#12 - Day 2 of 7

Começar do início
                                        

"Das, kau...—"

"Kau bahkan tidak mengerti jika aku telah tidak memiliki tidur yang nyenyak selama bertahun-tahun. Kau bersikap seperti kau sangat peduli pada anakmu, tapi, apakah kau akan memeluk Apple seperti caraku memeluk Angel? Akankah kau menciumnya dan mengatakan kalau kau menyayanginya? Kau bahkan lebih sibuk dengan duniamu sendiri." Ucap Daisy.

"Aku tidak... aku...—"

"Kau tidak perlu khawatir karena sebentar lagi aku akan pergi. Ini permintaan terakhirku untuk menemui Angel. Aku akan enyah dari kehidupanmu seperti yang kau inginkan. Dan bisakah kau memberikan kesan terakhir yang indah untukku dan Apple? Ini juga salah satu permintaan terakhirku. Aku tidak akan mengganggu hidupmu, hubunganmu, dan semua yang berhubungan denganmu. Aku tidak akan pernah muncul di hadapanmu sekalipun itu di hari pernikahanmu." Daisy bangkit dari tempatnya dan bergegas untuk pergi dan meninggalkan Niall yang mematung.

"Kau mau ke mana, Das?" dia berpapasan dengan Maura yang baru saja keluar dari rumah dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman.

"Katakan pada Apple kalau aku akan menjemputnya saat malam tiba." Daisy berlalu dengan cepat. Sangat cepat sehingga Maura tidak mampu bertanya banyak dan hanya ribuan pertanyaan memenuhi otaknya sekarang.

"Apa yang tejadi dengan Daisy?" tanya Maura kepada Niall. Dia menata makanan dia bawa di atas kain yang menjadi alas duduk mereka.

"Tidak ada." Jawab Niall singkat. Dia bersikap seperti tidak terjadi apa-apa, padahal, lima menit yang lalu jelas terjadi sesuatu di antara mereka.

Niall tahu benar apa yang telah dia lakukan dan dia pun tahu apa yang akan terjadi pada Daisy dalam beberapa jam ke depan. Dia sadar atas perbuatannya, sedikitnya dia menyesali itu tapi keegoisannya telah menutup semua kemungkinan Niall akan meminta maaf pada mantan istrinya itu. Niall memusatkan perhatiannya kepada kedua anaknya yang sedang asik bermain. Tiba-tiba dia teringat akan pertama kali saat Angel dan Apple mulai bisa berjalan dan berbicara kepada satu sama lain. Saat itu Daisy tidak hentinya berbicara tentang perkembangan anak mereka yang mana itu sangat membuatnya bahagia.

"Niall, kau harus lihat apa yang anak kita lakukan hari ini." ucap Daisy sangat gembira saat Niall baru saja memasuki rumah setelah bekerja.

"Oh ya? Kelihatannya kau sangat senang. Apa yang mereka lakukan?" Niall duduk di sofa sambil melepas sepatunya.

"Angel mulai berbicara banyak dan dia berbicara pada Apple. Kau tahu, mereka seperti memiliki pembicaraan yang serius dan aku... aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan." Ucap Daisy sambil tertawa.

Niall memerhatikan Daisy saat ia menceritakan semuanya. Dia terlihat sangat senang. Dia terus bercerita yang mana itu membuat Niall hanya tersenyum menanggapinya. Niall menghampiri Daisy dan mencium keningnya.

"Kau sudah seharusnya senang. Di mana mereka sekarang?" tanya Niall.

"Mereka sedang tidur."

Niall menggelengkan kepalanya saat kenangan itu satu per satu mulai menghantui pikirannya. Sekiranya itu yang Daisy rasakan saat melihat kedua anaknya bermain bersama sekarang tapi entah mengapa, Niall tidak bisa merasakan semua kebahagian yang mungkin Daisy rasakan. Apa itu karena dia tidak menyayangi kedua anaknya? Tidak, dia tentu sangat menyayanginya. Hanya saja dia tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan rasa sayangnya itu.

"Di mana Mommy?" Apple sudah berdiri tidak jauh dari Niall tanpa dia sadari.

