3 || Letak Kesalahannya

2.1K 307 24
                                    

Lima tahun, dua bulan sebelumnya.

Kim Taehyung mendapatkan pelajaran menembak menjadi penembak jitu karena ibunya. Dia sangat dekat dengan ibunya daripada ayahnya, selalu menghabiskan waktu bersama-sama dengan ibunya, bekerja sama untuk menghukum para pembangkang dengan ibunya, dan bersikap manja kepada ibunya.

Kendatipun seperti itu, ada masanya Kim Taehyung harus menerima kenyataan bahwa ibunya mati terbunuh bersama ayahnya saat pertemuan dengan tamu di pelabuhan. Sudah dipastikan ada kelompok yang sengaja memasang bom ke kapal mini yang mereka tumpangi. Itu membuat Kim Taehyung sangat terpukul-hawa nafsu untuk makan menghilang, bahkan tak bisa menangis karena saking berdukanya di rumah duka.

Lalu... Jeon Jungkook datang.

Taehyung menghampiri rumah duka setelah semua tamu yang melayat pergi, menyisakan dirinya sendiri menatap foto kedua orang tuanya dengan bersimpuh dengan kaki terlipat ke belakang. Dia tak menduga jika Jungkook datang sendiri ke sana, membawa pakaian serba hitam dan payung hitam karena hujan di luar. Jungkook membungkuk, memberi penghormatan, dan mengirimkan doa kepada mereka. Taehyung memberikan privasi karena dia tidak ingin diganggu atau terlihat mengganggu. Setelah pelayatan itu, Jungkook keluar dan menghampirinya yang terduduk diam dengan pandangan kosong tak jauh dari rumah duka.

"Saya turut berduka cita, Tuan Kim." Jungkook berujar lirih, membuat Taehyung sekilas memandangnya lantas mengangguk.

"Terima kasih sudah datang. Tapi kenapa kau tidak datang bersama Taehun?"

"Dia sedang berada di luar kota karena pekerjaannya dan akan menyempatkan melayat lusa. Saya minta maaf karena lancang, tetapi saya mendengar kabar duka ini di televisi." Jungkook ikut sedih. "Saya tahu Anda pasti terpukul dengan kepergian orang tua Anda."

Taehyung hanya menatapnya, tidak mengatakan apa-apa lalu mengembuskan napas. "Kau boleh pergi."

"Saya memang akan pergi." Jungkook mengangguk. Dia tidak ingin mengganggu Taehyung untuk sementara waktu karena pria itu terlihat kacau. "Saya ingin menyampaikan pesan kepada Anda. Jo Hanna tidak bisa datang melayat karena suatu alasan, maka dari itu saya hadir di sini untuk menggantikannya."

"Iya, kau boleh pergi."

"Apa Anda butuh pelukan?"

Taehyung tersentak. Dia memicingkan matanya, menatap Jungkook nyalang karena pria itu mengatakan hal yang tidak waras.

"Kesedihan membuat Anda tidak bisa berpikir jernih, bahkan untuk sekarang. Anda duduk di atas tutup tempat sampah dengan kondisi kacau seperti ini." Jungkook melangkah maju. Tangannya terbuka, meraih Taehyung lalu memeluk pria itu dengan hangat. Kepala Taehyung jadi bersandar ke dadanya. Rasa nyaman langsung menjalar ke seluruh rongga dada Taehyung. "Hal terberat dari kehidupan adalah ditinggalkan. Saya tahu Anda tidak bisa menangis karena ditinggalkan oleh orang yang sangat Anda cintai. Kalau Anda tidak terima, Anda bisa memukul saya. Saya di sini hanya ingin membuat Anda melampiaskan segalanya. Menangislah, tidak apa. Kesedihan kalau dipendam terlalu lama akan menjadi penyakit yang tak kunjung sembuh. Anggap saja saya adalah Taehun sahabat Anda yang Anda butuhkan. Tidak apa, menangislah. Hanya saya yang tahu kalau Anda membutuhkan sandaran. Anggaplah saya sebagai Taehun sahabat Anda."

