Andrew memalingkan wajahnya ke arah lain sambil menghisap rokoknya hikmat. Ia tak ingin jatuh ke dalam pesona Raquel.

"Gue ada kalo lo butuh temen cerita." Raquel paham betul bagaimana rasanya sendirian, ia tak ingin orang lain merasakannya juga. Meskipun Raquel tahu bahwa Andrew tipe orang yang susah untuk mengungkapkan perasaannya.

"Kalo gue butuhnya teman hidup?" tanya Andrew balik membuat Raquel kaget. Andrew lalu membuang puntung rokoknya ke tanah. Ia kembali menatap Raquel lekat, satu alisnya terangkat sambil menahan senyuman.

"Hm?" imbuh Andrew menagih jawaban ulang.

Raquel diam saja tapi wajahnya terasa panas. Pipinya sudah seperti kepiting rebus memerah malu. Ia mengakui kalau Andrew hebat dalam mematikan argumen lawan.

"Haha ... fuck!" maki Andrew sambil tertawa tak tahan dengan ekspresi lucu Raquel

"Gemes banget gila," pujinya sambil mengacak rambut Raquel.

*****

Andrew dan Drystan berkunjung ke arena balap liar malam ini. Mereka malas dengan kebisingan yang terjadi di markas. Gara-gara Reiner sibuk mencari headband-nya yang ilang, sekaligus sumpah serapah yang terdengar menggelegar di setiap sudut ruang.

"Reiner mulutnya kotor," celetuk Drystan memulai pembicaraan.

Andrew mengangguk pelan. Semua umpatan dalam beberapa bahasa dikeluarkan Reiner tadi. "Ck, gue juga heran."

"Temen lo," balas Drystan lalu tersenyum miring.

"Hm. Kabar Defan gimana?" tanya Andrew penasaran.

Drystan menyugar rambutnya ke belakang sebelum berbicara. "Baik. Makin brutal dia."

"Bagus." Ia tak sabar nanti akan fullteam dengan kekuatan yang lebih hebat.

Andrew gagal fokus dengan Drystan saat menyugar rambut tadi. Ia baru sadar ternyata muka Drystan tak kalah tampan. Cowok itu tergolong manis, bibir bawahnya membelah, alisnya tebal, ditambah bulu matanya lentik. Apalagi aura dewasa yang terpancar dalam dirinya.

"Sampe kapan lo jomblo karatan, Drys?" tanya Andrew penasaran. Ia bisa bertaruh, bahwa Drystan juga dikejar-kejar wanita. Apalagi dia ketua OSIS, di Altair Drystan dikenal sosok yang baik dan bijaksana. Tidak ada celah buruk yang terlihat.

"Ya, walaupun baik-baik bangsat, sih," batin Andrew.

Drystan tertawa pelan, ia sedikit tak menyangka Andrew menanyakan hal tidak penting seperti ini. "Ngaca, Dude. Lo juga jomblo."

"Nantilah. Masih enak main racun."

Andrew berdecak kesal. "Pacaran aja lo sama racun."

Drystan tertawa renyah. "Nantilah. kalo gue nemu cewek yang tepat. Bakal gue pacarin dan langsung gue jadiin Mrs. Gilgey." Drystan menjawab dengan tenang.

Andrew ingin tertawa tapi tak jadi karena Drystan terlihat tulus saat mengatakan itu.

"Ya, semoga cewek itu tahan sama selingkuhan lo racun," balas Andrew.

Drystan manggut-manggut. Ia langsung teringat kriteria dari ayahnya yang juga gila seperti kriteria Mark. Dua saudara itu juga begitu mirip.

"Yang jadi istri gue harus orang yang diracun nggak mati, sih."

Andrew menatap aneh Drystan. "Sama gilanya ternyata."

Drystan tertawa, dan Andrew juga ikut tertawa. Mereka sama-sama menghina ayah mereka yang tergolong manusia tidak normal itu. Keduanya tampak akur malam ini. Setelan mereka juga sama hitam, pesonanya bertambah ketika tertawa, membuat orang-orang yang lewat langsung menatapnya kagum.

DRAGONWhere stories live. Discover now