Bukan Salah Jodoh tapi Takdir

Start from the beginning
                                    

"Enggak! Aku nggak mau! Aku mau kembali sama suamiku. Aku mau minta maaf sama dia atas kesalahanku selama ini. Lepaskan aku, Ken!"

"Aku tidak akan membiarkan kamu kembali sama dia! Tidak akan pernah!"

"Aku mohon, Ken. Aku mau mengakhiri hubungan kita. Aku sadar aku mencintai suamiku. Aku mencintai Aldebaran ...!" Andin menepis tangan Ken dengan sangat keras sambil berteriak.

Ken terdiam tanpa membalikkan badan. Dia tersenyum simpul lalu meraih sesuatu dari dalam saku jaket dan memakainya. Dia menoleh ke arah Andin yang sedang terisak menangis sambil menundukkan kepala.

"Kamu mencintaiku, Gisella Andini?"

Andin mendongak, menatap bingung seorang pria di hadapannya yang sudah berganti menjadi Aldebaran. Namun, pakaian yang melekat di tubuhnya itu pakaian yang dipakai Keenan barusan.

"Al ...."

"Bukan. Aku Keenal. Keenandra Aldebaran."

Andin menatap wajah Aldebaran. Sangat berbeda dengan Ken karena dia memakai kacamata juga kumis yang menempel di bawah hidungnya. Otak Andin bekerja keras untuk mencerna apa yang terjadi selama ini. Mulai dari kedatangan Ken yang tiba-tiba juga sikap Aldebaran di rumah yang selalu membuatnya curiga.

"Jadi ... selama ini, Ken itu kamu, Al? Kenapa kamu lakuin ini sama aku? Kenapa kamu bohongin aku ... kamu jahat Al, kamu jahat ...."

Andin memukuli dada Aldebaran sambil menangis. Dia meluapkan semua kekesalannya. Namun, bercampur rasa lega karena selama ini dia tidak berselingkuh dengan orang lain melainkan suaminya sendiri. Yang menyentuhnya, menciumnya, bersenang-senang dengannya bahkan yang hampir saja merenggut kesuciannya adalah lelaki yang berhak atas dirinya. Aldebaran menarik tangan Andin lalu memeluknya erat dan sang istri mulai tenang dalam dekapannya meskipun masih terisak.

"Maafin aku, Andin. Aku tidak bermaksud untuk membohongi kamu. Aku hanya ingin dicintai oleh istriku dengan caraku sendiri. Kamu jijik melihat penampilanku, maka aku ubah sesuai dengan apa yang kamu inginkan. Tapi kenapa kamu justru mencintai Aldebaran bukan Keenandra?"

"Aku tidak tahu. Tapi aku sadar aku mencintai kamu, bukan Ken."

"Aku jelek, aku cupu. Sedangkan Ken—"

Andin membekap mulut Aldebaran, dia menggeleng tanda pria itu tidak boleh meneruskan lagi ucapannya. Andin melepas tangannya dari mulut Aldebaran dan beralih menangkup pipinya.

"Aku minta maaf, aku terlambat menyadari perasaanku. Aku malu, aku bukan istri yang baik untuk kamu. Sekarang aku pasrah, kamu mau melakukan apapun juga terhadap aku karena kesalahanku tidak bisa termaafkan. Jika Keenan bukan kamu. Aku ini wanita kotor, Al. Maafin aku ...." Andin melirih, perlahan tangannya terlepas dari wajah Aldebaran. Dia kembali menunduk dan menangis.

Aldebaran mengangkat dagu Andin perlahan. Dia menangkup wajahnya hingga kini mereka kembali bersitatap.

"Kamu mencintaiku?" ucap Aldebaran lembut, yang dibalas anggukan pelan oleh Andin.

"Maka tetaplah bersamaku. Jadi istri dan ibu untuk anak-anakku kelak."

"Al ...."

Aldebaran langsung membungkam mulut Andin dengan sebuah kecupan yang perlahan menjadi sebuah permainan bibir. Andin memejamkan mata dan membalas ciuman itu. Namun, tiba-tiba Aldebaran menghentikan ciumannya membuat Andin heran.

"Kenapa di hentikan?"

"Maaf, Ndin. Kumisnya mau copot, mungkin kena air hujan," ucap Aldebaran sambil merapikan kembali kumis palsunya. Andin menekuk wajahnya, dia spontan memukul lengan Aldebaran karena gemas. Andin justru membuang kumis itu begitu saja lalu menarik tengkuk Aldebaran dan melanjutkan ciuman yang sempat terhenti. Keduanya larut dalam hasrat dibawah guyuran air hujan yang semakin deras mengguyur bumi.

"I love you," ungkap Andin yakin.

"Katakan sekali lagi."

