"Omongan, Lo?"

"Iya, Gue yang jauhin mereka juga. Abisnya kesel, Rendy belain si cupu terus dari pada Gue."

"Masa sih?"

"Gue yang jebak si Al dan Rendy ngira kalau Al itu mau nyium gue, berhasil, kan?" Andin terkekeh puas.

"Wah ... parah lo, Ndin."

Mereka tidak mengira jika sedari tadi ada yang mendengarkan percakapan tersebut sehingga membuatnya miris dan menggelengkan kepala tidak percaya.

'Andin, kamu sebegitu bencinya terhadap Aldebaran.'

Rendy tidak jadi menghampiri tunangannya, dia membalikkan badan dan melangkah cepat menuju koridor lain.

'Ya Tuhan, jadi ini semua ulah Andin? Apa yang gue lakuin sama si Al? Gue salah paham sama dia.'

Sepanjang koridor Rendy merutuki dirinya sendiri, dia tak menyangka jika kebencian sang kekasih terhadap sahabatnya itu sudah mendarah daging sampai dia tega memecah belah persahabatan yang sudah terjalin lama dengan Aldebaran.

Dari kejauhan tampak Aldebaran sedang membaca sebuah buku di bangku taman kampus. Antara ragu dan malu, Rendy bingung untuk menghampiri laki-laki berkacamata itu atau tidak. Tapi, demi ikatan persahabatannya kembali utuh, Rendy memberanikan dirinya untuk menghampiri Aldebaran. Tak peduli reaksi sahabatnya itu akan seperti apa nantinya.

"Bro, gue boleh duduk?"

"Duduklah! Tempat umum, bukan?" Aldebaran menjawab tanpa menatap kearah Rendy. Netranya fokus pada buku yang sedang dia baca tanpa mau berpaling sedikit pun.

Rendy menghela nafas, dia lalu duduk di sebelah Aldebaran. "Gue udah tahu semuanya, tenyata Andin yang jebak lo. Maafin gue, ya. Gue salah paham sama lo."

"Sudahlah, kalau aku di posisi kamu, aku juga akan melakukan itu. Aku pulang duluan, ya. Ada janji sama Mama, mau jiarah ke makam Algantara."

"Al, lo marah sama gue?"

"Aku nggak marah, cuma aku ngikutin kemauan kamu aja. Kamu mau, kan, aku jauh-jauh dari kamu dan Andin. Okay, aku jauhi kalian. Toh, aku cuma parasit di antara kalian berdua."

Aldebaran menepuk pundak Rendy, dia tersenyum lalu melenggang pergi dari hadapannya. Ada rasa gusar di hati Rendy saat mendengar ucapan sahabatnya itu. Rendy tahu, apa yang dia lakukan itu salah, seharusnya dia tidak bertindak gegabah dan mencari tahu terlebih dahulu apa yang terjadi.

'Aldebaran pasti marah sama gue. Ini salah gue juga.'

"Dor ...." Andin mengejutkan Rendy dengan menepuk kedua pundaknya cepat. "Sayang, kok kamu di sini, sih? Katanya mau nyamperin aku ke kelas. Aku pegel, tahu, nungguin kamu." Andin bergelayut manja di lengan Rendy. Namun, seketika itu juga Rendy menepis tangannya.

"Loh, Sayang. Kamu kenapa? Kok ketus gitu, sih mukanya? Kamu marah sama aku?"

"Apa yang kamu lakukan itu sangat kekanak-kanakan, Ndin. Aku tidak suka."

Andin terbengong tak paham. "Apa, sih, Yang.  Apa yang aku lakuin?"

"Kamu, kan, yang udah jebak Aldebaran sampai aku salah paham sama dia? Kenapa kamu lakuin itu, sampai kapan kamu benci sama dia? Apa yang salah sama Aldebaran, sampai kamu sebegitu bencinya sama sahabat kamu sendiri."

"Ya ... aku gak suka aja sama dia, Sayang. Dia selalu gangguin kita."

"Kapan? Kapan Aldebaran gangguin kita? Yang ada kamu terus-terusan membenci dia. Coba aku yang jadi Aldebaran, apa kamu mau benci sama aku juga?"

"Kamu, kan, bukan dia. Aku nggak bakalan benci lah sama kamu."

"Ayo, kita minta sama Aldebaran." Rendy menarik tangan Andin. Namun, Andin seketika melepasnya.

"Apaan, sih, Ren. Aku nggak mau."

"Kalau kamu nggak mau minta maaf sama Aldebaran. Aku tidak mau maafin kamu."

"Loh, kok, kamu jadi gitu, sih, sama aku? Kamu lebih bela si cupu itu dari pada tunangan kamu?"

"Aku tidak membela siapa pun. Aku hanya ingin kamu minta maaf sama Aldebaran dan hubungan persahabatan kita bisa kembali utuh seperti dulu. Udah, gitu aja. Apa itu berat buat kamu?"

"Berat! Karena aku akan tetap membencinya! Kamu jangan paksa aku untuk menerima dia dong. Aku gak mau. Aku gak suka kamu paksa aku kayak gini, Sayang."

Amarah Rendy mulai menggebu, dia menghela nafas juga tidak membalas lagi ucapan Andin untuk menghentikan perdebatan mereka takut dia lepas kendali.

"Okay, jika itu mau kamu. Tapi, selama kamu belum minta maaf sama Aldebaran. Kita jauhan dulu. Aku tidak mau orang yang aku cintai mempunyai kebencian di hatinya. Belajar untuk menjadi lebih baik lagi, Sayang. Menyesal kemudian tiada guna. Aku pulang dulu," ucap Rendy lembut hanya sebagai gertakan kecil saja supaya Andin bisa menyadari kesalahannya. Dia pun pergi begitu saja tanpa menunggu reaksi dari tunangannya itu.

"Sayang ... Kok, gitu sih? Kamu jangan giniin aku dong. Rendy ...." Andin berusaha menghentikan langkah Rendy. Namun, pemuda itu tak menghiraukan hingga membuat Andin kesal juga sakit hati. Matanya sudah berkaca-kaca.

"Ini semua gara-gara si cupu. Lo memang pembawa sial buat gue. Gue benci sama lo cupu ... gue benci ...," umpat Andin kesal.

BERSAMBUNG....
-----🌿🌿🌿-----
#BukanSalahJodoh06
#CerhalAlmeeraAliyanthi

Eaaaaa. Rendy dan Andin akhirnya jauhan dulu dan Aldebaran mulai cuek sama mereka  nih. Gimana haluwers😁😁

Jangan lupa like komennya gaes. See you next part👋👋

Bukan Salah JodohWhere stories live. Discover now