09 - Lorong

2.1K 254 8
                                    

Hari senin telah tiba, dan saatnya orang-orang kembali sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.

Seperti halnya Rafael yang kini sudah berdiri tepat di sebelah motor kakaknya, siap untuk berangkat ke sekolah. Namun Reyhan terlihat masih sibuk dengan ponselnya.

"Nunggu apa lagi sih lo, kak? Ayok lah cepetan berangkat."

"Ck, sabar... bentar lagi ada yang dateng."

Rafael kebingungan.

"Hah? siapa? gak biasanya lo nungguin temen, kak."

Tepat setelah mengatakan kalimatnya, suara deru motor terdengar mendekati rumah Rafael.

*Ckiitt..

Siapa lagi kalau bukan seseorang yang sangat bucin kepada putra ke-dua dari keluarga Karana itu? Ya, Gavindra.

Mulut Rafael terbuka, tak menyangka sosok yang akhir-akhir ini semakin dekat dengannya kini sudah ada tepat di depan matanya.

"Anjir?! kak Gavin? ngapain lo—"

"Sshtt!! sini naik."  kata Gavin lalu menepuk sadel motor nya.

Rafael menoleh ke arah sang kakak sambil mendelikkan kedua matanya, seolah tak setuju dengan tawaran Gavin. Sedangkan Reyhan tersenyum dan mengangguk.

"Udah gue pesenin ojol spesial noh, dek. Cepetan naik, kasian babang ojolnya nunggu."  kata Reyhan yang membuat Rafael mendelik.

"Tapi kan lo kakak gueeee! Ya gue berangkat sama lo lah. Kok gue jadi bareng kak Gavin sih?!"

Reyhan terkekeh.

"Gue tau hubungan kalian berdua, adek... jadi gak usah sok-sok an nolak padahal lo sebenernya pengen dibonceng Gavin, kan? ngaku aja lo..."

"KATA SIAPA ANJIR?!!"

"Hahah, udah gue bilang gak usah sok-sok an nolak, ntar Gavin diambil orang nanges."  ejekan Reyhan tentu saja membuat Rafael dag dig dug serr karenanya.

Dengan kesalnya, Rafael lalu melangkahkan kakinya mendekati motor Gavin. Hingga dirinya kini telah duduk sempurna di sadel bagian belakang motor besar milik Gavin.

"Gue cabut duluan, Rey. Biar penumpang spesial gue kagak makin ngambek."  kata Gavin yang dibalas pukulan ringan di pundaknya oleh Rafael.

"Gak usah ikut-ikutan kayak kak Rey lo, kak! Gue turun aja njir."

Rafael sudah siap menurunkan satu kakinya namun langsung di tahan oleh tangan besar Gavin.

"Eh, jangan, jangan dong dek... maapin kakak. Yaudah kita berangkat sekarang. Pegangan yang kenceng."

Rafael lalu berdeham singkat, "Hmm..."

Gavin pun mengangguk ke arah Reyhan, memberi kode jika dirinya pergi ke sekolah terlebih dahulu.

Tak mereka sadari, di balkon lantai atas rumah keluarga Karana, sang kepala keluarga tak hentinya menatap dua insan yang baru melenggang pergi dari rumahnya itu.

Arya, berdiri dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada, juga dengan raut wajahnya yang datar seperti biasa.

- - -

Motor Gavin sudah terparkir rapi di parkiran khusus para siswa di sekolahnya.

Kini ia dan Rafael sudah bersiap memasuki halaman sekolah.

Gavin terlihat santai seperti biasanya, tak memperdulikan orang-orang di sekitarnya yang tak henti menatap dirinya.

Berbeda dengan Rafael yang merasa sangat risih dengan tatapan orang-orang itu.

Mate - BxB Where stories live. Discover now