpit.

Sebelumnya Zen pergi ke kantin yang tak jauh dari rumah kayunya, dan membawakan makanan, jadi Zen sekalian mengajari Dominic makan-makanan manusia.

"Dominic, kau bisa berubah kembali?" tanya Zen pada Dominic.

Dominic mengangguk, tapi dia enggan untuk berubah kembali menjadi bentuk hewannya karena dengan wujud manusianya, Dominic bisa sangat dekat dengan Zen tanpa takut untuk melukainya.

Tapi karena Zen memberi perintah, Dominic langsung merubah tubuhnya.

Tubuhnya dikelilingi cahaya, jubah mandi yang dia pakai terjatuh ke lantai, setelah itu sosok kuda hitam yang besar muncul di indera penglihatan semua orang di sana.

Semua yang pertama kali melihat perubahan itu terkejut, tapi Henry yang sangat terkejut karena tahu sosok kuda di hadapannya.

"Dominic" ucap Henry ketika melihat warna hitam kuda dan rambut putihnya yang berlawanan.

"Henry, kau sudah mengenalnya, untuk Mom, Dad, dan Zein, ini adalah kuda milikku, yang aku besarkan sendiri. Sebelumnya aku membuat sebuah ramuan dari beberapa bahan, walaupun ramuan itu sudah lama, aku mencobanya kepada Dominic, tapi aku tak tau jika ramuan itu bisa merubahnya menjadi manusia"

Xaviero, Felixia, Zein, dan Henry terdiam menatap ke arah Zen tak percaya.

Banyak pertanyaan dibenak mereka, apalagi soal ramuan yang dibicarakan oleh Zen, mereka tak bisa mempercayai sesuatu seperti itu, memang ada banyak ramuan di dunia, tapi mereka tak pernah mendengar ramuan yang bisa merubah hewan menjadi manusia, apalagi itu adalah buatan Zen sendiri.

"Kalau begitu, apa mom bisa tau bahan apa saja yang Ze gunakan?" tanya Felixia.

"Itu... Sebenarnya Zen membuat ini sebelum jatuh koma dan juga tidak menulis bahan-bahannya, jadi aku lupa apa saja bahannya" ucap Zen bohong sambil menundukkan kepalanya.

Zen mengontrol aliran darah dan panas tubuhnya ke wajahnya, memunculkan semburat merah alami seperti dia malu.

Yang lain ketika melihat ekspresi malu Zen, mereka hanya bisa menatap gemas ke arahnya.

Bahkan Dominic langsung berubah kembali menjadi manusia dan memeluk Zen dari belakang tanpa sehelai benang di tubuhnya.

Sedangkan 4 orang lainnya mengeluarkan aura gelap dari tubuh mereka.

Apalagi Felixia, aura membunuhnya keluar dan memenuhi seluruh bagian dalam rumah kayu bahkan terasa sampai keluar.

Beberapa murid yang sebelumnya penasaran langsung berhenti dan berbalik kembali ketika merasakan hawa dingin yang menusuk sampai ke jiwa mereka, padahal jarak mereka ratusan meter dari rumah kayu.

Sistem DominasiWhere stories live. Discover now