Keenandra Raditya

513 95 16
                                    

🌿Bukan Salah Jodoh🌿
------------By: 2AL-------------
  Almeera dan Aliyanthi
-------------BAB 10-------------

Rupanya tak bisa bertahan di kamar begitu saja, perut Andin mulai bersenandung lara saking laparnya. Ia keluar dari kamar lalu menuju dapur. Sudah ada makanan juga minuman yang disiapkan Aldebaran. Andin melihatnya meskipun ia ragu apa memakannya atau tidak. Awal ingin memasak sendiri, tapi bingung masak apa. Akhirnya ia kembali melirik makanan yang tersedia di atas meja makan.

'Ngga ada si Al, dia udah pergi, kan. Mending makan ini aja deh, mubazir kalau di biarkan.'

Ia pun menggeser kursi lalu duduk dan mulai melahap makanan tersebut. Seperti orang kelaparan melahapnya dengan cepat, dia tidak peduli karena ternyata sungguh sedap masakan Aldebaran.

Malam harinya, Al pulang dari kantor. Ia melihat ruang makan sudah bersih tidak ada bekas makanan di sana. Ia tersenyum simpul dan lega karena akhirnya Andin memakan hidangan yang di siapkannya. Ia melangkah ke atas menuju kamar lalu meletakkan tas kerjanya dan ke kamar mandi  membersihkan diri dengan berganti pakaian tidur. Ingin kembali mengecek keadaan Andin, tapi lagi lagi dia urungkan karena sudah larut dan takut mengganggu.

Malam ini terlewatkan begitu saja oleh dua insan yang sudah menjadi suami-istri. Akan tetapi sudah hampir satu minggu belum ada kepastian seperti apa hubungan mereka. Al menghela napas panjang setelah berpikir cukup keras tentang pernikahannya ini.

Esoknya sang surya menyapa mengganti pekat malam dan memberikan cahaya baru untuk semuanya. Termasuk Andin yang akhirnya keluar dari kamar dan bersiap untuk berangkat kerja. Ia dan Al ada di ruang makan untuk sarapan.

"Hari ini Gue mulai masuk kerja lagi," ucapnya sambil kembali mengunyah roti isi yang belum habis.

"Aku akan mengantarmu."

"Tidak usah, Gue bisa sendiri. Lagipula kalau anterin Gue yang ada Lo telat ke kantor Lo sendiri. Jangan ambil resiko," balas Andin masih dengan nada ketusnya.

"Oke, aku tidak akan memaksa. Aku senang akhirnya kamu kembali beraktivitas, tidak mengurung diri di kamar."

"Bisa stress Gue di kamar terus, rumah ini besar dan Gue belum ngerasa nyaman. Gue butuh refresh bareng teman teman di kantor mungkin. Jangan tunggu Gue kalau Gue pulangnya kemaleman."

Al mengangguk pelan seraya tersenyum. Ia tidak ingin terlalu banyak bicara, biarlah Andin memulihkan perasaannya terlebih dahulu dan benar gadis itu butuh refresh dirinya sendiri. Mereka pun gegas menuju kantor dengan kendaraan masing-masing. Andin sampai dan di sambut teman kantornya yang kebanyakan teman baru juga tidak begitu akrab seperti ketika dulu teman-teman saat kuliahnya.

Saat jam istirahat, semua makan bersama dan merayakan kedatangan Andin yang sudah lama tidak bekerja.

"Bukannya Lo nikah, ya, Ndin?" tanya salah satu rekan kantornya.

"Kalau iya kenapa? Kalau nggak kenapa? jawabnya justru sinis.

"Ya elah ... jawabnya gitu amat, serius ini nanya."

"Gue lagi pusing jangan tanya macam-macam plis."

"Iya nih tahu temen kita ini lagi berkabung," sela temannya satu lagi.

"Emang siapa yang meninggal."

"I--i--tu, kakek Gue."

Andin sedikit gelagapan saat menjawab. Teman kantornya memang tidak ada yang tahu jika dia sudah menikah karena mereka baru kenal beberapa bulan saja. Hanya teman sekampusnya yang tahu dan itupun sudah dengan kesibukan masing-masing hingga jarang bertemu dan berbeda tempat kerja. Cukup lega karena jika mereka tahu lelaki yang menjadi suaminya seorang yang sangat dibenci bahkan membuatnya tidak ingin ada yang tahu itu lebih baik.

Bukan Salah Jodohحيث تعيش القصص. اكتشف الآن