EP. 20 : KETAHUAN

16.4K 2.1K 89
                                    

PART. 20

Di Karyakarsa udah sampai part 36, klik link bio untuk baca.

• • ๑ • •

Beberapa jam sebelumnya.
Mobil itu berhenti tepat di depan karpet merah yang membentang panjang. Kedua sisi pintu mobil terbuka, keluar Vanessa serta Alvin di dalamnya. Kedua pasangan itu tampak sangat cocok. Alvin mengenakan setelan jas formal hitam dan dasi yang berwarna marun, menyesuaikan dengan dress yang di kenakan kekasihnya.

Sedangkan Vanessa memakai gaun simple panjang vneck melengkung satin berwarna merah marun. Hampir terlupakan, selepas Vanessa turun sebuah kaki menampakan diri dari dalam mobil.

Jameta keluar dengan senyum di wajahnya yang dia gunakan untuk memikat pria. Adik Erise itu mengenakan gaun kasual selutut midi maxi lengan puffy berwarna senada.

Ketiga orang itu melangkah masuk dengan sorot lampu kamera yang tak henti-hentinya, Vanessa dan Alvin bersikap acuh tak acuh. Berbeda dengan Jameta yang menebarkan senyum penuh pesonanya.

Jika Erise melihatnya, mungkin wanita itu akan memberikan ekspresi ngeri membayangkan bibir Jameta pegal karena melengkung terus.

"Undangannya, nona." Penjaga di pintu meminta sopan pada Vanessa, dan wanita itu memberikannya.

Berbeda dengan yang di lakukan Nega serta Erise, mereka tak harus mengulurkan undangan untuk dapat masuk, para penjaga itu akan langsung membiarkan tanpa meminta. Itu semua karena barisan pertama adalah jajaran orang kaya yang tak boleh disinggung, berani sekali jika membuatnya menunggu. Apalagi sampai antre. Sebelumnya juga para penjaga itu harus dan sudah menghapalkan wajah-wajah yang mendapatkan barisan pertama.

"Silakan," penjaga membuka jalan untuk sebuah pintu tertutup. Tamu undangan di wajibkan melakukannya untuk mendeteksi adanya benda tajam atau benda berbahaya lainnya. Banyak orang besar berkumpul pada acara ini, jadi pelelangan ini memiliki tingkat keamanan yang sangat ketat.

Vanessa dan Alvin melangkah masuk, Jameta mengikuti tapi tertahan ketika penjaga itu menghalangi jalannya. "Undangannya, nona."

Tak ada yang bisa Jameta lakukan selain berekspresi bingung, wanita itu menatap Vanessa meminta bantuan.

"Dia datang bersama saya, pak." Ujar Vanessa, dia sebenarnya sekarang merasa canggung jika berinteraksi dengan Jameta, itu disebabkan oleh gelang kemarin. Tapi Vanessa mencoba bersikap seperti biasa agar tak ada yang menyadarinya.

Penjaga itu mengangguk sopan. "Satu undangan hanya berlaku untuk dua orang, nona. Dan pria di sebelah Anda masuk hitungan dalam undangan Anda."

Vanessa menyatukan alis, bingung. Dia baru tahu dia undangannya hanya mampu membawa dua orang. Karena selama ini Vanessa lebih sering datang sendiri, tahun lalu bersama Alvin. Dia tak pernah membawa Jameta karena selalu tak mau.

Pada akhirnya Vanessa berkata, "Dia datang bersama saya, jadi dia adalah tanggung jawab saya, pak." Entah kenapa Vanessa sekarang
merasa geli sendiri saat dia bertanggung jawab atas Jameta.

Penjaga itu tak menampilkan ekspresi apapun. "Tetap tidak bisa, nona. Kursi di dalam sudah di atur sesuai hitungan."

Vanessa menghela napas, tapi dia mempunyai sebuah usulan. Usulan yang buruk. "Tidak apa, pak. Teman saya bisa berdiri di sana, setidaknya biarkan dia masuk."

Mendengar itu, Jameta menatap Vanessa dengan kilat kesal yang dia sembunyikan. Berani sekali! Berani sekali Vanessa menghinanya, membiarkan dirinya berdiri. Jameta lantas menatap Alvin, arti dari tatapan itu Alvin dapat mengerti.

HusbandyWhere stories live. Discover now