Di sinilah letak kesalahannya. Entah kenapa ucapan Jungkook seperti sihir yang mampu merobohkan pertahanannya. Taehyung membalas pelukan, air matanya mulai bercucuran seiring rasa nyeri pada dadanya yang kian membesar. Pria dewasa itu menangis seperti anak kecil di dekapan orang lain; bukan dekapan kekasihnya sendiri. Dia menangisi hal-hal kecil; kenapa ini bisa terjadi, ke mana Taehun saat dia membutuhkannya, ke mana Jo Hanna kekasihnya yang seharusnya selalu mendampinginya. Dia benar-benar kacau. Taehyung tak tahu harus melampiaskan ke siapa. Keluarganya terutama kakak-kakaknya tak boleh tahu dia selemah ini. Walaupun Namjoon, walaupun Yoongi, walaupun Hoseok memintanya untuk menangis, dia tidak bisa. Jungkook yang bisa meruntuhkan ego dalam dirinya untuk meluapkan kesedihannya.

Jungkook sudah berdiri hampir satu jam lamanya, memeluknya hangat tanpa mengeluh pegal atau semacamnya. Perasaannya menjadi lebih baik, membuatnya sedikit merasa bersalah karena membiarkan pria itu menemaninya selama itu. Karena tak ingin berhutang budi, Taehyung lantas bangkit.

"Bagaimana perasaan Anda?"

"Kuantarkan kau pulang. Taehun tak akan suka jika kau pulang sendirian."

Dengan begitu Jungkook menurut. Taehyung mengantarkan dirinya ke apartemen tempatnya tinggal.

"Apa Taehun membuatmu bahagia?"

"Iya, dia membuat saya bahagia..."

Taehyung tak yakin itu jawaban yang serius atau justru jawaban yang membuat Jungkook terbebani. "Kalian sebentar lagi akan menikah. Aku ingin kau membuat Taehun bahagia karena masa kecilnya yang tidak memiliki rasa senang. Kami bersahabat jadi aku tak akan tinggal diam saja kalau sampai kau membuat sahabatku tersakiti, bahkan membuatnya sedih."

"Saya berjanji tidak akan membuatnya bersedih. Taehun orang yang hangat. Dan dia beruntung memiliki Anda sebagai sahabatnya karena Anda sangat peduli padanya."

Jungkook tersenyum kepadanya. Taehyung tahu kalau itu adalah sebuah senyum terpaksa. Tak ada rasa senang yang didambakan seperti orang pada umumnya ketika mereka akan melangsungkan pernikahan. Dari sinilah Taehyung sudah menaruh rasa curiga kepada Jungkook.

Mobil terparkir sedikit jauh dari apartemen. Ketika sampai dan sebelum keluar, Jungkook mengeluarkan sekotak cokelat berukuran kecil dan memberikannya kepada Taehyung. "Makanlah ini, Tuan Kim. Ini akan membuat Anda merasa lebih baik." Ujarnya.

Kenapa Jungkook seperhatian ini kepadanya? Taehyung tak mau salah paham, akan tetapi ini seperti dirinya menemukan pasangan yang sesungguhnya. Terkesan aneh, memang. Menerima cokelat itu, Jungkook tersenyum. "Saya pandai memasak, tapi Taehun hampir tak pernah mencoba masakan saya. Mungkin Anda mau mencoba cokelat buatan saya. Kalau begitu saya permisi. Taehun akan datang lusa besok dan Anda bisa bertemu pasangan saya."

Jungkook hendaknya ingin membuka pintu mobil namun Taehyung langsung sigap menahannya. Ketika menoleh, Jungkook disuguhkan dengan wajah Taehyung yang sangat dekat dengan wajahnya. Pria itu menarik tangannya turun, memeluk pinggang rampingnya dengan satu tangan dan menangkup dagunya mengikis jarak. Mata Jungkook membola saat Taehyung menempelkan bibirnya pada bibir Jungkook, menekan ciuman itu dengan mata terpejam. Dari ciuman itu beralih menjadi lumatan lembut yang membuat Jungkook membalasnya. Lumatan itu berakhir ketika Taehyung menjauhkan bibirnya.

"Tu-Tuan... i-ini salahㅡ"

"Jangan beritahu Taehun atau Hanna, Jungkook." Taehyung menekan. Tangannya mulai meraba dada Jungkook dan meremasnya, membuat Jungkook mendesah kecil di hadapannya. "Aku benar-benar menginginkanmu."

To Be Continue




N a e n a nya diskip atau dijelasin, nih?
Kalau rame lanjut part 2

😂😂😂😂

Mugunghwa || VKook [M]Where stories live. Discover now