Sudah hampir dua jam mereka di restoran. Kini kembali ke kamar hotel bersamaan. Ken dan Andin berdiam diri sebelum keduanya membuka pintu kamar. Ken seperti ingin mengatakan sesuatu begitu juga Andin. Mereka saling membalikkan badan. Andin ingin mengatakan sesuatu, tapi tanpa diduga Ken mendorongnya hingga ke daun pintu dan menciumnya penuh nafsu.

Brak!

Pintu terbuka sangat keras karena dorongan dari kaki Ken lalu dia menutupnya cepat. Ken membawa Andin masuk ke dalam kamar tanpa melepaskan pagutan bibir mereka. Andin sama sekali tidak memberontak, dia justru menikmati permainan Ken hingga lelaki itu leluasa menguasai alat bicaranya. Tak cukup sampai di sana, Ken melempar tas yang menggantung di pundak Andin ke sembarang tempat. Dia melepas jas juga kemejanya hingga bagian atas tubuhnya tak terbalut sehelai benang pun. Kedua tangannya menggerayangi tubuh Andin untuk membuka resleting gaun yang di kenakan sampai akhirnya terlepas dan melorot ke bawah mata kaki. Ken lalu merebahkan tubuh Andin di atas kasur dan menindihnya. Dia melanjutkan pemainnya di sana.

"Ken ...." Andin mendesah karena sentuhan demi sentuhan yang Ken berikan padanya begitu membuai. Matanya terbuka, menatap lelaki yang juga menatapnya sayu. Sesaat mereka hanya saling memandang, menghantarkan perasaan masing-masing.

"Aku mencintaimu."

Keenan mengecup kening Andin lembut lalu mengusap titik air mata di sudut mata kekasihnya itu. Andin kemudian mengangguk sekali dan memejamkan mata kembali, saat itulah Ken mulai begerak menuntaskan hasrat yang sedari tadi tidak dapat dikendalikan lagi. Namun, saat raga keduanya ingin menyatu. Bayangan wajah Aldebaran melintas dalam benak Andin. Dia membuka matanya lebar-lebar juga mendorong keras tubuh kekar Keenan yang berada di atas tubuhnya. Membuat lelaki itu terkejut.

"Why?"

Andin tidak menjawab, dia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang kacau sambil terisak menangis juga tubuh yang gemetar.

"Sayang, kamu kenapa?"

"Ini salah, Ken. Nggak seharusnya kita melakukan semua ini. Maaf, aku nggak bisa melakukannya."

"Aku tahu, aku yang salah. Maafin aku, ya. Aku nggak bisa mengendalikan perasaanku sama kamu."

"Tolong kamu keluar dari kamar aku. Aku mohon."

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Ken turun dari ranjang. Dia memunguti pakaiannya yang berserak di lantai lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk berpakaian kembali. Sedangakan Andin masih terdiam di atas ranjang sambil merutuki dirinya sendiri yang sudah terjerumus dalam sumur kemaksiatan.

"Maafin gue, Al. Gue nggak tahu apa yang gue lakuin."

...

"I love you, Gisella Andini," bisik Aldebaran tepat di telinga sang istri. Membuat Andin menegang.

"Al ...."

Aldebaran tak menyahut, dia justru kembali mencium dahi Andin, kedua pipi dan berlabuh di bibir ranumnya. Untuk pertama kalinya Aldebaran berani melakukan itu terhadap sang istri. Tapi dia senang karena Andin menerimanya dengan baik bahkan membalasnya. Namun, saat Aldebaran ingin melakukan lebih dari pada itu. Tangannya di cekal oleh Andin.

"Al, gue belum siap. Lo nggak keberatan, kan? Nunggu sampai hati gue benar-benar siap nerima lo."

Aldebaran terdiam, dia beringsut dari tubuh Andin lalu memakai kacamatanya kembali. Saat itu juga lampu menyala, Andin bisa melihat gurat kekecewaan dari sang suami meski dia tidak mengatakannya.

"Maaf. Lo marah, ya, sama gue?"

"Enggak, aku nggak marah sama kamu. Nggak apa-apa kalau kamu belum siap, aku nggak mungkin maksa kamu. Setidaknya aku berhasil menciummu. Itu permulaan yang bagus, bukan? Malam berikutnya, kamu nggak akan aku lepaskan, Ndin," goda Aldebaran lalu terkekeh.

"Seneng, ya, Lo. Udah cium gue. Ih ..." Andin meraih bantal guling lalu memukuli Aldebaran.

Bugh! Bugh!

"Hei, sakit tahu. Sudah, sudah! Kamu lebih baik istirahat, ini sudah larut." Aldebaran mengusap lembut rambut Andin lalu bangkit berdiri dan beranjak menuju sofa kemudian membaringkan tubuhnya di sana.

"Rasanya manis, gula aja kalah. Boleh nambah, nggak?" Aldebaran berucap dengan mata terpejam.

Bugh!

Seketika sebuah guling melayang tepat di wajahnya sebagai jawaban dari Andin. Aldebaran terkekeh, dia memeluk guling itu dan akhirnya terlelap.

.

Tangisan Andin samakin menjadi saat mengingat momen malam itu bersama Aldebaran. Dia bahkan menolak keinginan sang suami padahal Aldebaran berhak atas dirinya.

"Apa yang gue lakuin? Gue udah ngancurin pernikahan gue sendiri. Maafin gue, Al ...."

Andin melihat tasnya yang tergeletak di lantai. Dia beringsut cepat dari ranjang lalu membawa sebuah sapu tangan yang berada di dalamnya. Andin menatap sendu sapu tangan berwarna dusty pink dengan sulaman benang merah membentuk sekuntum bunga mawar yang diberikan oleh suaminya itu. Dia memeluknya erat sambil terisak menangis.

Sementara itu dari ambang pintu kamar mandi. Ken tak bergeming melihat Andin yang sedang menangis sambil memeluk sebuah benda di dadanya. Dia merasa bersalah karena sudah membuat wanita yang dicintainya sampai seperti itu.

'Maafin, aku. Tidak seharusnya aku melakukan ini sama kamu, Ndin.'

BERSAMBUNG....
-----🌿🌿🌿-----
#BukanSalahJodoh14
#CerhalAlmeeraAliyanthi

Hayo loh, Ndin. Udah mulai gelisah kan, kamu? Pilih Aldebaran aja. Udah jelas-jelas dia suami kamu Ndin😥😥

Jangan lupa like komennya. See you next part👋👋

Bukan Salah JodohWhere stories live. Discover now