Bocah ini, bocah ini mirip dengan Daisy. Dia telah tumbuh menjadi lelaki tampan. Dia tumbuh begitu cepat. Niall bahkan, tidak tahu perkembangan Apple selama ini. Apa yang telah dia lewatkan? Dia telah melewatkan masa-masa indah pertumbuhan anaknya yang satu ini. Terpatung Niall memerhatikan Apple.

"Aku akan pulang. Angel, kita akan main lagi besok." Ucap Apple dengan suara yang sedikit berubah dari terakhir kali yang Niall ingat.

Angel berlari menghampirinya. "Mengapa begitu cepat? Ini bahkan belum petang." Ucap Angel.

"Aku tidak mau Mommy sendirian di rumah. Aku akan ke sini lagi besok." Ucap Apple.

"Mommy-mu bilang kalau dia akan menjemputmu saat petang. Kau bermain saja." Ucap Maura mencoba menenangkan Apple.

"Tidak. Aku ingin pulang sekarang." Apple berlari untuk mengambil tasnya dan menggendongnya dengan cepat.

"Kau bisa menginap, Apple." Ucap Angel.

"Tidak. Sampai jumpa." Apple berlalu begitu saja tanpa menghiraukan ayahnya yang terus memerhatikannya.

Haruskah aku memeluknya? Haruskah aku mengatakan kalau aku menyayanginya? Haruskah aku melakukan hal seperti yang Daisy lakukan pada Angel?

Niall bangkit dari tempatnya, tapi sedetik kemudian ia mengurungkan niatnya untuk memeluk bocah itu. Niall hanya membiarkannya berlalu dan perlahan bocah itu mulai menghilang dari pandangannya.

"Hari ini berlalu begitu cepat." Gumam Angel.

"Kau seharusnya mengantarnya pulang, Niall." saran Maura.

Tanpa berpikir panjang, Niall merogoh saku celananya dan mengeluarkan kunci mobilnya. Dia berjalan menuju garasi dan menaiki mobilnya. Dia segera mengejar Apple dan mengantarnya pulang tapi, Apple tidak berada di mana pun. Ke mana dia pergi? Secepat itukah dia menghilang? Niall terus memerhatikan sekitaran untuk menemukan bocah itu. Niall melajukan mobilnya pelan sambil melihat ke kanan dan kirinya. Dia menemukan Apple, dia menemukan bocah itu.

Niall segera turun dari mobilnya dan menghampiri Apple yang sedang duduk di pinggir jalan dan memberi makan seekor anjing. Anjing liar yang tidak terawat dan kotor. Seeokor anjing Labrador kecil. Niall berdiri tepat di belakang Apple. Apple tidak menyadari kehadiran Niall dan hanya fokus memberi makan anjing itu sambil mengajaknya berbicara. Sesekali Apple mengelus kepala anjing itu dan anjing itu terlihat begitu tenang saat Apple menyentuhnya.

Niall ikut jongkok di samping Apple. "Apa kau memelihara anjing di rumah?" tanya Niall tapi, itu tidak membuat Apple terkejut, Apple hanya menoleh sebentar kemudian kembali mengelus anjing itu.

"Tidak. Mommy tidak mengizinkan." Ucap Apple dengan tenang.

"Aku bisa membelikannya untukmu." Ucap Niall.

"Mommy tidak akan membiarkan ada anjing di rumahnya." Jawab Apple.

"Itu bisa jadi lain jika aku yang membelikannya untukmu." Ucap Niall.

"Seharusnya kau tahu jika Mommy-ku alergi dengan anjing." Apple memicingkan matanya menatap Niall.

Itu terdengar aneh saat seorang anak berhenti memanggil Daddy kepada ayahnya. Itulah yang dirasakan Niall saat ini. Dia merasa seperti orang asing untuk anaknya sendiri.

"Aku lupa." Niall merendahkan suaranya.

"Aku akan lebih memilih kelinci daripada anjing, jika kau ingin membelikanku peliharaan." Ucap Apple. Dia mengelus sekali lagi anjing itu sebelum akhirnya dia pergi karena makanannya sudah habis.

"Tentu, aku akan membelikanmu kelinci." Ucap Niall. "Aku akan mengantarmu pulang." Tambahnya. Niall berdiri diikuti dengan Apple. Niall menggiring Apple ke mobilnya dan membawanya pulang.

TO BE CONTINUED...

Incomplete (On Editing and Re-publishing)Onde histórias criam vida. Descubra agora