Keenandra Raditya

Start from the beginning
                                    

"Eh lihat ada pengantin baru dateng," ujar mereka ketika melihat sepasang suami istri yang baru datang dan duduk berdua di sudut lain. Pasangan itu adalah manager mereka yang sudah menikah.

"Mereka itu cinlok, tapi serasi banget Bu Adriana cantik dapet pak Firdaus yang ganteng banget, kan, cocok pakai bingit, ya, nggak sih."

"Hooh, serasi kayak Arya Saloka sama Amanda Manopo pasangan couple halu Gue. Satunya cantik feminim, satunya lagi gayanya cool juga kalem."

"Beda, lah ... cakepan mereka, Bu Adriana sama pak Fir. Duh, mesra banget deh mereka. Mentang-mentang baru nikah."

Andin menoleh ke arah pasangan yang sedang diperbincangkan. Netranya terpesona dengan ketampanan juga penampilan dari lelaki yang bernama Firdaus tersebut.

"Hey, Ndin ... Ndin, jangan bengong dong. Dia terpesona," goda salah satu temannya yang melambaikan tangannya sedari tadi, hingga membuat Andin sadar dan tertunduk.

Dari meja lain yang tak cukup jauh di sana, seseorang mengamati obrolan mereka juga melihat ke arah pasangan terutama ke arah sosok lelaki yang sedang diperbincangkan. Dia tersenyum lalu bangkit berdiri meninggalkan tempatnya.

"Lo semua udah pada tahu belum, sih. Katanya bakal ada pegawai baru di kantor ini. Bagian administrasi."

"Loh, siapa? Gue kok baru tahu."

"Gue juga kagak tahu siapa. Katanya sih cowok. Satu kerjaan sama lo, tuh, Ndin."

"Semoga aja orangnya nggak nyebelin," sahut Andin santai sambil mengaduk-aduk minuman dengan sedotan.

Malam menyapa. Nyatanya mobil Andin yang baru saja menyentuh garasi rumah di ekori mobil Aldebaran di belakangnya. keduanya sama-sama turun dari mobil masing-masing.

"Gimana kerjaan kamu di kantor, Ndin?" sapa Aldebaran.

"Gue capek, nggak usah banyak tanya." Andin melenggang masuk ke dalam rumah begitu saja.

'Setidaknya kamu mau beraktivitas lagi. Aku khawatir kalau kamu hanya mengurung diri di kamar.'

Aldebaran baru saja selesai membersihkan diri, dia berniat menyiapakan makan malam. Namun, urung dia lakukan saat melihat Andin yang tengah berkutat dengan api kompor di dapur. Terlihat cantik dengan upron yang dia kenakan juga rambutnya yang di gulung.

"Masak apa?"

"Lihat aja nanti."

"Aku kira kamu nggak bisa masak."

"Lo jangan ngeremehin gue. Gue masak buat gue sendiri, kok. Bukan buat lo. Jangan kegeeran."

Andin membuat spaghetti bolognese ternyata. Dia menuangkannya dalam piring lalu membawanya ke meja makan. Perut Aldebaran yang keroncongan sampai terdengar saat bau masakan itu tercium olehnya.

"Kalau lo mau, ambil sendiri! Noh, gue sisain di wajan."

"Nggak mau siapin untuk suaminya?"

Andin justru memelototkan matanya pada sang suami. Membuat Aldebaran memalingkan wajah, dia meraih piring yang berada di depannya lalu mengambil sisa spaghetti yang berada di atas wajan. Aldebaran duduk di hadapan Andin, menikmati masakan sang istri dengan lahap.  

Hening. Tak ada lagi percakapan di antara mereka. Keduanya hanya fokus pada spaghetti yang sedang mereka makan meski sesekali mata mereka saling melirik bergantian.

Lagi, malam ini sama seperti malam sebelumnya. Terlewatkan begitu saja hingga pagi menyapa kembali. Andin menuruni anak tangga tergesa-gesa karena jam sudah menunjukkan pukul 07:30.

"Sial, bisa-bisanya gue bangun telat," gerutunya.

"Ndin, sarapan dulu," tawar Aldebaran yang tengah menyantap nasi goreng buatannya di meja makan.

"Gue buru-buru, ada meeting pagi ini. Lo sarapan aja sendiri. Gue pergi!"

"Tapi—" Belum selesai Aldebaran berucap, Andin sudah menghilang dari pandangan. Aldebaran hanya menghela nafas. Namun, dia tersenyum seakan ada sesuatu yang dia pikirkan.

.

Mobil Andin menepi di parkiran kantor. Dia bergegas keluar lalu berjalan terburu-buru memasuki gedung bertingkat di depannya.

Bruk!

Tak sengaja, Andin menubruk seseorang hingga berkas-berkas yang dia bawa berjatuhan ke lantai.

"Maaf, gue buru-buru." Andin berjongkok lalu memunguti berkas-berkas yang tercecer.

"It's okay. Butuh bantuan?" Pria yang di tabrak  Andin ikut berjongkok lalu membantunya merapikan berkas-berkas itu.

Andin mendongak, dia tertegun saat netranya menatap pria di hadapannya. Seperti tak asing tapi itu tidak mungkin, Andin buru-buru menepis pikirannya.

Setelah semua berkas terkumpul. Keduanya bangkit berdiri bersamaan. Pria itu tersenyum lalu menjulurkan tangannya ke hadapan Andin.

"Keenandra Raditya. Panggil aku, Ken. Karyawan baru di perusahaan ini."

"Gisella Andini." Andin menerima juluran tangan pria itu. Keduanya saling bersitatap satu sama lain.

"Nama yang cantik. Secantik orangnya. Aku harap, kita bisa menjadi teman baik."

"Semoga saja. Kamu spertinya akan menjadi teman yang asik." Andin tersenyum malu-malu saat pria itu menatapnya lekat.

BERSAMBUNG....
-----🌿🌿🌿-----
#BukanSalahJodoh10
#CerhalAlmeeraAliyanthi

Huaaaa.. siapa pula itu Keenandra Raditya? Bayangin aja wajah babang brewok Refal Hadi, ya. Si Andin sepertinya kepincut nih sama dia. Inget Ndin, dah punya suami.🙄🙄🙄

Jangan lupa like komennya. See you next part👋👋

Bukan Salah JodohWhere stories live. Discover now