Dia berlalu dari hadapan Al yang justru menyunggingkan senyum penuh kemenangan. Al merasakan perasaan tak menentu hari ini, setelah kejadian tadi malam yang tidak terduga olehnya.

Hari ini hari senin. Setelah menghabiskan weekend bersama Rossa. Aldebaran dan Andin disibukkan kembali dengan pekerjaan masing-masing. Aldebaran sudah siap dengan setelan kantornya begitu pun Andin yang terlihat cantik dengan outfit kemeja warna dusti pink yang di padukan dengan blazer warna hitam juga rok span di atas lutut berwarna senada.

"Cantik sekali," puji Aldebaran yang kebetulan  berpapasan dengan Andin saat ingin keluar rumah.

"Namanya juga perempuan, ya cantiklah."

"Perempuan memang cantik. Tapi istriku ini cantiknya beda."

"Udah nggak usah gombal, gue berangkat!"

"Kamu nggak mau resign aja dari kerjaan kamu, Ndin? Biar aku aja yang kerja. Aku, kan, kepala rumah tangga."

"Terus lo mau gue diem aja dirumah, gitu? Gue nggak mau."

"Apa salahnya diam dirumah? Jadi ibu rumah tangga yang baik untuk suami dan anak-anak kita nantinya."

"Mimpi, Lo!" Andin berjalan mendahului Aldebaran. Gadis itu terlihat sangat kesal saat Aldebaran membicarakan soal anak.

'Anak, anak, anak terus yang dibahas. Apaan, sih! Bikin gue bad mood aja," batin Andin menggerutu sambil memasuki mobilnya lalu melaju meninggalkan garasi rumah.

"Hati-hati bawa mobilnya! Jangan ngebut-ngebut!" Aldebaran berteriak saat melihat mobil Andin sudah di ambang gerbang rumah. Walau Aldebaran tak mendapat respon dari sang istri, dia tetap tersenyum memandangi roda empat itu hingga lenyap dari pandangan. Dia pun memasuki mobilnya lalu melaju ke arah berlawanan dengan mobil sang istri.

Tiba di kantor. Andin langsung menuju ruangannya. Saat ia berjalan di loby, seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Andin seketika menoleh, dia tersenyum saat melihat Keenan yang sudah berdiri di belakangnya dengan wajah yang ia tutupi buket bunga mawar merah.

"Ken, kamu ngagetin aja."

"Buat kamu, gadis cantik." Keenan memberikan buket bunga itu pada Andin.

"Terimakasih. Kamu tahu darimana aku suka mawar merah?"

"Loh, semua wanita pasti suka bunga mawar merah, kan?"

"Bener juga." Keduanya saling bersitatap juga melempar senyum.

"Ndin, Ken. Ke ruang meeting sekarang juga," ujar sang manager perusahaan.

Keduanya mengangguk lalu mengekori sang manager masuk ke dalam ruang meeting.

Meeting tersebut ternyata membahas mengenai seminar bisnis yang akan di adakan di kota Semarang. Perusahaan akan mengirimkan beberapa orang pegawainya sebagai perwakilan termasuk Ken dan Andin di dalamnya. Meeting selesai, semua kembali ke ruangannya masing-masing.

'Duh, gimana, nih? Si Al ngizinin gue nggak, ya? Cuma dua hari padahal. Semoga aja dia nggak larang gue. Bodo amat kalau dia larang gue juga. Gue akan tetap pergi, itung-itung ngilangin bete gara-gara kejadian itu.'

"Gimana kalau besok aku jemput kamu ke rumah?" tawar Ken.

"Nggak usah. Kita ketemu di bandara aja."

"Kenapa, sih, setiap aku mau ke rumah kamu selalu nggak di bolehin?"

"Nggak kenapa-napa. Aku duluan, Ken."

"Tunggu!" Keenan mencekal tangan Andin, boleh aku ngajak kamu dinner? Pulang kerja nanti."

Andin berpikir sejenak. "Boleh," jawabnya singkat.

"Oke! Sampai jumpa nanti malam gadis cantik."

Seperti kesepakatan mereka tadi siang. Malam ini Andin dan Ken benar-benar pergi berdua ke sebuah restoran untuk dinner bersama. Andin tak menyangka, jika Ken membawanya ke sebuah restoran yang sepertinya sudah dipersiapkan karena di sana hanya ada satu meja dan dua kursi saja. Terlihat romantis dengan hiasan lilin-lilin kecil juga bunga dan balon berbentuk hati.

Bukan Salah JodohWhere stories live. Discover now