"I love you, l love you so much," balas Andin.

"Keenan?"

"No, Aldebaran Dirgantara. Kamu, Al."

Aldebaran tersenyum lalu mengecup lembut dahi Andin dan memeluknya kembali.

...

Sementara itu, Rosa merasa gelisah. Tidak seperti biasanya wanita tua itu khawatir terhadap putranya. Rosa coba berkali-kali menghubungi Aldebaran, tetapi belum di angkat juga.

"Al kemana, ya? Kok teleponku nggak di angkat-angkat."

Rossa menghubunginya sekali lagi dan akhirnya tersambung.

"Hallo, Al. Where are you? Are you okay?"

"Aku baik-baik saja, Ma. Aku sama Andin mau honeymoon."

"What? Are you seriosly?"

"Yes, Mama mau cepat-cepat punya cucu bukan. Semoga secepatnya."

"Oh my God. I'm very happy. Ya sudah, Mama nggak mau ganggu kalian. Happy honeymoon darling."

Rossa menutup teleponnya dengan wajah sumringah. Dia menghela nafas lega.

"I know, seiring berjalannya waktu. Andin pasti bisa menerima Aldebaran. I'm so happy. So, lebih baik aku ngeteh sambil nonton film favoritku."

...

Sementara itu di dalam sebuah mobil. pasangan Aldebaran dan Andin menjadi sedikit canggung dan kaku. Sesekali saling melirik dan melempar senyum malu-malu. Bak sepasang kekasih yang merasakan indahnya jatuh cinta untuk pertama kali, seperti itu juga yang mereka rasakan saat ini. Namun, sedikit berbeda karena mereka sudah terikat dalam pernikahan yang sah.

"Hei, kapan kita merencanakan honeymoon, Al."

"Loh, barusan. Kamu mau mau, kan?"

"Kerjaan kamu?"

"Gampang, nanti aku urus. Tapi sebelum kita pergi. Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat."

"Kemana?"

...

Mobil Aldebaran menepi di sebuah pemakaman umum. Pada saat itu hujan kebetulan sudah reda. Andin tahu Aldebaran mau mengajaknya ke mana. Makan Rendy pastinya.

Benar saja. Aldebaran mengandeng Andin menuju pusara sahabatnya itu. Mereka merapikan makam Rendy juga menabur bunga dan mendoakannya. Juga berbicara dalam batin masing-masing.

'Ren, sorry. Aku baru ke sini lagi. Aku punya kabar bahagia buat kamu. Aku dan Andin sudah bersatu. Akhirnya dia mencintai dan menerimaku sebagai suaminya. Aku harap kamu tenang di sana.'

'Ren, kamu benar. Ternyata hanya Aldebaran yang mampu menggantikan kamu. Aku sadar sekarang, jika kebencianku selama ini adalah rasa cinta untuk dia. Aku mencintai Aldebaran.'

Aldebaran dan Andin saling bersitatap dan menautkan kedua tangan mereka di atas pusara makan Rendy. Keduanya bangkit berdiri dan meninggalkan tempat pemakaman itu. Aldebaran melingkarkan tangannya pada leher Andin sambil berjalan menuju mobilnya.

"Ayo, saatnya kita melanjutkan apa yang tertunda waktu di Semarang."

"Aku nggak nyangka sama kamu Al. Ku kira cupu, ternyata suhu."

"Ayo kita buktikan! Seberapa suhunya aku."

"Oh, No. Sepertinya aku tidak akan lepas dari cengkramanmu."

"Tidak akan pernah!"

Mereka terkekeh bersama. Rasa bahagia kita menyelimuti keduanya. Mereka yakin, hubungan yang terjalin bukan karena salah Jodoh, tapi takdir Tuhan yang mengikat keduanya.

~~TAMAT~~
-----🌿🌿🌿-----
#BukanSalahJodoh16End
#CerhalAlmeeraAliyanthi

Huaaaaa akhirnya si BSJ tamat juga gaes. Terhura akhirnya😍😍😍

Kalian yang baca cerhal BSJ👇👇
😡😠😈👿😤😤

Mak Aa dan Mak Sri yang nulis👇👇
🤣🤣💃💃💃😂😂

Maaf haluwers, kita prank kalian sampai kesal ke ubun-ubun😁😁 Tapi salut sama pembaca yang nggak terkecoh sama alurnya. Dari awal lihat komentarnya dia udah yakin kalau Ken itu Aldebaran yang menyamar. So, seru, kan, cerhal BSJ itu?

Sampai jumpa di Cerhal AlmeeraAliyanti berikutnya. InsaAlloh akan tayang secepatnya. Love sekebon dari Almeera Azzahra dan Sri Aliyanti 😘😘😘

Bukan Salah JodohWhere stories live. Discover now