21 || Ini Bukanlah Akhir

1.2K 193 7
                                    

Kalau ditanya, Kim Taehyung sudah pasti merasa lelah karena dia baru saja datang dari urusannya di Berlin. Mengingat Kim Namjoon memberi kabar kalau Yoongi diserang di sebuah tempat, mau tak mau Taehyung bergegas datang dan menanyakan kondisi kakaknya. Namun sayangnya, Namjoon melarangnya untuk berbicara pada Yoongi dikarenakan pria itu sedang berada dalam fase kalut luar biasa.

"Kau pasti pernah dengan nama Park Jimin?"

Ah. Taehyung paham jadinya.

Pria itu yang mampu membuat Yoongi bertekuk lutut. Seolah terhipnotis dengan nama Park Jimin, Min Yoongi akan melakukan apa saja termasuk mengabaikan perintah keluarganya demi Park Jimin.

Dari luar ruangan terlihat Jimin yang masih syok sementara Yoongi mencoba menenangkannya. Bahkan ada... tunggu! Taehyung tahu pria yang satunya. Pria yang menggantikan Park Jimin dihajar habis-habisan oleh sekelompok orang dan ditabrak sampai kehilangan penglihatannya. Jadi, itu Sung Woon, adik Jimin?

"Bagaimana bisnismu di Berlin?" Tanya Namjoon mencoba mengalihkan Taehyung.

"Yeah, lancar jaya. Hyung, itu Jiminnya Sung Woon, 'kan?" Tanya Taehyung.

"Iya."

"Yoongi Hyung tidak apa-apa? Sung Woon meninggalkan bekas yang membuat Yoongi Hyung trauma." Tanya Taehyung.

"Aku tidak tahu. Sudah jelas kau bisa melihat jika kakakmu tidak baik-baik saja." Namjoon ikut mengintip. "Aku baru kedua kalinya melihat raut wajah Yoongi Hyung yang kalut seperti itu. Biasanya pria itu tak kenapa-kenapa."

"Aku sudah mengirimkan pesuruh untuk mengatasi kejadian tadi. Semuanya sudah aman dan aku sudah mengganti rugi kerusakan kedai tteokbokki itu. Untung penjualnya baik-baik saja." Jelas Taehyung.

"Wah! Padahal itu urusanku, kenapa jadi kau yang turun tangan?" Tanya Namjoon.

Taehyung menyeringai. "Seperti yang kau tahu, aku juga tak bisa melakukan apa-apa kalau Jeon Jungkook ada di posisi Jimin sekarang. Jadi, pastikan Yoongi Hyung baik-baik saja."

Sementara itu di dalam, Jimin berulang kali mengatakan bahwa dia tidak apa-apa. Kekalutan Min Yoongi yang terlihat jelas di depan wajahnya membuat Jimin merasa sangat bersalah, padahal pria itu sudah menolongnya dari tembakan maut yang jelas pelurunya mengarah ke arahnya.

"Aku tidak apa-apa, Tuan. Jelas Anda yang menyelamatkanku." Jimin berusaha meyakinkan. "Anda tidak terluka, 'kan?"

Yoongi menatap Sung Woon yang sedari tadi menggenggam tangan Jimin tangan henti. Pria itu dan matanya, entah mengapa Yoongi merasa sangat bersalah. Terlebih jika Jimin yang mengalami kebutaan, kemungkinan dia tak akan memaafkan siapapun termasuk dirinya sendiri. "Kau... kabari aku jika terjadi sesuatu."

"Hari ini aku sudah bisa pulang. Aku tak bisa meninggalkan Sung Woon sendirian di rumah. Dia tidak bisa masak nasi."

Yoongi menelan ludah. Walaupun memang tak terluka, Jimin harus mendapatkan perawatan karena rasa syoknya. "Itu bisa diurus. Aku akan membelikan kalian berdua makanan."

"Eh?" Jimin tersentak. "Tidak usah. Tuan sudah membelikan kami makanan waktu itu. Sung Woon yang menemukan dompet Tuan. Jadi sepertinya—"

"Jelas aku tak menerima penolakan. Ajudanku akan membelikanmu makanan, lalu kalian harus makan. Aku akan datang lagi setelah urusanku dengan kepolisian sudah selesai. Jangan kemana-mana."

Akhirnya, Jimin dan adiknya tak bisa melawan. Min Yoongi itu sangatlah dingin, Jimin tahu namanya semenjak dia melihat orang itu muncul di berita dan setelah Yoongi memperkenalkan dirinya sejam yang lalu. Pria itu keluar untuk mengurus sesuatu.

Mugunghwa || VKook [M]Where stories live. Discover now